Anda di halaman 1dari 17

PENJUALAN KHUSUS : ANGSURAN

Pengertian Penjualan Angsuran

Menurut akuntansi penjualan dikelompokkan menjadi (dua), yaitu penjualan reguler


(penjualan biasa) dan penjualan angsuran. Penjualan reguler terdiri dari penjualan tunai dan
penjualan kredit.

Penjualan tunai adalah penjualan yang pembayarannya diterima sekaligus (langsung


lunas).

Penjualan kredit adalah penjualan yang pembayarannya tidak diterima sekaligus (tidak
langsung lunas).

Pembayaran bisa diterima melalui dua tahap atau lebih. Sedangkan penjualan angsuran
adalah mbayarannya tidak diterima sekaligus (tidak langsung lunas), pembayarannya diterima
melalui lebih dari dua tahap. Penjualan kredit yang pelunasannya hanya melalui dua tahap bukan
merupakan penjualan angsuran.

Dalam penjualan angsuran, membutuhkan wakt8uu untuk pelunasan yang relative lama.
Karena membutuhkan waktu yang relative lama, maka ada kemungkinan pembeli tidak melunasi
pembayaran. Untuk menghindari hal tersebut, biasanya untuk melindungi penjualan supaya tidak
mengalami kerugian, maka saat membeli ada beberapa perjanjian antara lain :

1. Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan kepenjual


2. Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, apabila pembayaran sudah lunas.

Berbagai Masalah Akuntansi Dalam Penjualan Angsuran

Metode pengakuan laba kotor

Ada dua pendekatan pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran, yaitu :

1. Dasar penjualan (sales bases atau accrual bases)


2. Dasar tunai (cash bases)

1. Dasar Penjualan (Sales Bases Atau Accrual Bases)

Dalam pendekatan ini laba kotor diakui dalam periode penjualan tanpa memperhatikan beberapa
pembayaran yang telah terjadi dan tanpa memperhatikan pula apakah aka nada piutang penjualan
angsuran yang dibatalkan. Pendekatan ini diterapkan biasanya dalam kondisi :

- Tidak akan terjadi pembatalan penjualan angsuran


- Jangka waktu pelunasan relative pendek
- Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditafsir secara relatife
teliti
- Uang muka relative besar, angsurannya relative besar.

Contoh 1 :

Pada awal tahun 2005 PT.ABADI melakukan penjualan angsuran seharga Rp.50.000.000 dengan
syarat pembayaran sebagai berikut :

- Uang muka Rp.10.000.000 langsung diterima


- Sisanya dibayar melalui 4 angsuran tahunan, setiap akhir tahun.

Harga pokok penjualan Rp.45.000.000

Penerimaan pembayarannya adalah sebagai berikut :

Tanggal keterangan jumlah

1-1-2005 uang muka Rp.10.000.000

31-12-2005 angsuran ke-1 Rp.10.000.000

31-12-2006 angsuran ke-2 Rp.10.000.000

31-12-2007 angsuran ke-3 Rp.10.000.000

31-12-2008 angsuran ke-4 Rp.10.000.000

Jumlah Rp.50.000.000

Sehingga pada tahun 2005 PT.ABADI mengakui laba kotor dari penjualan tersebut sebesar
Rp.5.000.000 yang berasal dari (Rp.50.000.000-Rp.45.000.000=Rp.5.000.000)

2. Dasar Tunai (Cash Bases)

Dalam metode ini laba kotor diakui saat pengumpulan kas. Setiap pengumpulan
kas di dalamnya mengandung unsur pembayaran harga pokok penjualan dan pembayaran atas
laba kotor.

Ada tiga perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran yaitu :

a. Penerimaan kas pertama dianggap sebagai penutup harga pokok penjualan dahulu,
setelah harga pokok penjaulan tertutup baru penerimaan kas berikutnya diakui sebagai
laba kotor (cost recorvery method)
b. Penerimaan kas pertama dianggap sebagai perolehan laba kotor dahulu, setelah laba kotor
tercapai baru sisa penerimaan kas berikutnya diakui sebagai penutup harga pokok.
c. Harga pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional setiap menerina kas
(metode penjualan angsuran)

Setiap perusahaan bisa memilih salah satu dari ketiga metode diatas. Setiap
perusahaan harus hati-hati dalam memilih dari ketiga metode tersebut terhadap penerimaan
piutang penjualan angsuran. Setiap perusahaan harus memilih perlakuan yang paling tepat bagi
mereka. Tetapi yang paling banyak dipakai adalah perlakuan yang ketiga, yaitu harga pokok
penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional setiap menerima kas, karena laporan
laba/ruginya dapat mencerminkan ‘propermatching revenue with expense’.

Contoh 2 :

Pada awal tahun 2005 PT.ABADI melakukan penjualan angsuran seharga Rp.50.000.000 dengn
syarat sebagai berikut :

- Uang muka Rp.10.000.000 langsung diterima


- Sisanya dibayar melalui 4x angsuran tahunan, setiapa aklhir tahun.

Harga pokok penjualan Rp.45.000.000

Besarnya laba kotor yang diakui setiap tahun adalah sebagai berikut :

Tanggal keterangan pembayaran harga pokok penjualan laba kotor

1-1-2005 uang muka Rp.10.000.000 Rp.9.000.000 Rp.1.000.000

31-12-2005 angsuran ke-1 Rp.10.000.000 Rp.9.000.000 Rp.1.000.000

31-12-2006 angsuran ke-2 Rp.10.000.000 Rp.9.000.000 Rp.1.000.000

31-12-2007 angsuran ke-3 Rp.10.000.000 Rp.9.000.000 Rp.1.000.000

31-12-2008 angsuran ke-4 Rp.10.000.000 Rp.9.000.000 Rp.1.000.000

Total Rp.50.000.000 Rp.45.000.000 Rp.5.000.000

Dalam metode ini setiap periode penerimaan kas diakui adanya pembayaran harga
pokok penjualan dan realisasi laba kotor.

Penjualan Angsuran Untuk Barang Tidak Bergerak Dan Barang Bergerak

Dalam penjualan angsuran pada umumnya laba kotor diakui secara proporsional
dengan penerimaan kas. Karena ada kemungkinan terjadi pembatalan penjualan angsuran.
Sehingga kalau terjadi pembatalan penjualan angsuran tidak selalu mengalami kerugian. Bahkan
bisa terjadi justru penjualan memperoleh keuntungan. Kalau laba kotor diakui pada periode
penjualan, seandainya terjadi pembatalan penjualan angsuran, maka akan terjdi kerugian pada
penjualan. Tetapi untuk penjualan angsuran barang-barang tidak bergerak tetap ada yang
mengakui laba kotor pada periode penjualan.

Metode pencatatan untuk penjualan barang yang tidak bergerak berbeda dengan
metode pencatatan untuk penjualan barang bergerak. Pada penjualan barang tidak bergerak, saat
penjualan, nama barang yang bersangkutan langsung dikredit sebesar harga pokok penjualan.
Selisih antara harga jual dan harga pokok penjualan langsung diakui sebagai laba kotor belum
direalisasi.

Pada penjualan barang bergerak, saat penjualan belum diakui laba kotor belum
direalisasi. Laba kotor belum direalisasi baru dihitung pada akhir periode. Pada akhir periode
sebelumnya dihitung dahulu harga pokok penjualan.

A. Penjualan barang tidak bergerak

Contoh 3 :

PT.MINA suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jual-beli barang tidak
bergerak. Pada tanggal 1 november 2007 PT.MINA menjual rumah kepada Bapak Firdaus. Nilai
buku rumah tersebut saat dijual adalah Rp.60.000.000 sedangkan harga jualny adalah
Rp.100.000.000. beberapa ketentuan yang diatur didalam kontrak penjualan khususnya yang
berhubungan dengan syarat pembayaran adalah sebagai berikut :

Pembayaran 1 (down payment) sebesar Rp.20.000.000 sisanya diangsur dengan


pembayaran tiap 4 bulan @ Rp8.000.000. bunga sebesar 14% per tahun untuk sisa pinjaman
yang belum dibayar. Komisi dan biaya-biaya lainnya guna penjualan tersebut sejumlah
Rp.4.000.000 telah dibayar tunai oleh PT.MINA

Berikut ini adalah jurnal yang dibuat oleh PT.MINA :

tanggal Laba diakui dalam periode penjualan Laba diakui secara proporsional dengan
(dalam ribuan rupiah) pembayaran yang diterima (dalam ribuan
rupiah)
1-11-2007 Kas Rp.20.000 Kas Rp.20.000
PPA Rp.80.000
PPA Rp.80.000 Rumah Rp.60.000
Rumah Rp.60.000 LKBD Rp.40.000
Laba (penerimaan pembayaran 1 Rp.20.000.000 dan
(penerimaan pembayaran 1 Rp.20.000.000 dan hipotek untuk saldo yang belum dibayar
hipotek untuk saldo yang belum dibayar Rp.80.000.000)
Rp.80.000.000)
Biaya penjualan Rp.4.000 Biaya penjualan Rp.4.000
Kas Rp.4.000 Kas Rp.4.000
(biaya-biaya yang dikeluarkan) (biaya-biaya yang dikeluarkan)
31-12-2007 Piutang bunga Rp.1.900 Piutang Bunga Rp.1.900
Pendapatan bunga Rp.1.900 Pendapatan Bunga Rp.1.900
(bunga yang masih harus diterima atas hipotek (bunga yang masih harus diterima atas hipotek
14% untuk jangka waktu 2 bulan 14% untuk jangka waktu 2 bulan
[Rp.80.000.000x14%x2/12=Rp.1.900.000]) [Rp.80.000.000x14%x2/12=Rp.1.900.000])
LKD adalah sebagai berikut : %LK=40% atau LKBD Rp.8.000
Rp40.000.000/Rp.100.000.000x100%. LKD Rp.8.000
penerimaan kas tahun 1999 Rp.20.000.000.
jadi LKD 40%xRp20.000.000=Rp.8.000.000]
Laba Rp.40.000 LKD Rp.8.000
Pendapatan bunga Rp.1.900 Pendapatan bunga Rp.1.900
Biaya penjualan Rp.4.000 Biaya penjualan Rp.4.000
R/L Rp.37.900 R/L Rp.5.900
(menutup rekening nominal ke R/L) (menutup rekening nominal ke R/L)
1-1-2008 Pendapatan bunga Rp.1.900 Pendapatan Bunga Rp.1.900
Piutang bunga Rp.1.900 Piutang Bunga Rp.1.900
(penyesuaian kembali) (penyesuaian kembali)
1-3-2008 Kas Rp.11.700 Kas Rp.11.700
PPA Rp.8.000 PPA Rp.8.000
Rp.8.000 Pendapatan bunga Rp.3.700
Pendapatan bunga Rp.3.700 (diterima pembayaran angsuran hipotek
(diterima pembayaran angsuran hipotek sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek
sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek sebesar
sebesar [Rp.80.000.000x14%x4/12=Rp3.700.000])
[Rp.80.000.000x14%x4/12=Rp3.700.000])
1-7-2008 Kas Rp.11.400 Kas Rp.11.400
PPA Rp.8.000 PPA Rp.8.000
Pendapatan bunga Rp.3.400 Pendapatan bunga Rp.3.400
(diterima pembayaran angsuran hipotek (diterima pembayaran angsuran hipotek
sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek
sebesar sebesar
[Rp.72.000.000x14%x4/12=Rp3.400.000]) [Rp.72.000.000x14%x4/12=Rp3.400.000])
1-11-2008 Kas Rp.11.400 Kas Rp.11.000
PPA Rp.8.000 PPA Rp.8.000
Pendapatan bunga Rp.3.000 Pendapatan bunga Rp.3.000
(diterima pembayaran angsuran hipotek (diterima pembayaran angsuran hipotek
sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek
sebesar sebesar
[Rp.64.000.000x14%x4/12=Rp3.000.000]) [Rp.64.000.000x14%x4/12=Rp3.000.000])

31-12-2008 Piutang bunga Rp.1.300 Piutang bunga Rp.1.300


Pendapatan bunga Rp.1.300 Pendapatan bunga Rp.1.300
(bunga yang masih harus diterima atas hipotek (bunga yang masih harus diterima atas hipotek
14% untuk jangka waktu 4 bulan 14% untuk jangka waktu 4 bulan
[Rp.56.000.000x14%x4/12=Rp1.300.000]) [Rp.56.000.000x14%x4/12=Rp1.300.000])
LKD adalah sebagai berikut : %LK=40%. LKBD Rp.9.600
penerimaan kas tahun 1999 Rp.24.000.000. LKD Rp.9.600
jadi LKD 40%xRp24.000.000=Rp.9.600.000
Pendapatan bunga Rp.9.500 LKD Rp.9.600
R/L Rp.9.500 Pendapatan bunga Rp.9.500
Laba/rugi Rp.19.100
(menutup rekening nominal ke R/L) (menutup rekening nominal ke R/L)

Keterangan :
LKD : laba kotor direalisasi
LKBD : laba kotor belum direalisasi
PPA : piutang penjualan angsuran

Seandainya pada tanggal 1 Maret 2009 piutang penjualan angsuran dinyatakan batal, karena
pembelinya tidak dapat mengangsur lagi, maka rumah tersebut dikembalikan kepada PT. Mina.
Nilai pasar rumah saat dikembalikan adalah Rp.50.000.000. jurnal yang dibuat saat pembatalan
dan pemilikan kembali rumah adalah sebagai berikut :
 Laba diakui dalam periode penjualan
Jurnal :
Rumah Rp.50.000.000
Rugi pemilikan kembali Rp. 6.000.000
Piutang penjualan angsuran Rp.56.000.000**)
 Laba diakui secara proporsional dengan pembayaran yang diterima
Jurnal :
Rumah Rp.50.000.000
LKBD Rp.22.400.000*)
Piutang penjualan angsuran Rp.56.000.000
Laba pemilikan kembali Rp.16.400.000
**) Jumlah piutang dikurangi jumlah angsuran.Rp80.000.000-(Rp8.000.000x3) = Rp.56.000.000
*)LKBD = 40% x Rp.56.000.000 = Rp.22.400.000
Laba dan rugi pemilikan kembali rumah pada tanggal 1 Maret 2009 dapat dibuktikan dengan
perhitungan sebagai berikut :

Keterangan Laba diakui dalam Laba diakui secara


periode penjualan proposional dengan
pembayaran yang diterima
Total pembayaran yang telah diterima Rp.44.000.000 Rp.44.000.000
Kerugian penurunan niali rumah
Nilai buku rumah saat dijual
Rp.60.000.000
Harga pasar rumah
Saat dimiliki kembali Rp.10.000.000 Rp.10.000.000
Rp.50.000.000 Rp.34.000.000 Rp.34.000.000
Laba bersih
Laba yang telah diakui sebelum (Rp.40.000.000) (Rp.17.600.000)***)
pemilikan kembali rumah
Laba (rugi) pemilikan kembali rumah (Rp.6.000.000) Rp.16.400.000
***) % laba x total pembayaran yang telah diterima. 40% x Rp.40.000.000 =Rp17.600.000

2. penjualan barang bergerak

Contoh 4 :
Berikut ini adalah neraca PT “Roma” 1 januari 2008
PT “Roma”
Neraca
Per 1-1-2008
Kas Rp.15.000.000 Utang dgng Rp24.650.000
Pers. brg dagangan Rp.120.000.000 LKBD th 2007 Rp12.000.000
Piutang dagang Rp.10.000.000 LKBD th 2006 Rp.7.350.000
Piutang penj. Angs th 2007 Rp.60.000.000 Modal saham Rp.150.000.000
Piutang penj. angs. Th 2006 Rp.49.000.000 Laba yang ditahan Rp.60.000.000
Total aktiva Rp.254.000.000 Total pasiva Rp.254.000.000

Sedangkan transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 2008 di PT Roma adalah sebagai
berikut:
 Penjualan tunai sebesar Rp.40.000.000
 Penjualan kredit sebesar Rp.150.000.000
 HPP Rp.130.000.000
 Penjualan angsuran sebesar Rp.200.000.000
HPP angsuran Rp.150.000.000
 Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp.400.000.000
Penerimaan kas diperoleh dari:
 Piutang dagang Rp.90.000.000
 Piutang penjualan angsuran 2000 Rp.80.000.000
 Piutang penjualan angsuran 1999 Rp.47.000.000
 Piutang penjualan angsuran 1998 Rp.45.000.000
Pengeluaran kas untuk:
 Pembayaran utang dagang Rp.100.000.000
 Biaya operasi Rp.50.000.000
Berdadsarkan data diatas, maka persentase laba kotor untuk masing-masing tahun sebagai
berikut:
% laba tahun 1998 = Rp.7.350.000/Rp.49.000.000 x 100% = 15%
% laba tahun 1999 = Rp.12.000.000/Rp.60.000.000 x 100% = 20%
% laba tahun 2000 = Rp.200.000.000 – Rp.150.000.000/Rp.200.000.000 x 100% = 25%

Jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut :


Keterangan Jurnal
Saat penjualan Kas Rp 40.000.000
Piutang Dagang Rp.150.000.000
Penjualan Rp.190.000.000
Piutang Penj. Angs’00 Rp.200.000.00
Penj. Angsuran Rp.200.000.000
Saat pembelian barang dagang Pembeliaan Rp.400.000.000
Piutang dagang Rp.400.000.000
Penerimaan kas Kas Rp.262.000.000
Piutang dagang Rp.90.000.000
Piutang Penj. Angs’00 Rp.80.000.000
Piutang Penj. Angs’99 Rp.47.000.000
Piutang Penj. Angs’98 Rp 45.000.000
Pengeluaran kas Utang dagang Rp.100.000.000
Biaya operasi Rp.50.000.000
kas Rp.150.000.000
31 Desember 2000 HPP angsuran Rp.150.000.000
Penyesuaian penjualan angsuran Peng. Penjualan angsuran Rp.150.000.000
Menutup penjualan angsuran Penj. Angsuran Rp.200.000.000,00
HPP angsuran Rp.150.000.000
LKBD Rp 50.000.000
Mencatat laba kotor direalisasi LKBD tahun 2000 Rp.20.000.000
LKD 2000=25%xRp 80juta=Rp LKBD tahun 1999 Rp.9.400.000
20.000.000,00 LKBD tahun 1998 Rp.6.750.000
LKD 1999=20%xRp 47juta = LKBD 1998-2000 Rp.36.150.000
Rp.9.400.000,00
LKD 1998= 15%xRp 45juta=
Rp.6.750.000,00
Menutup persediaan awal, Laba/rugi RP.370.000.000
pembelian dan pengiriman Peng. Penj. Angsuran Rp.150.000.000
penjualan angsuran ke laba/rugi Pembelian Rp.400.000.000
Pers. Awal Rp.120.000.000
Menutup persediaan akhir Rp Pers. Akhir Rp.240.000.000
240juta ke laba/rugi Laba/rugi Rp.240.000.000
Menutup penjualan regular ke Penjuala Rp.190.000.000
laba/rugi Laba/rugi Rp.190.000.000
Menutup LKD ke laba/rugi LKD Rp.36.150.000.000
Laba/rugi Rp 36.150.000.000
Menutup biaya operasi ke Laba/rugi Rp.50.000.000
laba/rugi Biaya operasional Rp 50.000.000
Mencatat biaya pajak Biaya pjk penghasilan Rp.4.615.000
penghasilan …% Utang PPh Rp.4. 615.000
Menutup PPh ke laba/rugi Laba/rugi Rp.165.000.000
Biaya PPh Rp.165.000.000
Menutup laba/rugi ke laba yang Laba/rugi Rp.41.535.000
ditahan LYD Rp.41.535.000

Alternative prosedur untuk memghitung laba kotor direalisasi adalah sebagai berikut:
Keterangan Th 2008 Th 2007 Th 2006
Laba kotor belum direlisasi Rp.50.000.000 Rp.12.000.000 Rp.7.350.000
sebelum penyesuaian.
Laba kotor belum direalisasi
akhir tahun 2008 dari
pengumpulan piutang.
Penjualan Angsuran
 Th2008 25%xRp120.000.000 Rp30.000.000
 Th2007 20%xRp13.000.000 Rp2.600.000
 Th2006 15%xRp4.000.000 Rp600.000

Laba kotor yang direalisasi dari Rp20.000.000 Rp9.400.000 Rp6.750.000


hasil pengumpulan piutang
penjualan angsuran selama
tahun 2008

Laporan Keuangan Jika Perusahaan Melakukan Penjualan Reguler Dan Penjualan


Angsuran
Dalam neraca harus disebutkan secara jelas masing-masing saldo dan piutang penjualan
angsuran (masing-masing periode penjualan angsuran).Masing-masing saldo dari laba kotor
belum direalisasi dari masing-masing periode penjualan angsuran juga harus disebutkan secara
jelas.
Dalam laporan laba atau rugi harus dipisahkan antara penjualan, biaya dan laba atau rugi
dari penjualan reguler dan dari penjualan angsuran. Sedangkan laba atau rugi yang dicantumkan
dalam laoran laba atau rugi adalah laba/rugi yang direalisasi selama satu periode tersebut
(termasuk laba yang direalisasi dari penjualan angsuran periode-periode sebelumnya).
Berdasar transaksi di atas, maka laporan keuangan PT ‘roma’ adalah sebagai berikut:

PT Roma
Neraca
Per 31 Desember 2008
Aktiva Pasiva
Kas Rp.167.000.000 Utang dagang Rp.324.650.000
Piutang dagang Rp.70.000.000 Utang PPh Rp.4.615.000
Piutang penjualan angsuran :
Tahun 2008 Rp.120.000.000 Pendapatan ditangguhkan
Tahun 2007 Rp.13.000.000 LKBD
Tahun 2006 Rp.4.000.000 Th.2008 Rp30.000.000
Rp.137.000.000 Th.2007 Rp.2.600.000
Persediaan barang dagang Rp.240.000.000 Th.2006 Rp.600.000
Total utang Rp.33.200.000

Modal saham Rp.150.000.000


LYD 1-1-‘08 Rp.60.000.000
Laba bersih
Selama th 2008 Rp.41.535.000
Total modal Rp251.535.000

Total aktiva Rp.614.000.000 Total pasiva Rp614.000.000

PT. Roma
Laporan laba atau rugi th 2008
Keterangan Penjualan angsuran Penjualan regular Total
Penjualan Rp.200.000.000 Rp.190.000.000 Rp.390.000.000
HPP :
Pers 1-1-2008 Rp.120.000.000
Pembelian Rp.400.000.000
Tersedia utk dijual Rp.520.000.000
Pers.31-12-2008 (Rp.240.000.000)
(Rp.150.000.000) (Rp.130.000.000) (Rp.280.000.000)
Laba kotor Rp.50.000.000 Rp.60.000.000 Rp.110.000.000
LKBD dari penjualan th 2008 Rp.30.000.000 Rp.30.000.000
LKD dari penjualan th 2008 Rp.20.000.000 Rp.60.000.000 Rp.80.000.000
LKD dari 2006-2007 Rp.16.150.000
Total LKD Rp.96.150.000
Biaya operasi Rp.50.000.000
Laba sebelum pajak Rp.46.150.000
Pajak penghasilan Rp.4.615.000
Laba setelah pajak Rp.41.535.000
Pajak penghasilan:
10%x Rp46.150.000.000 =Rp 4.615.000

PT Roma
Laporan perubahan laba yang ditahan tahun 2008
Laba ditahan per 1 jan 2008 Rp.60.000.000
Laba bersih setelah pajak penghasilan Rp.41.535.000
Rp.101.535.000
Pembagiaan deviden 0

Laba ditahan per 31 des 2008 Rp.101.535.000

Tukar Tambah Atau Trade In


Tukar tambah adalah penjualan dimana pembeli menyerahkan barangnya sebagai uang
muka (down payment/DP) kekurangannya dibayar secara angsuran. Dalam penjualan angsuran
sering terjadi cara tukar tambah untuk menarik pembeli.
Dalam tukar tambah, barang yang diserahkan sebagai uang muka dicatat berdasarkan
realisasi bersihnya dengan syarat; nilai realisasi bersih tidak boleh melebihi nilai pokok
pengganti (current replacement cost).
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga jual barang dikurangi biaya perbaikan, biaya
pemasaran, dan biaya-biaya lain serta taksiran laba yang diharapkan. Selisih antara harga yang di
sepakati dengan nilai realisasi bersih di masukkan kerekening cadangan kelebihan harga. Pada
akhir periode rekening cadangan kelebihan harga mengurangi rekening penjualan angsuran. Jadi
harga penjualan angsuran sebenarnya adalah sebesar rekening penjualan dikuranagi cadangan
kelebihan harga.
Contoh 5
Pada awal tahun 2008 toko ‘Sumber Jaya Mobil’ menjual mobil panther secara angsuran
sebesar Rp.150.000.000, cara pembayarannya adalah sebagai berikut :
- Sebagai uang muka diterima mobil carry dengan nilai yang disepakati sebesar
Rp.40.000.000
- Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing Rp.11.000.000
Mobil carry yang diterima diperkirakan memutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp.2.000.000.
setelah diperbaiki diperkirakan dapat dijual dengan harga Rp.46.000.000. dalam penjualan
mobil carry perusahaan memperhitungkan laba normal sebesar 10% dari harga jual. Harga
perolehan mobil panther sebesar Rp.130.000.000
Perhitungan:
Harga yang disepakati Rp40.000.000
Harga jual mobil Carry Rp46.000.000
Biaya perbaikan Rp2.000.000
Laba normal Rp4.600.000
10% x Rp46.000.000, Rp6.600.000
Taksiran nilai realisasi bersih Rp39.400.000
kelebihan harga Rp600.000
jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
untuk mencatat penjualan
piutang penjualan angsuran Rp110.000.000 -
mobil Carry Rp39.400.000 -
cadangan kelebihan harga Rp600.000 -
penjualan angsuran - Rp150.000.000
untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran (jika pencatatan persediaaan menggunakan
metode perpetual)
harga pokok penjualan angsuran Rp130.000.000 -
persediaan barang dagangan - Rp130.000.000
jika pencatatan persediaan menggunakan metode fisik, jurnal yang dibuat hanya jurnal untuk
mencatat penjualan. Jurnal harga pokok penjualan tidak perlu dibuat.

Pembatalan Penjualan Angsuran


Pada umumnya jika terjadi pembatalan penjualan angsuran barang yang sudah dijual
dimiliki kembali oleh penjualnya. Barang yang dimiliki kembali diperlukan penilaian kembali
harga barang yang bersangkutan. Dalam penilaian kembali barang tersebut harus
mempertimbangkan cadangan untuk perbaikan dan kepentingan normal yang diharapkan apabila
barang tersebut dijual lagi (nilai realisasi bersih). Piutang penjualan angsuran yang belum
dibayar dibatalkan. Laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran yang diakui adalah tergantung
metode pengakuan laba kotor yang digunakan (laba kotor diakui saat penjualan atau laba kotor
diakui secara proporsional dengan penerimaan kas).
Laba kotor diakui saat penjualan
Pada metode ini laba kotor diakui saat penjualan sehingga saldo piutang penjualan
angsuran merupakan harga pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Jadi selisih
antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang penjualan
angsuran merupakan laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran.

Laba Kotor Diakui Secara Proporsional Dengan Penerimaan Kas


Pada metode ini laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas, sehingga
saldo piutang penjualan angsuran merupakan unsur laba kotor belum direalisasi dan harga pokok
penjualan angsuran. Jadi selisih antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali
dengan saldo piutang penjualan angsuran dan laba kotor belum direalisasi merupakan laba atau
rugi pembatalan penjualan angsuran.

Contoh 6:
PT, Setiabudi menjual barang dagangannya secara angsuran. Pada tahun 2000 terjadi pembatalan
atas penjualan angsuran yang terjadi pada tahun sebelumnya. informasi mengenau penjualan
angsuran yang dibatalkan tersebut adalah sebagai berikut :
─ Penjualan semula Rp.20.000.000
─ Harga pokok penjualan angsuran Rp.15.000.000
─ Tingkat laba kotor 25% dari harga jual
─ Piutang yang sudah berhasil diterima pembayarannya Rp.12.000.000
─ Taksiran nilai realisasi bersih atas harga yang diterima kembali Rp7.000.000
Laba kotor diakui saat penjualan
Perhitungan:
Harga jual Rp20.000.000
Piutang yang sudah ditagih Rp12.000.000
piutang yang belum ditagih Rp 8.000.000
taksiran nilai realisasi bersih Rp 7.000.000
rugi pembatalan penjualan angsuran Rp 1.000.000
jurnal:
persediaan barang dagangan Rp.7.000.000 -
rugi pembatalan angsuran Rp.1.000.000 -
piutang penjualan angsuran - Rp.8.000.000

Laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas


Perhitungan:
Harga jual Rp.20.000.000
Piutang yang sudah ditagih Rp.12.000.000
Piutang yang belum ditagih Rp.8.000.000
Laba kotor belum direalisasi
25% x Rp8000.000 = Rp.2.000.000
Harga pokok penjualan yang belum dibayar Rp.6.000.000
Taksiran nilai realisasi bersih Rp.7.000.000
laba pembatalan penjualan angsuran Rp.1.000.000

jurnal:
persediaan barang dagangan Rp7.000.000
Laba kotor belum direalisasi Rp2.000.000
Piutan penjualan angsuran Rp8.000.000
Laba pembatalan angsuran Rp1.000.000

Perhitungan Bunga Pada Penjualan Angsuran


Ada berbagai macam perhitungan bunga angsuran yaitu :
1. Bunga dihutung dari sisa pinjaman
2. Bunga dihitung dari pokok pinjaman
3. Sistim anuitet (bunga semakin menurun dan angsuran pokok pinjaman meningkat)
Jika bunga dihitung dari sisa pinjaman, besarnya bunga dihitung dari saldo pinjaman
awal periode. Kalau angsuran bulanan, bunga didasarkan pada saldo awal bulan. Kalau angsuran
tahunan, maka bunga disasarkan pada saldo awal tahun. Jadi jumlah semakin lama semakin
turun. Jika bunga dihitung dari pokok pinjaman, besarnya bunga dihitung dari saldo pinjaman,
jadi besarnya bunga agalah tetap. Jika bunga menggunakan sistem anuitet besarnya bunga
dihitung menggunakan rumus anuitet. Dengan menggunakan rumus anuitet jumlah angsuran
tetap tetapi jumlah bunga semakin menurun, angsuran pokok semakin meningkat.

Contoh 7:
Pada tanggal 2 maret 2008, toko ‘Hidup Baru’ menjual sebuah sepeda motor kepada makelar
sepede motor dengan harga Rp.13.000.000 dengan cara pembayaran sebagai berikut:
─ Uang muka Rp.5.000.000
─ Sisanya sebesar Rp.8.000.000 akan diangsur sebanyak 4 kali setiap bulan yaitu setiap
tanggal 2. Angsuran pertama akan dimulai pada tanggal 2 April 2001
─ Diperhitungkan bunga sebesar 4% perbulan

Bunga Dihitung Dari Sisa Pinjaman


Bedasarkan metode ini, maka besarnya bunga, pokok pinjaman, jumlah kas yang diterima
setiap mengangsur adalah sebagai berikut:
Tanggal Angsuran pokok pinjaman (1) Bunga (2) Kas yang diterima Sisa pinjaman (9)
(3)
2-3-2008 - - Rp.5.000.000 Rp.8.000.000
2-4-2008 Rp.2.000.000 Rp.320.000.000 Rp.2.320.000 Rp.6.000.000
2-5-2008 Rp.2.000.000 Rp.240.000.000 Rp.2.240.000 Rp.4.000.000
2-6-2008 Rp.2.000.000 Rp.160.000.000 Rp.2.160.000 Rp.2.000.000
2-7-2008 Rp.2.000.000 Rp.80.000.000 Rp.2.080.000 -
Jumlah Rp.8.000.000 Rp.800.000.000 Rp.13.800.000
Keterangan :
(1) = Rp.8.000.000 : 4
(2) = 4%x (4) awal
(3) = (1) + (2)
(4) = (4) awal – (1)

Sedangkan contoh jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :


Keterangan Jurnal yang dibuat pembeli Jurnal yang dibuat penjual
2 maret 2008 Pembelian Rp15.000.000 Kas Rp 5.000.000
Saat penjualan Utg.pemb. angs Rp.8.000.000 Piut.penj.angs Rp 8.000.000
Kas Rp.5.000.00 Penj angs Rp 13.000.000
2 april 2008 Utg.pemb. angs Rp.2.000.000 Kas Rp.2.320.000
Angsuran pertama Biaya bunga Rp. 320.000 Piut.penj.angs Rp.2.000.000
Kas Rp.2.320.000 Pend. bg Rp.320.000
2 mei 2008 Utg.pemb. angs Rp.2.000.000 Kas Rp.2.240.000
Angsuran kedua Biaya bunga Rp. 240.000 Piut.penj.angs Rp.2.000.000
Kas Rp.2.240.000 Pend. bunga Rp.240.000

Bunga Dihitung Dari Pokok Pinjaman


Berdasarkan metode ini, maka besarnya bunga, pokok pinjaman, dan jumlah kas yang
diterima setiap mengangsur adalah sebagai berikut :

Tanggal Angsuran pokok Bunga Kas yang Sisa pinjaman


pinjaman (2) diterima (9)
(1) (3)
2-3-2008 - - Rp 5.000.000 Rp 8.000.000
2-4-2008 Rp 2.000.000 Rp 320.000 Rp 2.320.000 Rp 6.000.000
2-5-2008 Rp 2.000.000 Rp 320.000 Rp 2.320.000 Rp4.000.000
2-6-2008 Rp 2.000.000 Rp 320.000 Rp 2.320.000 Rp 2.000.000
2-7-2008 Rp 2.000.000 Rp 320.000 Rp 2.320.000 0

Jumlah Rp 8.000.000 Rp 1.280.000 Rp14.280.000


Keterangan :
(1) = Rp8.000.000 : 4
(2) = 4% x pokok pinjaman
(3) = (1) + (2)
(4) = (4) awal – (1)

Sedangkan contoh jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:


Keterangan Jurnal yang dibuat pembeli Jurnal yang dibuat penjual
2 maret 2008 Pembelian Rp13.000.000 Kas Rp.5.000.000
Saat penjualan Utg.pemb. angs Rp.8.000.000 Piut.penj.angs Rp.8.000.000
Kas Rp.5.000.000 Penj angs Rp.13.000.000
2 april 2008 Utg.pemb. angs Rp.2.000.000 Kas Rp.2.320.000
Angsuran pertama Biaya bunga Rp.320.000 Piut.penj.angs Rp.2.000.000
Kas Rp.2.320.000 Pend. bg Rp.320.000
2 mei 2008 Utg.pemb. angs Rp.2.000.000 Kas Rp.2.320.000
Angsuran kedua Biaya bunga Rp.320.000 Piut.penj.angs Rp.2.000.000
Kas Rp.2.320.000 Pend. angsuran Rp.320.000

System anuitet
Berdasar metode ini, maka besarnya bunga, pokok pinjaman, dan jumlah kas yang
diterima setiap mengangsur adalah sebagai berikut:
Perhitungan bunga adalah:
K= SP
an>P
keterangan:
K = jumlah kas yang diterima setiap bulan
SP = sisa penjualan semua
an> P = nilai tunai dari Rp.1,00 yang akan diterima setiap periode selama ‘n’ periode yang akan
datang dengan tingkat bunga ‘p%’ per priode. Nilai ini dapat dilihat pada tabel bunga
atau dihitung sendiri dengan memakai rumus deret ukur menurun.
Sedang jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Kas yang diterima Bunga Angsuran pokok pinjaman Sisa pinjaman
2 maret 2008 Rp 2.000.000 - - Rp 8.000.000
2 april 2008 Rp 2.230.860 Rp320.000 Rp1.883.860 Rp6.116.140
2 mai 2008 Rp 2.203.860 Rp224.650 Rp1.959.210 Rp4.156.930
2 juni 2008 Rp2.203.860 Rp166.280 Rp2.037.580 Rp2.119.350
2 juli 2008 Rp2.203.860 Rp84.770 Rp2.119.090 -
Jumlah Rp16.815.440 Rp815.700 Rp8.000.000 -
Keterangan:
(1)=8.000.000
(2)= 4% x (4) awal
(3)=(1)-(2)
(4)=(4) awal-(3)
sedang jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Keterangan Jurnal yang di buat oleh pembeli Jurnal yang di buat oleh penjual
2-3-2008 Pembelian Rp.13.000.000 Kas Rp.5000.000
Saat penjualan Utg. Pemb. Angsuran Rp.8.000.000 Piut.angs Rp.8.000.000
Kas Rp.5.000.000 Penj.angs Rp13.000.000

2-4-2008 Utg.pemb. angs Rp.1.833.860 Kas Rp.1.103.860


Angsuran ke 1 Biaya bunga Rp.320.000. Piut. penj. Angs Rp. 1.883.860
Kas Rp.2.203.860 Pend. Bg. Rp. 320.000

2-5-2008 Utg.pemb.angs Rp.1.959.210. Kas Rp.2.203.860.


Angsuran 2 Biaya bunga Rp.244.650 Piut. Penj. Angs. Rp.1.959.210
Kas Rp.2.203.860 Pend.bg. Rp.244.650.

2-6-2008 Utg.pemb.angs. Rp.2.037.580. Kas Rp.2.203.860


Angsuran ke 3 Biaya bunga Rp.166.280 PPA Rp.2.203.860
Kas Rp.2.203.860 Pend.bung. Rp.166.280

2-7-2008 Utg. Pemb. Angs. Rp.2.119.690. Kas Rp.2.203.860


Angsuran ke 4 Biaya bunga Rp.84.770 PPA Rp.2.119.090
Kas Rp.2.203.860 Pend. Bg Rp.84.770

Anda mungkin juga menyukai