Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AGAMA ISLAM

“MANUSIA MAKHLUK RELIGIUS”

DISUSUN OLEH :
1803023878
PAMI PAJRIANI
KELAS A

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN ILMU KOMPUTER
PRODI MANAJEMEN INFORMATIKA D3
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ethical Governance”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam matakuliah Etika Profesi
Akuntansi. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingatkan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. I
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ethical Governance..................................................................................... 3
2.2 Pengertian Governance System.................................................................................... 4
2.3 Perilaku Korporasi........................................................................................................ 8
2.4 Struktur Etika Korporasi............................................................................................... 9
2.5 Kode Perilaku Dalam Korporasi................................................................................... 10
2.6 Evaluasi Tehadap Kode Perilaku Korporasi................................................................. 12
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 13
CV............................................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dominasi kapitalisme sangat kental ditemukan dalam pola governance korporasi diawal abad
ke 19. Pertumbuhan secara perlahan dari serikat pekerja selama paruh pertama abad ini mulai
mengimbangi dominasi perusahaan yang sebelumnya mampu menekan tingkat upah dalam
upaya memenangkan persaingan bisnis. Mulai paruh abad ke-19 kekuatan serikat pekerja
semakin besar danbertumbuh sedemikian rupa. Fenomena ini menambah kompleksitas
Governance pada masa itu dan hal ini ditandai dengan munculnya hubungan(axis) antara para
pemegang saham dengan Board of Director sebagai suatu bentuk respons atas meningkatnya
kekuatan serikat pekerja.
Pada era tahun 1970-an, kekuatan yang mempengaruhi governance dalam organisasi
khususnya korporasi, menjadi semakin kuat.Sebagian besarwaktu manajerpada masa ini
dihabiskan untuk melakukan negosiasi dengan serikat pekerja. Pada periode ini pula
perkembangan governance pada unit bisnis ditandai dengan berkembangnya era consumerism.
Hal ini diindikasikan dengan semakin meningkatnya persaingan antar sesame korporasi melalui
peningkatan kekuatan konsumen sebagai salah satu stakeholders dari sebuah korporasi.
Perkembangan ini membawa pengaruh signifikan terhadap iklim pengelolaan korporasi yang
ditandai dengan munculnya berbagai tantangan baru bagi perkembangan corporate governance.

1.2 Rumusan Masalah


Topik yang akan penulis bahas dalam masalah ini memerlukan rumusan masalah, agar lebih
memudahkan pembaca untuk memahami isi dan supaya tidak terjadi kesalahpahaman ketika
membaca. Berdasarkan latar belakang ya ng telah penulis tulis sebelumnya, ada beberapa
rumusan masalah yang akan terjawab pada bab berikutnya. Berikut rumusan masalah dari
makalah ini, yaitu:
1) apakah pengertian Ethical Governance?
2) apakah pengertian Governance System?
3) bagaimana perilaku Korporasi?
4) bagaimana struktur Etika Korporasi?

1
5) apa saja kode perilaku dalam Korporasi?
6) bagaimana evaluasi tehadap kode perilaku Korporasi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis
sampaikan sebelumnya. Hal ini untuk memudahkan apa yang harus dilakukan berdasarkan
masalah yang akan dibahas. Berikut tujuan dari permasalahan dari makalah ini.
1. Mendeskripsikan pengertian dari Ethical Governance
2. Mendeskripsikan pengertian dari Governance System
3. Menjelaskan perilaku Korporasi
4. Menjelaskan struktur Etika Korporasi
5. Mendeskripsikan kode perilaku dalam Korporasi
6. Menjelaskan evaluasi tehadap kode perilaku Korporasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ethical Governance


Etika (Yunani kuno : “ethikos” berarti timbul dari kebiasaan) adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan ewajiban moral tehadap nilai-nilai berhubungan.
Pemerintahan adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan dan institusi yang
mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi.
Etik pemerintahan adalah berperilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang
berhubungan dengan rangkaian proses,kebijakan atau aturan dari suatu perusahaan. Dalam
Ethical Governance (Etika Pemerintahan) terdapat juga masalah kesusilaan dan kesopanan ini
dalam aparat,aparatur,struktur dan lembaganya. Etika pemerintahan tidak dapat terlepas dari
filsafat pemerintahan. Filsafat pemerintahan adalah prinsip pedoman dasar yang dijadikan
sebagai pondasi pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan yang biasa dinyatakan dalam
UUD Negara. Etika merupakan suatu ajaran yang berasal dari filsafat yang mencakup tiga hal
yaitu :
a. Logika, mengenai tentang benar atau salah.
b. Etika, mengenai tentang perilaku baik atau buruk.
c. Estetika, mengenai tentang keindahan atau kejelekan.
Etika pemerintahan ini juga dikenal dengn sebutan Good Corporate Governance, menurut
Bank dunia (world bank) adalah kumpulan hukum,peraturan,dan kaidah-kaidah yang wajib
dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efesien,
mengasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham
maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik
utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung
jawab mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku
yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi
ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk
mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang
saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut

3
pandang pemangku kepentingan, yang menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap
pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Perhatian
terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat akhir-akhir ini,
terutama sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation dan
Worldcom.
Di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap masalah ini diwujudkan dengan didirikannya
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada akhir tahun 2004. Tata Kelola
Perusahaan merupakan rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang
memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata
kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder)
yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan.Pihak-pihak utama dalam tata kelola
perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi.Pemangku kepentingan
lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan,
serta masyarakat luas.Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern
telah meningkat akhir-akhir ini, terutama sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS
seperti Enron Corporation dan Worldcom. Di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap masalah
ini diwujudkan dengan didirikannya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada
akhir tahun 2004.

2.2 Pengertian Governance System


Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan. Kata sistem
merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan,
atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata
perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:
a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau
b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah
Dalam memahami dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang
dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara.Sedangkan dalam arti yang sempit, pemerintahan

4
adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam
rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara
itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatism karena sistem pemerintahan
yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai
fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan
mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-
lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.Secara luas
berarti system pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum
mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,
pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan
demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem
pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit Negara yang bisa mempraktikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit, Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda
pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya
perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.
Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian
tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan
undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berate
kekuasaan membentuk undang-undang; Dan Kekuasaan Yudiskatif yang berate kekuasaan
mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis
besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Jadi, sistem pemerintahan Negara
menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar-lembaga negara, dan
bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

5
social. Sehingga lembaga-lembaga yang berada dalam satu sistem pemerintahan Indonesia
bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan
dinegara Indonesia. Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:
a. Presidensial
b. Parlementer
c. Komunis
d. Demokrasi liberal
e. Liberal
f. Kapital
Corporate governance sebagai suatu sistem membutuhkan berbagai perangkat, seperti
struktur governance (governing body and management appointment) yang diikuti dengan
kejelasan aturan main (definition of rolesand powers serta code of conducts) dalam suatu bentuk
mekanaisme (governance mechanisms) yang dapat dipertanggung jawabkan. Pada prinsipnya hal
ini dibutuhkan untuk menjamin terjaganya kepentingan berbagai pihak yang berhubungan
dengan perusahaan, sehingga dengan berjalannya mekanisme ini, diharapkan dapat
menghasilkan dampak lanjutan yang positif terhadap perkembangan perekonomian suatu Negara
untuk tercapainya kemakmuran masyarakat (the wealth of nation) seperti kondisi sebagaimana
yang dimaksud oleh Adam Smith.
Dalam praktiknya ada beberapa jenis system corporate governance yang berkembang di
berbagai negara.Ini mencerminkan adanya perbedaan tradisi budaya, kerangka hukum, praktik
bisnis, kebijakan, dan lingkungan ekonomik institusional dimana sistem-sistem corporate
governance yang berbeda-beda itu berkembang.
Setiap sistem memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing, dan berbagai usaha telah
dilakukan untuk mendalami faktor-faktor apa yang membuat suatu system corporate governance
efektif dan dalam kondisi seperti apa, dengan tujuan agar negara-negara yang saat ini sedang
dalam transisi dari perekonomian komando menuju perekonomian pasar dapat memiliki panduan
yang memadai. Pembahasan mengenai berbagai system corporate governance didominasi oleh
dua isu penting :
a. Apakah perusahaan harus dikelola dengan single-board system atau two-board system.
b. Apakah paraanggota Dewan (Dewan Komisaris dan Direksi) sebaiknya terdiri atas para
outsiders atau lebih terkonsentrasi pada insiders termasuk misalnya, sejumlah kecil

6
institusi finansial yang memberi pinjaman kepada perusahaan, perusahaan lain yang
memiliki hubungan perdagangan dengan suatuperusahaan, karyawan, manajer dan lain
lain.
Governance System merupakan suatu tata kekuasaan yang terdapat di dalam
perusahaan yang terdiri dari 4 (empat) unsur yang tidak dapat terpisahkan, yaitu :
a. Commitment on Governance
Commitment on Governance adalah komitmen untuk menjalankan perusahaan yang dalam
hal ini adalah dalam bidang perbankan berdasarkan prinsip kehati-hatian berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku. Dasar peraturan yang berkaitan dengan hal ini adalah :
 Undang Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
 Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo Undang Undang No. 10
Tahun 1998.
b. Governance Structure
Governance Structure adalah struktur kekuasaan berikut persyaratan pejabat yang ada di
bank sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Dasar
peraturan yang berkaitan dengan hal ini adalah :
 Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 tanggal 20-09-1999 tentang Penugasan
Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank.
 Peraturan Bank Indonesia No. 2/27/PBI/2000 tanggal 15-12-2000 tentang Bank
Umum.
 Peraturan Bank Indonesia No. 5/25/PBI/2003 tanggal 10-11-2003 tentang Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test).
c. Governance Mechanism
Governance Mechanism adalah pengaturan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab
unit dan pejabat bank dalam menjalankan bisnis dan operasional perbankan. Dasar peraturan
yang berkaitan dengan hal ini (antara lain) adalah :
 Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19-05-2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
 Peraturan Bank Indonesia No. 5/12/PBI/2003 tentang Kewajiban Pemenuhan Modal
Minimum bagi Bank.

7
 Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12-04-2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
 Peraturan Bank Indonesia No. 6/25/PBI/2004 tanggal 22-10-2004 tentang Rencana Bisnis
Bank Umum.
 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20-01-2005 jo PBI No. 8/2/PBI/2006
tanggal 30-01-2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
 Peraturan Bank Indonesia No. 7/3/PBI/2005 tanggal 20-01-2005 jo PBI No.
8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum.
 Peraturan Bank Indonesia No. 7/37/PBI/2004 tanggal 17-07-2003 tentang Posisi Devisa
Netto Bank Umum.
d. Governance Outcomes
Governance Outcomes adalah hasil dari pelaksanaan GCG baik dari aspek hasil kinerja
maupun cara-cara/praktek-praktek yang digunakan untuk mencapai hasil kinerja tersebut.
Dasar peraturan yang berkaitan dengan hal ini adalah: Peraturan Bank Indonesia No.
3/22/PBI/2001 tanggal 13-12-2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.

2.3 Perilaku Korporasi


Corporate culture (budaya perusahaan) merupakan konsep yang berkembang dari ilmu
manajemen serta psikologi industri dan organisasi. Bidang-bidang ilmu tersebut mencoba lebih
dalam mengupas penggunaan konsep-konsep budaya dalam ilmu manajemen dan organisasi
dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasi, yang dalam hal ini, adalah organisasi yang
berbentuk perusahaan.
Budaya Perusahaan adalah suatu sistem dari nilai-nilai yang dipegang bersama tentang apa
yang penting serta keyakinan tentang bagaimana dunia itu berjalan. Terdapat tiga faktor yang
menjelaskan perbedaan pengaruh budaya yang dominan terhadap perilaku, yaitu:
a. Keyakinan dan nilai-nilai bersama
b. Dimiliki bersama secara luas
c. Dapat diketahui dengan jelas, mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap perilaku
Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan). Menurut Kotler
(1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan yang mencakup pengalaman,

8
cerita, kepercayaan dan norma bersama yang dianut oleh jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat
dari cara karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu dan pengaturan kantor.
Djokosantoso Moeljono mendefinisikan corporate culture sebagai suatu system nilai yang
diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan
secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dijadikan acuan berperilaku
dalam organsisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Kalau dikaji secara lebih mendalam, menurut Martin Hann, ada 10 (sepuluh) parameter
budaya perusahaan yang baik :
a. Pride of the organization
b. Orientation towards (top) achievements
c. Teamwork and communication
d. Supervision and leadership
e. Profit orientation and cost awareness
f. Employee relationships
g. Client and consumer relations
h. Honesty and safety
i. Education and development
j. Innovation

2.4 Struktur Etika Korporasi


Semangat untuk mewujudkan Good Corporate Governance memang telah dimulai di
Indonesia, baik di kalangan akademisi maupun praktisi baik di sektor swasta maupun
pemerintah. Berbagai perangkat pendukung terbentuknya suatu organisasi yang memiliki tata
kelola yang baik sudah di stimulasi oleh Pemerintah melalui UU Perseroan, UU Perbankan, UU
Pasar Modal, Standar Akuntansi, Komite Pemantau Persaingan Usaha, Komite Corporate
Governance, dan sebagainya yang pada prinsipnya adalah membuat suatu aturan agar tujuan
perusahaan dapat dicapai melalui suatu mekanisme tata kelola secara baik oleh jajaran dewan
komisaris, dewan direksi dan tim manajemennya. Pembentukan beberapa perangkat structural
perusahaan seperti komisaris independen, komite audit, komite remunerasi, komite risiko, dan
sekretaris perusahaan adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan efektivitas “Board
Governance”.Dengan adanya kewajiban perusahaan untuk membentuk komite audit, maka

9
dewan komisaris dapat secara maksimal melakukan pengendalian dan pengarahan kepada dewan
direksi untuk bekerja sesuai dengan tujuan organisasi.
Sementara itu, sekretaris perusahaan merupakan struktur pembantu dewan direksi untuk
menyikapi berbagai tuntutan atau harapan dari berbagai pihak eksternal perusahaan seperti
investor agar supaya pencapaian tujuan perusahaan tidak terganggu baik dalam perspektif waktu
pencapaian tujuan ataupun kualitas target yang ingin dicapai. Meskipun belum maksimal, Uji
Kelayakan dan Kemampuan (fit and proper test) yang dilakukan oleh pemerintah untuk memilih
top pimpinan suatu perusahaan BUMN adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebutuhan untuk
membangun “Board Governance” yang baik sehingga implementasi Good Corporate
Governance akan menjadi lebih mudah dan cepat.
Membangun entitas korporasi dan menetapkan sasarannya. Pada saat itulah perlu prinsip-
prinsip moral etika ke dalam kegiatan bisnis secara keseluruhan diterapkan, baik dalam entitas
korporasi, menetapkan sasaran bisnis, membangun jaringan dengan para pihak yang
berkepentingan (stakeholders) maupun dalam proses pengembangan diri para pelaku bisnis
sendiri. Penerapan ini diharapkan etika dapat menjadi “hati nurani” dalam proses bisnis sehingga
diperoleh suatu kegiatan bisnis yang beretika dan mempunyai hati, tidak hanya sekadar mencari
untung belaka, tetapi juga peduli terhadap lingkungan hidup, masyarakat, dan para pihak yang
berkepentingan (stakeholders).

2.5 Kode Perilaku Dalam Korporsi


Code of Conduct adalah pedoman internal perusahaan yang berisikan Sistem Nilai, Etika
Bisnis, Etika Kerja, Komitmen, serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan bagi
individu dalam menjalankan bisnis, dan aktivitas lainnya serta berinteraksi dengan stakeholders.
Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus
diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau etika.Code of
Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis PT.
Perkebunan dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam
berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan.Pembentukan citra yang baik terkait erat dengan perilaku perusahaan dalam
berinteraksi atau berhubungan dengan para stakeholder.Perilaku perusahaan secara nyata
tercermin pada perilaku pelaku bisnisnya.Dalam mengatur perilaku inilah, perusahaan perlu

10
menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi kebijakan dan standar perilaku yang
diharapkan atau bahkan diwajibkan bagi setiap pelaku bisnisnya. Pernyataan dan
pengkomunukasian nilai-nilai tersebut dituangkan dalam code of conduct. Salah satu contoh
perusahaan yang menerapkan kode perilaku korporasi (corporate code of conduct) adalah
sebagai berikut :
PT.Aulia Karya (Persero) telah membentuk tim penerapan Good Corporate Governance
pada tanggal 5 Februari 2005, melalui Tahapan Kegiatan Sosialisasi dan Workshop.
Kegiatan sosialisasi terutama untuk para pejabat telah dilaksanakan dengan harapan bahwa
seluruh karyawan PT. Aulia Karya (Persero) mengetahui & menyadari tentang adanya
ketentuan yang mengatur kegiatan pada level Manajemen keatas berdasarkan dokumen yang
telah didistribusikan, baik di Kantor Pusat, Divisi maupun ke seluruh Wilayah.Melakukan
evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman.Pedoman
Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah
diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.Adapun Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
di PT Aulia Karya (Persero) adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan Keputusan bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, tata kerja
korporat, kebijakan dan struktur organisasi.
b. Mendorong untuk pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya secara efektif
dan efisien.
c. Mendorong dan mendukung pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham
dan stake holder lainnya.
Dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance, diperlukan instrumen-instrumen
yang menunjang, yaitu sebagai berikut :
a. Code of Corporate Governance (Pedoman Tata Kelola Perusahaan), pedoman dalam
interaksi antar organ Perusahaan maupun stakeholder lainnya.
b. Code of Conduct (Pedoman Perilaku Etis), pedoman dalam menciptakan hubungan
kerjasama yang harmonis antara Perusahaan dengan Karyawannya.
c. Board Manual, Panduan bagi Komisaris dan Direksi yang mencakup Keanggotaan,
Tugas, Kewajiban, Wewenang serta Hak, Rapat Dewan, Hubungan Kerja antara
Komisaris dengan Direksi serta panduan Operasional Best Practice.

11
d. Sistem Manajemen Risiko, mencakup Prinsip-prinsip tentang Manajemen Risiko dan
Implementasinya.
e. An Auditing Committee Contract – arranges the Organization and Management of the
Auditing Committee along with its Scope of Work.
f. Piagam Komite Audit, mengatur tentang Organisasi dan Tata Laksana Komite Audit serta
Ruang Lingkup Tugas.
Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus
diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau etika.Code of
Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis PT.
Perkebunan dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam
berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan.Pembentukan citra yang baik terkait erat dengan perilaku perusahaan dalam
berinteraksi atau berhubungan dengan para stakeholder.Perilaku perusahaan secara nyata
tercermin pada perilaku pelaku bisnisnya.Dalam mengatur perilaku inilah, perusahaan perlu
menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi kebijakan dan standar perilaku yang
diharapkan atau bahkan diwajibkan bagi setiap pelaku bisnisnya.Pernyataan dan
pengkomunukasian nilai-nilai tersebut dituangkan dalam code of conduct.

2.6 Evaluasi Terhadap Kode Perilaku Korporasi


Melakukan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-
pedoman.Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan
telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.
Pengaruh etika terhadap budaya:
a. Etika Personal dan etika bisnis merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan
keberadaannya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku manajer yang
terinternalisasi menjadi perilaku organisasi yang selanjutnya mempengaruhi budaya
perusahaan.
b. Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya perusahaan
maka hal tersebut berpotensi menjadi dasar kekuatan persusahaan yang pada gilirannya.

12
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Semakin meningkatnya persaingan antar sesama korporasi melalui peningkatan kekuatan
konsumen sebagai salah satu stakeholders dari sebuah korporasi. Perkembangan ini membawa
pengaruh signifikan terhadap iklim pengelolaan korporasi yang ditandai dengan munculnya
berbagai tantangan baru bagi perkembangan corporate  governance. Di Indonesia, perhatian
pemerintah terhadap ini diwujudkan dengan didirikannya Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) pada akhir tahun 2004.
Corporate governance sendiri sebagai suatu sistem membutuhkan berbagai perangkat,
seperti struktur governance (governing body and management appointment) yang diikuti dengan
kejelasan aturan main (definition of rolesand powers serta code of conducts) dalam suatu bentuk
mekanaisme (governance mechanisms) yang dapat dipertanggung jawabkan. Pada prinsipnya hal
ini dibutuhkan untuk menjamin terjaganya kepentingan berbagai pihak yang berhubungan
dengan perusahaan, sehingga dengan berjalannya mekanisme ini, diharapkan dapat
menghasilkan dampak lanjutan yang positif terhadap perkembangan perekonomian suatu Negara
untuk tercapainya kemakmuran masyarakat (the wealth of nation).

13
Daftar Pustaka

http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=106:tujuan-system-a-
prinsip-gcg&catid=68:good-corporate-governance&Itemid=101
http://enomutzz.wordpress.com/tag/etika-profesi-akuntansi/
http://riskianthi.blogspot.com/2012/10/ethical-governance.html
http://felix3utama.wordpress.com/2008/12/01/pengertian-dalam-etika-profesi/
http://www.docstoc.com/docs/66732898/BUDAYA-DAN-ETIKA#
http://romancetika.blogspot.com

14
CV

15

Anda mungkin juga menyukai