Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN

Oleh :

Gilang Nugraha
Kori Nofianti
M. Fadly Ajub

Pendidikan Profesi Akuntansi


Universitas Andalas
2018
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pengendalian manajemen berhubungan dengan arah kegiatan manajemen sesuai
dengan garis besar pedoman yang sudah ditentukan dalam proses perencanaan strategi.
Sistem pengendalian manajemen mengukur besarnya penjualan dan biaya untuk tiap level
aktivitas, anggaran, evaluasi kinerja dan motivasi karyawan.
Dalam era modernisasi saat ini perkembangan industri dan perekonomian harus
diimbangi oleh kinerja karyawan yang baik sehingga dapat terwujud tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia (pegawai)
dalam organisasi adalah mengukur kinerja pegawai. Pengukuran kinerja dianggap penting
mengingat melalui pengukuran kinerja dapat diketahui seberapa tepat pegawai telah
menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil
pengukuran kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses
pengembangan pegawai.
Namun, sering terjadi pengukuran yang dilakukan secara tidak tepat. Ketidaktepatan
ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan
pengukuran kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang
diimplementasikan, ketidak pahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan, ketidak
akuratan instrumen pengukuran kinerja, ketidak pedulian pimpinan organisasi dalam
pengelolaan kinerja, ketidakjelasan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh pimpinan
kepada setiap karyawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran Kinerja Perusahaan Keseluruhan


Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil
untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran kinerja
seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan
suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya
pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya pengertian kinerja dapat
dimaknai secara beragam. Beberapa pakar memandangnya sebagai hasil dari suatu proses
penyelesaian pekerjaan, sementara sebagian yang lain memahaminya sebagai perilaku yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. kinerja dapat dipandang dari perspektif
hasil, proses, atau perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tugas
dalam konteks penilaian kinerja, tugas pertama pimpinan organisasi adalah menentukan
perspektif kinerja yang mana yang akan digunakan dalam memaknai kinerja dalam organisasi
yang dipimpinnya. Makalah ini menjelaskan mengenai lima pengukuran nilai kinerja
“market-based”, yaitu sebagai berikut:

B. Total Shareholder Return ( TSR )


Total shareholder return (tingkat pengembalian investasi) adalah tingkat
pengembalian yang diperoleh pemegang saham yang terdiri dari perubahan harga saham dan
dividen yang diterima pemegang saham dari perusahaan. TSR mengharuskan manajer untuk
membuat keputusan yang tepat terkait dengan profitabilitas, pertumbuhan, dan free-cash
flows perusahaan.
TSR juga mengukur kontribusi unit-unit yang ada terhadap capital gain dan dividend
yield kepada investor. Capital gain/loss adalah selisih antara harga jual dengan harga beli.
Pemegang saham tertarik dengan total pengembalian yang diperoleh atas investasi
relatif mereka untuk inflasi umum, di sebuah grup perusahaan dan pasar secara keseluruhan.
Total return termasuk dalam pengembalian dividen dan perubahan harga saham selama
periode tertentu. Untuk satu periode TSR adalah :
TSR = Arus kas yang diterima + (Harga akhir – Harga awal)

Harga Awal

Contoh:
Pak Andi membeli 1.000 lembar saham PT XYZ pada 3 Januari 2012. Harga saham
PT XYZ Rp l.OOO/lembar. Selama tahun 2012 PT XYZ membagikan dividen Rp 50/lembar
saham. Harga saham PT XYZ diakhir tahun 2012 Rp l.200/lembar. Berapakah tingkat
pengembalian investasi Pak Andi di saham PT XYZ di tahun 2012?

Penyelesaian:
Nilai investasi awal (3 Jan 2012) = Rp 1.000 x 1.000 lembar = Rp 1.000.000.
Arus kas berupa dividen di 2012 = Rp50 x 1.000 lembar = Rp50.000
Capital gain di 2012 = (Rp 1.200 - Rp 1.000) x 1.000 lembar = Rp200.000
Tingkat pengembalian 2012 = Rp 50.000 + Rp 200.000
Rp 1.000.000
= 25%

Perusahaan dapat meningkatkan TSR dengan berfokus kepada 3 financial driver yaitu
profitabilitas, investasi, dan free cash flow seperti diperlihatkan dalam gambar berikut ini:

TSR

Capital Gain Dividen

Growth Free Cash


Profitability
(Investment) Flow

Perusahaan dapat meningkatkan Capital gain dengan cara meningkatkan keuntungan


dan berinvestasi untuk mendukung keuntungan di masa depan. Oleh karena itu keputusan
investasi yang tepat akan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan ke depan yang tercermin
dalam harga saham perusahaan yang merupakan cerminan dari prospek perusahaan di masa
depan.
Free cash flow yang besar akan mampu meningkatkan pembayaran dividen kepada
pemegang saham tetapi besar atau kecilnya dividen bergantung pada jumlah proyek potensial
yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan masih memiliki jumlah proyek yang potensial
dalam jumlah besar maka kelebihan kas yang ada sebaiknya direinvestasikan ke proyek-
proyek tersebut.
Kelemahan TSR adalah tidak memperhitungkan risiko dalam menentukan tingkat
pengembalian kepada pemegang saham. Dua perusahaan yang memiliki TSR yang sama
belum tentu memiliki tingkat risiko yang sama. Risiko adalah volatilitas dari TSR yang
diperoleh perusahaan. Manajemen mungkin saja mencoba untuk memperoleh TSR yang
tinggi dengan mengambil risiko yang lebih besar juga.
TSR mengasumsikan penetapan harga saham sudah efisien. Sangatlah sulit untuk
menilai sejauh mana tingkat pengembalian saham yang melampaui target disebabkan oleh
kualitas manajemen yang baik dan seberapa besar karena ada ekspektasi investor pada awal
dan akhir periode pengukuran TSR. Jika pasar tidak efisien dalam penetapan harga dan dapat
saja berubah karena adanya pesimisme dan optimisme maka TSR akan menjadi ukuran yang
tidak handal untuk mengukur kinerja manajemen. TSR sangat tergantung pada periode waktu
yang dipilih. TSR yang dihitung selama tiga periode dapat berbeda dengan TSR yang
dihitung untuk satu periode.

C. Wealth Added Index ( WAI )


Wealth added index yaitu kemampuan perusahaan dalam memberi nilai tambah
kekayaan. Wealth added index mengukur total arus kekayaan selama satu periode tertentu
(arus kas untuk pemegang saham yang berasal dari kenaikan nilai pasar ekuitas, dividen dan
pembelian kembali saham, serta nilai bersih dari penerbitan ekuitas baru) di atas tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected return) dari nilai pasar ekuitas perusahaan saham.
Proxy dari tingkat pengembalian yang diharapkan adalah biaya ekuitas (cost of
equity). Perusahaan menciptakan nilai untuk pemegang sahamnya hanya apabila tingkat
pengembalian untuk pemegang saham (yang berasal dari pembagian dividen dan kenaikan
harga saham) lebih besar dari biaya ekuitasnya.
Secara sederhana, rumus penghitungan WAI adalah total shareholder return (TSR)
dikurangi cost of equity (COE), kemudian dikalikan dengan kapitalisasi pasar masing-masing
perusahaan. TSR terdiri dari gain/loss saham suatu perusahaan (dihitung secara harian),
ditambah dividen yang dibagikan. Sementara itu, biaya ekuitas atau COE dihitung secara
harian berdasarkan hari perdagangan saham perusahaan. Sebuah perusahaan yang baik akan
menghasilkan WAI positif, yaitu bila total return yang dihasilkan untuk pemegang saham
(Total Shareholder Return - TSR) lebih besar dari CoE-nya. Berikut adalah formula dari
Wealth Added:

WA = ∆ kapitalisasi pasar + dividen - penerbitan saham baru – tingkat pengembalian


yang diharapkan

Dimana:
 Kapitalisasi pasar adalah jumlah saham beredar dikalikan dengan harga pasar saham.
 ∆ kapitalisasi pasar adalah kapitalisasi pasar akhir tahun dikurangi kapitalisasi pasar
awal tahun,
 Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah kapitalisasi pasar awal tahun dikalikan
dengan biaya ekuitas.

Contoh perhitungan Wealth Added Index (WAI):


Vodafone memiliki kapitalisasi pasar sebesar £61,685m pada tanggal 18 September
2002. 5 tahun kemudian kapitalisasi pasar meningkat menjadi £88,291 m. Selama 5 tahun
tersebut pemegang saham membeli saham baru perusahaan sebesar £802. Dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham selama 5 tahun bernilai £31,278m. Tingkat bunga bebas
risiko adalah sebesar 4.41%, beta perusahaan diperkirakan adalah 1, dan market risk premium
adalah 5%. Berapakah Wealth Added Index Vodafone selama 5 tahun?

Penyelesaian:
Tingkat pengembalian yang dipersyaratkan (k) dengan menggunakan pendekatan CAPM
k = rf +  (Rm – rf) = 4.41% + 1 (5%) = 9.41%
k selama 5 tahun = (1 + 9.41%)^5 - = 57%

Penambahan dalam kapitalisasi pasar 26,606m


Penjualan saham ke pemegang saham -802
Dividen dan pembelian kembali saham 31,278m
Tingkat pengembalian yang dipersyaratkan -35,160m (61,685m x 57%)
Wealth Added Index 21,292

D. Market Value Added ( MVA )


Market Value Added (MVA) adalah selisih antara nilai pasar saham dan utang
perusahaan dan jumlah modal yang ditempatkan di perusahaan oleh kreditur dan pemegang
saham. Dengan kata lain MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk
ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA
secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan selisih antara harga pasar per lembar saham
(stock price per share) dan nilai buku per lembar saham (book value per share). MVA
merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang
sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan
perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar
kemakmuran yang telah dicapai.

MVA = Market value - invested Capital

Keterangan:
 Market value = nilai utang, saham preferen, dan saham biasa saat ini.
 Invested Capital = seluruh kas yang diperoleh dari penyedia dana atau berasal
dari keuntungan yang diinvestasikan kembali pada investasi baru di perusahaan sejak
perusahaan didirikan. Dalam prakteknya, nilai dalam laporan posisi keuangan (dengan
sedikit penyesuaian) yang digunakan.

Contoh:
PT ABC didirikan pada dua puluh tahun lalu dengan modal yang berasal dari saham
biasa sebesar Rp 15 milyar. Perusahaan tidak memiliki utang jangka panjang dan saham
preferen. Seluruh laba bersih yang dihasilkan diberikan kepada pemegang saham. Saat ini
nilai pasar saham PT ABC adalah sebesar Rp40 milyar. Berapakah MVA PT ABC?
Penyelesaian:
MVA = Rp40 milyar - Rp 15 milyar = Rp25 milyar
Dalam praktek, nilai pasar utang jangka panjang dan saham preferen diasumsikan
sama dengan nilai bukunya. Hal ini menyebabkan munculnya MVA dengan versi lain.
MVA = Nilai pasar saham biasa - nilai saham biasa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan MVA:


a) Memperkirakan jumlah kas yang diinvestasikan.
Mengukur jumlah modal yang dimasukkan atau ditahan dalam bisnis setelah
diperdagangkan beberapa tahun dapat menghadirkan masalah. Misalnya, apakah
pengeluaran penelitian dan pengembangan menghasilkan aset atau dibebankan pada
laporan laba rugi? Laporan Posisi Keuangan yang disusun oleh akuntan tidak
dirancang untuk mengukur modal yang dipasok oleh penyedia modal.
b) Kapan nilai diciptakan?
Fakta bahwa hasil MVA yang positif sering dibatasi saat akan digunakan untuk
mengevaluasi manajemen yang ada. Misalnya MVA yang ada saat ini adalah hasil
dari manajemen-manajemen sebelumnya sehingga sulit untuk menentukan berapa
MVA yang diciptakan oleh manajemen yang ada saat ini.
c) Apakah tingkat pengembaliannya cukup tinggi?
Sangat sulit untuk mengetahui apakah MVA yang dihasilkan sudah cukup sehingga
memberikan tingkat pengembalian yang memuaskan untuk penyedia modal.
d) Inflasi mendistorsi angka MVA
Jika elemen modal yang digunakan untuk mengukur MVA berasal dari angka-angka
yang ada pada Laporan Posisi Keuangan dan terjadi inflasi maka nilai dari modal
yang digunakan akan lebih rendah dari yang sebenarnya. Hasilnya MVA akan
kelihatan lebih tinggi.
e) Percaya bahwa harga pasar saham adalah selalu benar selamanya.
Ini adalah asumsi yang paling mengganggu karena MVA tidak harus selalu
membutuhkan efisiensi pada penetapan harga.
f) MVA bukan ukuran yang absolut.
Perusahaan besar akan selalu memiliki MVA yang besar. Hal ini membuat
perbandingan MVA antara perusahaan-perusahaan yang ada menjadi sulit karena adanya
perbedaan ukuran modal perusahaan.
E. Excess Return
Excess Return, juga dikenal sebagai "alpha" atau "tingkat normal pengembalian porsi
pengembalian portofolio yang tidak dijelaskan oleh tingkat pasar secara keseluruhan untuk
pengembalian. Sebaliknya, itu dihasilkan oleh keterampilan para investor atau portofolio
manajer, dan adalah salah satu yang paling banyak digunakan dalam ukuran kinerja risiko
disesuaikan. Excess return menganalisis jumlah modal yang diinvestasikan tahun lalu dan
kemudian membebankan perusahaan atas pemakaian modal tersebut selama satu tahun.

Excess Return = Kekayaan aktual - kekayaan yang diharapkan

Contoh:
PT RST didirikan 5 tahun lalu dengan modal berupa saham biasa sebesar Rp 10
milyar (asumsikan tidak ada utang). Pada saat tersebut ekuitas yang ditanamkan dapat
menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 10% per tahun. Perusahaan menghasilkan
keuntungan setelah pajak sebesar Rpl milyar di tahun kedua dan tahun ketiga. Seluruh
keuntungan dibagikan sebagai dividen. Nilai pasar dari saham PT RST saat ini adalah Rp 11
milyar. Berapakah excess return PT RST?

Penyelesaian:
Deviden yang diterima 3 tahun lalu = 1m x (1+10%)3 = Rp 1,331 milyar
Deviden yang diterima 2 tahun lalu = 1m x (1+10%)2 = Rp 1,201 milyar
Nilai pasar saham saat ini = Rp 11 milyar
Kekayaan actual = Rp 13,54 milyar
Expected wealth = 10m x (1+10%)5 = Rp 16,1 milyar
Excess return = Rp 13,54 milyar – Rp 16,1 milyar = -Rp2,599 milyar

F. Market to Book Ratio


Market To Book Ratio (rasio nilai pasar dengan nilai buku) adalah ratio dari nilai
perlembar saham biasa atas nilai buku perlembar ekuitas. Nilai pasar perlembar saham
mencerminkan kinerja perusahaan di masyarakat umum, dimana nilai pasar pada suatu saat
dapat dipengaruhi oleh pilihan dan tingkah laku dari mereka yang terlibat dipasar, suasana
psikologi yang ada dipasar, sengitnya perang pengambilalihan, perubahan ekonomi,
perkembangan industri, kondisi politik, dan sebagainya (Helfert, 1997 : 290). Sedangkan nilai
buku perlembar ekuitas mencerminkan nilai ekuitas pemilik yang tercatat pada neraca
perusahaan, dan mencerminkan klaim pemilik yang tersisa atas suatu aktiva (Helfert, 1997 :
326). Bila market to book ratio relatif tinggi dibandingkan rata-rata industri maka hal itu
menunjukkan bahwa perusahaan dapat lebih efisien menggunakan asetnya untuk
menciptakan nilai.
MBR adalah nilai pasar ekuitas perusahaan dibagi dengan nilai buku dari ekuitasnya.
Nilai pasar ekuitas perusahaan diperoleh dengan cara mengkalikan harga pasar saham per
lembar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku ekuitas diperoleh dari total
ekuitas dikurangi dengan saham pereferen yang ada di Laporan Posisi Keuangan.

Market to book ratio = Nilai pasar ekuitas per lembar


Nilai buku ekuitas per lembar

Semakin optimis investor akan pertumbuhan perusahaan di masa depan, semakin


tinggi nilai market-to-book rafzonya. Rasio ini digunakan sebagai ukuran dari nilai relatif.
Saham perusahaan dengan nilai rasio market-to-book yang rendah dianggap sebagai value
stock, sedangkan saham perusahaan dengan rasio yang tinggi dianggap sebagai growth stock.
Contoh: PT XYZ memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp50 milyar. Nilai buku ekuitas
sebesar Rp 16 milyar sehingga MBR adalah Rp50 milyar/Rpl6 milyar = Rp3.125 milyar.
BAB III
KESIMPULAN

Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian


pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan
berupa produk, jasa, ataupun proses. Dimana pengukuran kinerja terdiri dari total shareholder
retun, wealth added index, market value added, excess return, dan market to book ratio.
DAFTAR REFERENSI

Ikatan Akuntan Indonesia, Modul Chartered Accountant: Manajemen Keuangan Lanjutan,


2015, IAI. Jakarta Pusat.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran_kinerja

Anda mungkin juga menyukai