Anda di halaman 1dari 10

Ringkasan Materi Kuliah

TEORI REGULASI DAN PENETAPAN STANDAR

KELAS EF :

TYAS ARDY RAHAYU (196020300111009)

KADEK WEDA NOVEADJANI TISTA (196020300111035)

PROGRAM PASCASARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
RESUME” Financial Accounting Theory” Scott, W.R. 2009

TEORI REGULASI DAN PENETAPAN STANDAR


Istilah regulation sendiri berasal dari Gerard De Bernis yang mengambilnya dari konsep
biologi dan kemudian diterapkan dalam analisis ekonomi. Regulation dalam arti harafiahnya
adalah regularities. Dalam pengertian ini, sistem ekonomi dibentuk oleh “regularities” dari
berbagai institusi yang menentukan ritme atau sistem tertentu. Sistem kapitalisme, meskipun
diwarnai dengan berbagai kontradiksi (ide Marxist) tetap ada sebuah keteraturan yang
bertahan serta membuat sistem tersebut tetap hidup. Meski begitu, bentuk keteraturan
tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sehingga yang dinamakan sebagai regulation
(regularities) juga mengalami perubahan. Perubahan model keteraturan (mode of regulation)
inilah yang menjadi fokus perhatian Teori Regulasi.

1. Regulasi Aktivitas Ekonomi


Alasan utama dalam hal regulasi tersebut adalah untuk melindungi individu yang
dalam hal kerugian informasi. Misalnya jika tidak terdapat adanya asimetri informasi dalam
suatu keadaan yang mengakibatkan seluruh tindakan manajer dan informasi dapat diobservasi
oleh semua pihak, sehingga akibatnya yaitu tidak ada kebutuhan untuk melindungi individu
dari konsekuensi pada kerugian informasi.
Dalam mempertimbangkan masalah informasi, maka terdapat dua hal yang akan
digunakan sebagai acuan dalam membantu untuk membedakan jenis informasi yang mungkin
dimiliki oleh manajer yaitu kepemilikan/proprietary informasi dan non proprietary informasi.
2. Insentif Pribadi dalam Informasi
Insentif untuk produksi informasi privat muncul dari kontrak yang dimasuki oleh
perusahaan. Sebagai contoh, jika usaha manajer tidak dapat diobservasi, maka hal ini akan
membawa dampak pada kontrak insentif berdasarkan hasil dari operasi perusahan. Demikian
pula ketika perusahaan mengeluarkan hutang, maka hal ini secara tipikal akan mencakup
hutang perjanjian dalam kontrak. Oleh karena itu, dalam hal ini diperlukan adanya audit
dalam upaya untuk meyakinkan hasil pengukuran kinerja manajer dalam upaya pemberian
insentif kepada mereka.
3. Sumber Kegagalan Pasar
Dalam bagian ini akan dibahas mengenai kegagalan dari pasar. Di mana jika pasar
berjalan sebagaimana mestinya berdasarkan definisi, maka informasi yang akan dihasilkan
akan seimbang pada keuntungan dan biaya marginal perusahaan. Namun juga telah
mendefinisikan bahwa jumlah terbaik secara sosial terdapat informasi yang menyamakan

2
biaya dan keuntungan marginal pada lingkungan. Dua kriteria ini pada produksi informasi
tidak perlu menghasilkan nilai yang sama dikarenakan oleh eksternalitas dan freeriding.
Eksternalitas adalah tindakan yang diambil oleh perusahaan atau individu yang
membebankan biaya atau keuntungan pada perusahaan atau individu lainnya, yang mana
perusahaan akan membebankan biaya atau keuntungan yang tidak dituntut atau tidak
menerima pendapatan. Sedangkan freeriding adalah penerimaan oleh perusahaan atau
individu pada keuntungan atau eksternalitas.
Tantangan terhadap teori kegagalan pasar
Teori kegagalan pasar mengandung kesalahan yang fatal. Keluaran yang diperoleh
teori tersebut diidentifikasi sebagai optimal hanya sekedar istilah dan istilah ini dapat
diidentifikasikan sendiri-sendiri oleh ketentuan setiap lembaga yang menghasilkan keluaran
tersebut.
Kripke mengajukan dua kemungkinan yang akan terjadi dengan tidak adanya regulasi yang
diinginkan:
 Akan ada pengungkapan informasi akuntansi yang cukup dan berkesinambungan.
 Keseragaman akuntansi semakin berkurang karena perbedaan pandangan dalam
menginterprestasikan dan menggambarkan suatu kejadian akan disembunyikan oleh
sistem yang diberi kewenangan untuk melalukan hal tersebut..
Karena itu, scott dalam bukunya merumuskan upaya yang dapat ditempuh untuk
membatasi kegagalan pasar, antaralain: Pengungkapan, Pencarian Informasi Privat dan
Signaling Dua Teori Regulasi
Teori Regulasi Ketertarikan Publik
Teori ini menyatakan bahwa aturan/regulasi merupakan hasil dari permintaan publik
terhadap koreksi yang terjadi pada kegagalan pasar. Dalam teori ini, kekuasaan pusat disebut
juga tubuh regulasi atau regulator diasumsikan memiliki ketertarikan yang besar terhadap
lingkungan. Hal ini telah mengupayakan yang terbaik untuk mengatur sehingga
pemaksimalisasian kesejahteraan sosial dapat tercapai. Dalam teori ini, pusat kewenangan,
yaitu regulator, diasumsikan memiliki kepentingan yang besar terhadap society at heart,
sehingga hal ini dapat membuat pada saat regulator menyusun peraturan akan menghasilkan
yang terbaik bagi kesejahteraan masyarakat. Permasalahan yang timbul dalam Public Interest
Theory adalah :
a.       Terdapat tugas yang sangat kompleks dalam menentukan jumlah regulasi yang tepat.
b.      Terdapat permasalahan yang serius yang terletak pada motivasi dari badan regulator.

3
Teori Ketertarikan Kelompok
Teori ini mengambil pandangan bahwa industri beroperasi dalam pemunculan
sejumlah kelompok yang tertarik. Sebagai contoh perusahaan dalam indutri manufaktur akan
membentuk suatu ketertarikan yang jelas seperti juga pelanggan mereka. kelompok yang
tertarik ini bermacam-macam akan meloby legislator untuk jumlah dan tipe regulasi yang
berbeda-beda. Sebagai contoh industri itu sendiri mungkin akan meminta peraturan
perlindungan dari persaingan harga luar negri atau melawan pelanggaran dalam operasinya
dengan indusri-industri yang berhubungan. Pelanggan mungkin membentuk kelompok-
kelompok untuk melakukan loby untuk mendapatkan standar kualitas atau pengendalian
harga. Bervariasinya kepentingan dalam group akan mempengaruhi Legislature dalam hal
jumlah dan tipe dari regulasi. 
Hubungan Pada Teori Regulasi

Penyusunan standar memiliki karakteristik proses penyesuaian. Pemilihan standar akuntansi


(misalnya oleh AcSB, FASB, IASB) sebaiknya mempertimbangkan konflik antar
konstituensi ketimbang pada unsur proses perhitungan.Pertimbangan ini menganggap bahwa
teori kelompok kepentingan regulasi mungkin baik sebagai prediktor standar baru daripada
teori kepentingan publik.

4. Standar Akuntansi dan Penentuan Standar


Timbulnya prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) dapat dilihat dari peran
akuntansi yaitu menyajikan informasi kepada berbagai pihak. Secara khusus GAAP mengatur
akuntansi keuangan yang menyajikan informasi kepada pihak di luar organisasi. Akan tetapi,
informasi yang disajikan tersebut tidak hanya berguna untuk pihak di luar perusahaan tetapi
juga pihak intern organisasi. Menurut Fess dan Warren (1990;794) informasi akuntansi
keuangan yang disajikan sesuai dengan GAAP memang utamanya ditujukan kepada pihak
luar (external) tetapi juga berguna bagi manajemen untuk mengarahkan operasi perusahaan.
Perusahaan menambah berbagai laporan yang diperlukan yang tidak harus diatur oleh GAAP
yang dibutuhkan oleh manajemen. Akuntansi yang diselenggarakan untuk menghasilkan
informasi kepada pihak eksteral disebut juga dengan akuntansi keuangan sedangkan
akuntansi yang memfokuskan diri pada penyajian laporan untuk tujuan pengambilan
keputusan intern organisasi disebut akuntansi manajemen. Miller et.al (1985:5) menyatakan
ada tiga kelompok orang yang berpartisipasi dalam akuntansi keuangan yaitu pengguna
(users), penyaji (preparers), dan auditor (auditors). Pengguna adalah individu atau institusi

4
yang mengandalkan informasi akuntansi keuangan dalam pengambilan keputusan investasi
atau kredit. Dalam kelompok ini termasuk investor, kreditor, analis keuangan dll. Penyaji
adalah pihak yang menyusun dan menerbitkan laporan keuangan yaitu manajemen. Auditor
adalah pihak yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan untuk menyatakan pendapat
atas kewajarannya. Ketiga pihak yang berpartisipasi dalam akuntansi keuangan memiliki
kepentingan yang berbeda-beda atas penyajian laporan keuangan. Persepsi masing-masing
pihak yang terlibat juga berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan satu aturan yang disepakati
untuk dapat dijadikan pegangan bagi pengguna, penyaji, dan auditor. Disini arti penting dan
latar belakang munculnya prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP).
5. Penentuan Standar Akuntansi

Prinsip akuntansi beraku umum mengacu pada berbagai sumber. Sumber acuan
prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia menurut IAI (2001:411.2) adalah sebagai
berikut:
 Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan
pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia;
 Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan
prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku umum,
dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari
oleh publik dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tidak
menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut;
 Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan
menginterpretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik
akuntansi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tersebut pada butir b
yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur
standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara terbuka
dikomentari oleh publik;
 Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum
karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan
dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau
penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku

5
umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara
lebih baik.
Dari uraian di atas bahwa sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia
adalah prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI, pernyataan pakar pelaporan, dan praktik atau
pernyataan resmi yang secara luas diakui berlaku umum.
Tujuan dalam penentuan Standar

1. Penentuan standar merupakan pilihan sosial sehingga suatu standara mungkin


bermanfaat bagi pihak tertentu dan merugikan pihak lain. Kebanyakan isu-isu yang
berkaitan dengan akunyansi secara politik bersifat sensitif yang disebabkan:
2. Kebutuhan terhadap standar akuntansi muncul bila terdapat pertentangan
3. Informasi akuntansi dapat mempengaruhi tingkat kemakmuran penggunaannya.
4. Dalam menentukan standar ada dua pendekatan, yaitu:
representative faithfulness, pendekatan ini menghendaki pelaporan yang bersifat
netral dan penyajian wajar laporan keuangan melalui proses penentuan standar.
Pendekatan ini menyamakan akuntansi dengan proses pemetaan dimana peta harus
dibuat akurat dengan menggambarkan keadaan keuangan perusahaan secara wajar.
economic consequences, pendekatan ini menghendaki asopsi standar yang memiliki
konsekwensi ekonomi menguntungkan. Pendekatan ini cenderung mengarah
penentuan standar yang meemiliki pengaruh positif.

6. Kriteria Penentuan Standard


 Decision Usefullness. Kriteria decision usefulness memicu informasi dan perspektif
pengukuran pada pelaporan keuangan, dan studi empiris kapital market. Jadi, standar
dapat menjadi decision usefulness bisa saja salah karena tidak mempertimbangkan
biaya penyediaan informasi. Untuk itu, pembuat standar perlu mempertimbangkan
kriteria lainnya daripada decision usefulness saja.
 Reduction Of Information Asymmetry.Dalam hal ini penyusun standar harus
menggunkan pengurangan information asimetri dalam kapital dan managerial labor
market sebagai kriteria standar baru. Pengurangan information asimetri meningkatkan
operasi pasar. Hal ini akan memperluas likuiditas pasar dan menghasilkan keuntungan
sosial.
 Economic Consequences Of New Standards. Salah satu biaya dari standar baru bagi
perusahaan adalah biaya untuk memenuhi standar itu (out of pocket). Biaya juga
terjadi karena adanya kontrak. Biaya tersebut mempengaruhi kebijakan operasi dan
keuangan. Kurangnya kebebasan menajemen memilih kebijakan akuntansi juga
menjadi konsekuensi ekonomis. Untuk itu, pembuat kebijakan harus
mempertimbangkan aspek tersebut.
6
 The Political Aspects Of Standards Setting.Konsekuensi ekonomis berdampak pada
aspek politis penyusunan standar. Penyusun standar harus merekayasa konsensus
yang memadai agar konstituensi dapat menerimanya. Proses penyusunan standar
harus konsisten dengan interest group theory of regulation.
7. Argumen Pendukung Standar Akuntansi
Pihak-pihak yang menginginkan regulasi akan mengunakan teori kepentingan publik
(The Public Interest Theory) dan teori kepentingan kelompok (The Interest Group Theory)
untuk menyukseskan keinginannya karena pada dasarnya, baik kegagalan pasar maupun
kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial memaksa adanya regulasi akuntansi (Scott, 2000).
Teori kepentingan publik
Teori kepentingan publik menyatakan bahwa regulasi terjadi karena tuntutan publik
dan muncul sebagai koreksi atas kegagalan pasar. Kegagalan pasar terjadi karena adanya
alokasi informasi yang belum optimal dan ini dapat disebabkan oleh (1) keengganan
perusahaan mengungkapkan informasi, (2) adanya penyelewengan informasi, dan (3)
penyajian informasi akuntansi secara tidak semestinya. Dalam teori ini, sentral otoritas juga
disebut regulator dan diasumsikan bahwa masyarakat memiliki kepentingan terbesar pada
informasi akuntansi. Regulator berusaha untuk melakukan pengaturan dengan sebaik
mungkin karena akan memaksimalkan kesejahteraan sosial.

Dalam penerapannya teori kepentingan publik ternyata memiliki masalah sehingga


teori ini dikatakan memiliki masalah implementasi karena sulit menentukan berapa jumlah
regulasi yang sesuai. Penentuan jumlah regulasi merupakan sesuatu yang sulit dilakukan
untuk komoditas seperti informasi. Masalah yang lebih sulit terletak pada motivasi dari
regulator itu sendiri. Harus disadari bahwa sangat sulit untuk memonitor operasi regulator
dan kekuatan publik untuk memaksa regulator beroperasi demi kepentingan publik adalah
lemah. Kelemahan tersebut juga akan menimbulkan kemungkinan bahwa badan ini akan
beroperasi untuk kepentingan pribadi dan tidak untuk kepentingan umum.

Alasan ekonomi utama pada awal mula adanya intervensi dari pemerintah pada
operasi pasar untuk kepentingan publik adalah adanya kemungkinan kegagalan pasar (market
failure). Teori kepentingan publik didasari pada asumsi bahwa pasar ekonomi merupakan
subjek dari beberapa pasar tidak sempurna atau kegagalan transaksi, yaitu, jika tetap
dibiarkan, akan mengakibatkan inefisiensi dan ketidakpatutan outcome. Ini juga berdasarkan
asumsi berikut:
1. Kepentingan dari konsumen diterjemahkan dalam tindakan legislatif lewat operasi
dari marketplace internal.
7
2. Ada agen-agen (politisi pengusaha dan kelompok kepentingan publik) yang akan
mencari peraturan dengan mengatas namakan untuk kepentingan publik. Agen-
agen ini mungkin saja akan berusahan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
bukan memenuhi kebutuhan publik.
3. Pemerintah tidak mempunyai peran yang independen untuk menjalankan
peraturan pemerintah.
Teori kepentingan kelompok
Teori kepentingan kelompok memiliki pandangan bahwa suatu industri beroperasi
karena terdapat sejumlah kepentingan kelompok. Otoritas politik atau legistatif juga dapat
digolongkan sebagai suatu kelompok kepentingan yang memiliki kekuatan untuk memasok
regulasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh sebab itu, teori ini memiliki pandangan
bahwa regulasi adalah suatu komoditas di mana terdapat penawaran dan permintaan.
Komoditas akan dialokasikan kepada para konstituen dengan efektif secara politis dan
dengan meyakinkan legislatif memberikan bantuan regulasi kepadanya.

8. Argumen Penentang Standar Akuntansi


Pihak yang tidak menginginkan regulasi berargumen dengan menggunakan teori
agensi (agency theory) yang menyatakan bahwa manajemen memiliki insentif membuat
laporan yang andal dan disajikan secara sukarela kepada pemilik (shareholder) semata-mata
untuk menyelesaikan konflik antara pemilik dan manajemen. Laporan keuangan digunakan
untuk memonitor hubungan kerja serta untuk menilai dan menentukan kompensasi yang akan
dibayarkan kepada manajer.
REVIEW ARTIKEL
Dari penelitian Ding, Hope, Jeanjean dan Stolowy (2007), memberikan bukti empiris
hubungan antara standar pelaporan keuangan dan lembaga ekonomi, keuangan, dan
pemerintahan di suatu negara. Kontribusi penting dari penelitian ini adalah bahwa kami
membangun langkah-langkah menarik dari perbedaan akuntansi internasional yang belum
digunakan dalam literatur sebelumnya. Ukuran kami adalah dua dimensi - tidak adanya dan
divergensi. Aturan khusus tentang pengakuan, pengukuran dan pengungkapan mungkin tidak
ada dalam standar akuntansi domestik (DAS) dibandingkan dengan IAS. Divergence
mewakili inkonsistensi dalam aturan akuntansi nasional mengenai masalah akuntansi tertentu
dengan IAS. Kami menunjukkan bahwa tingkat ketidakhadiran lebih tinggi di negara-negara
dengan pasar ekuitas yang kurang berkembang dan dengan konsentrasi kepemilikan yang
lebih tinggi. Perbedaan antara DAS dan IAS secara positif terkait dengan perkembangan
ekonomi dan kekuatan profesi akuntansi tetapi dibatasi oleh pentingnya pasar ekuitas. Hasil

8
kami menguatkan dan melengkapi hasil penelitian yang masih ada (mis., Ball et al., 2003;
Hope, 2003a) dan memiliki implikasi penting untuk harmonisasi standar akuntansi. Artinya,
lembaga akuntansi tidak ada dalam isolasi tetapi dalam mosaik set lembaga yang kompleks.
Hanya mengubah satu mata rantai (yaitu, standar akuntansi) mungkin tidak cukup untuk
secara substansial meningkatkan kualitas pelaporan keuangan kecuali jika perubahan pada
pengembangan pasar modal dan lingkungan hukum dilakukan secara simultan. Hal ini
menimbulkan masalah penting: meskipun penerapan IAS dimaksudkan untuk mencapai
keseragaman di seluruh dunia, ada kemungkinan bahwa kesatuan yang diinginkan ini dapat
tetap sulit dipahami karena kurangnya perubahan simultan di lembaga-lembaga pendamping
lainnya. Para penyusun survei GAAP 2001 juga sadar akan tantangan ini, dengan alasan
bahwa konvergensi akan membutuhkan upaya bersama.   pemerintah, regulator pasar saham,
pembuat standar, pembuat, pengguna dan profesi akuntansi (Nobes, 2001, hal. 2).

Dan ini konsisten dengan penelitian Saudagaran dan Digay (2000), Bukti
menunjukkan bahwa struktur kelembagaan di ASEAN, sampai sekarang, mendukung
penyelarasan unilateral masing-masing negara terhadap standar domestiknya terhadap
beberapa tolok ukur global, baik standar IASC atau AS ini. Secara umum, ada lima negara
yang dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari negara yang telah mengadopsi IAS
(Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand) dan satu-satunya non-adopter (Filipina). Di
negara-negara adopsi, badan akuntansi profesional memiliki peran kepemimpinan dalam
menentukan standar akuntansi terperinci. Konsekuensinya, badan profesional nasional di
negara-negara tersebut dapat berkonsentrasi untuk mendapatkan penerimaan untuk IAS
sebagai dasar untuk standar nasional. Sebaliknya, penetapan standar akuntansi di Filipina
tidak secara eksklusif ada di tangan profesi akuntansi. Melainkan, ia termasuk perwakilan
dari berbagai pemerintah dan kelompok persiapan. Mengingat ikatan kolonial dan ekonomi
Filipina dengan AS, tidak mengherankan bahwa Filipina bergantung pada US GAAP sebagai
model standar akuntingnya. Upaya IASC yang berkelanjutan untuk membatasi jumlah opsi
akuntansi dalam standarnya dapat memengaruhi tingkat dukungan untuk IAS di antara
negara-negara ASEAN berdasarkan pada bagaimana regulator dan badan profesional di
negara-negara maju menanggapi standar IASC yang lebih ketat. Penerimaan internasional
yang meluas akan standar-standar ini mungkin akan menghasilkan regulator pemerintah dan
badan profesional di ASEAN yang mendukung revisi IAS, meskipun ada kemungkinan reaksi
negatif dari kelompok-kelompok bisnis. Hal ini tampaknya semakin besar mengingat krisis
ekonomi yang sedang berlangsung di kawasan itu, yang telah meningkatkan kebutuhan untuk
9
menarik modal asing dari berbagai sumber yang semuanya akan menuntut transparansi yang
lebih besar dalam pelaporan keuangan.

Dalam penelitian Forgaty,et all.(1994), menunjukkan bahwa Perlakuan lengkap


terhadap proses regulasi AS harus mempertimbangkan kelompok-kelompok seperti Kongres
AS, Komisi Sekuritas dan Pertukaran, komite Institut Akuntan Publik Amerika, komunitas
pembuat dan beberapa badan lain dengan cara yang melampaui interaksi mereka dengan
FASB. Contoh-contoh standar akuntansi AS yang berkaitan dengan pengembangan perangkat
lunak komputer (PSAK 86), akuntansi pensiun (SFAS 87) dan akuntansi imbalan karyawan
pasca-pensiun (SFAS 106). Zeff (1978, hlm. 56) mendefinisikan konsekuensi ekonomi
sebagai “dampak laporan akuntansi pada perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah,
serikat pekerja, investor, dan kreditor”. Meskipun pengambilan keputusan itu penting,
pertanyaan ekonomi lainnya dapat membentuk gagasan konsekuensi ekonomi yang lebih
luas. Sejauh mana akuntansi terlibat dalam masalah distribusi pendapatan? Sejauh mana
akuntansi membantu atau menghambat alokasi sumber daya ekonomi yang langka di
masyarakat? Apakah akuntansi membantu dalam proses pembentukan modal? Apakah angka
akuntansi berkontribusi atau merusak perdagangan internasional? Sejauh mana akuntansi
memperburuk masalah inflasi atau bantuan dalam menahannya?. Debat kredit pajak investasi
awal 1960-an terbukti sangat menentukan pengaturan standar sektor swasta. APB
menganjurkan satu metode tetapi, setelah tindakan Kongres yang melarang larangan metode
alternatif, membalikkan pilihannya. Ketidakkonsistenan yang serupa atas metode akuntansi
antara APB dan SEC, dan antara FASB dan SEC terjadi di bidang akuntansi untuk kombinasi
bisnis dan akuntansi industri ekstraktif. Untuk penjelasan lebih lengkap tentang konflik-
konflik ini lihat Moonitz (1966), Burton (1970, hal. 6), Gerboth (1973), Ijiri (1979) dan Wolk
et al. (1992, hlm. 58-68).

DAFTAR RUJUKAN

Scott, W.R. (2009). Financial Accounting Theory. Prentice-Hall, Toronto, Canada


Fogarty,T.J, Hussein,M.E.A, & Ketz,J.E. 1994. Political Aspects of Financial Accounting
Standard Setting in the USA. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 7
No. 4, 1994, pp. 24-46.
Saudagaran, S.M, & Digay, J.G. 2000. The Institutional Environment of Financial Reporting
Regulation in ASEAN. The International Journal of Accounting, Vol. 35, No. 1, pp. 1-
26
Yuan Ding, Y, Hope ,O.K, Stolowy,& Jeanjean,T. 2007.Differences between domestic
accounting standards and IAS: Measurement, determinants and implications. Journal of
Accounting and Public Policy 26 pp 1–38
10

Anda mungkin juga menyukai