Penjualan kredit adalah penjualan yang pembayarannya tidak diterima sekaligus (tidak
langsung lunas).
Pembayaran bisa diterima melalui dua tahap atau lebih. Sedangkan penjualan angsuran
adalah mbayarannya tidak diterima sekaligus (tidak langsung lunas), pembayarannya diterima
melalui lebih dari dua tahap. Penjualan kredit yang pelunasannya hanya melalui dua tahap bukan
merupakan penjualan angsuran.
Dalam penjualan angsuran, membutuhkan wakt8uu untuk pelunasan yang relative lama.
Karena membutuhkan waktu yang relative lama, maka ada kemungkinan pembeli tidak melunasi
pembayaran. Untuk menghindari hal tersebut, biasanya untuk melindungi penjualan supaya tidak
mengalami kerugian, maka saat membeli ada beberapa perjanjian antara lain :
Ada dua pendekatan pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran, yaitu :
Dalam pendekatan ini laba kotor diakui dalam periode penjualan tanpa memperhatikan beberapa
pembayaran yang telah terjadi dan tanpa memperhatikan pula apakah aka nada piutang penjualan
angsuran yang dibatalkan. Pendekatan ini diterapkan biasanya dalam kondisi :
Contoh 1 :
Pada awal tahun 2005 PT.ABADI melakukan penjualan angsuran seharga Rp.50.000.000 dengan
syarat pembayaran sebagai berikut :
Jumlah Rp.50.000.000
Sehingga pada tahun 2005 PT.ABADI mengakui laba kotor dari penjualan tersebut sebesar
Rp.5.000.000 yang berasal dari (Rp.50.000.000-Rp.45.000.000=Rp.5.000.000)
Dalam metode ini laba kotor diakui saat pengumpulan kas. Setiap pengumpulan
kas di dalamnya mengandung unsur pembayaran harga pokok penjualan dan pembayaran atas
laba kotor.
a. Penerimaan kas pertama dianggap sebagai penutup harga pokok penjualan dahulu,
setelah harga pokok penjaulan tertutup baru penerimaan kas berikutnya diakui sebagai
laba kotor (cost recorvery method)
b. Penerimaan kas pertama dianggap sebagai perolehan laba kotor dahulu, setelah laba kotor
tercapai baru sisa penerimaan kas berikutnya diakui sebagai penutup harga pokok.
c. Harga pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional setiap menerina kas
(metode penjualan angsuran)
Setiap perusahaan bisa memilih salah satu dari ketiga metode diatas. Setiap
perusahaan harus hati-hati dalam memilih dari ketiga metode tersebut terhadap penerimaan
piutang penjualan angsuran. Setiap perusahaan harus memilih perlakuan yang paling tepat bagi
mereka. Tetapi yang paling banyak dipakai adalah perlakuan yang ketiga, yaitu harga pokok
penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional setiap menerima kas, karena laporan
laba/ruginya dapat mencerminkan ‘propermatching revenue with expense’.
Contoh 2 :
Pada awal tahun 2005 PT.ABADI melakukan penjualan angsuran seharga Rp.50.000.000 dengn
syarat sebagai berikut :
Besarnya laba kotor yang diakui setiap tahun adalah sebagai berikut :
Dalam metode ini setiap periode penerimaan kas diakui adanya pembayaran harga
pokok penjualan dan realisasi laba kotor.
Dalam penjualan angsuran pada umumnya laba kotor diakui secara proporsional
dengan penerimaan kas. Karena ada kemungkinan terjadi pembatalan penjualan angsuran.
Sehingga kalau terjadi pembatalan penjualan angsuran tidak selalu mengalami kerugian. Bahkan
bisa terjadi justru penjualan memperoleh keuntungan. Kalau laba kotor diakui pada periode
penjualan, seandainya terjadi pembatalan penjualan angsuran, maka akan terjdi kerugian pada
penjualan. Tetapi untuk penjualan angsuran barang-barang tidak bergerak tetap ada yang
mengakui laba kotor pada periode penjualan.
Metode pencatatan untuk penjualan barang yang tidak bergerak berbeda dengan
metode pencatatan untuk penjualan barang bergerak. Pada penjualan barang tidak bergerak, saat
penjualan, nama barang yang bersangkutan langsung dikredit sebesar harga pokok penjualan.
Selisih antara harga jual dan harga pokok penjualan langsung diakui sebagai laba kotor belum
direalisasi.
Pada penjualan barang bergerak, saat penjualan belum diakui laba kotor belum
direalisasi. Laba kotor belum direalisasi baru dihitung pada akhir periode. Pada akhir periode
sebelumnya dihitung dahulu harga pokok penjualan.
Contoh 3 :
PT.MINA suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jual-beli barang tidak
bergerak. Pada tanggal 1 november 2007 PT.MINA menjual rumah kepada Bapak Firdaus. Nilai
buku rumah tersebut saat dijual adalah Rp.60.000.000 sedangkan harga jualny adalah
Rp.100.000.000. beberapa ketentuan yang diatur didalam kontrak penjualan khususnya yang
berhubungan dengan syarat pembayaran adalah sebagai berikut :
tanggal Laba diakui dalam periode penjualan Laba diakui secara proporsional dengan
(dalam ribuan rupiah) pembayaran yang diterima (dalam ribuan
rupiah)
1-11-2007 Kas Rp.20.000 Kas Rp.20.000
PPA Rp.80.000
PPA Rp.80.000 Rumah Rp.60.000
Rumah Rp.60.000 LKBD Rp.40.000
Laba (penerimaan pembayaran 1 Rp.20.000.000 dan
(penerimaan pembayaran 1 Rp.20.000.000 dan hipotek untuk saldo yang belum dibayar
hipotek untuk saldo yang belum dibayar Rp.80.000.000)
Rp.80.000.000)
Biaya penjualan Rp.4.000 Biaya penjualan Rp.4.000
Kas Rp.4.000 Kas Rp.4.000
(biaya-biaya yang dikeluarkan) (biaya-biaya yang dikeluarkan)
31-12-2007 Piutang bunga Rp.1.900 Piutang Bunga Rp.1.900
Pendapatan bunga Rp.1.900 Pendapatan Bunga Rp.1.900
(bunga yang masih harus diterima atas hipotek (bunga yang masih harus diterima atas hipotek
14% untuk jangka waktu 2 bulan 14% untuk jangka waktu 2 bulan
[Rp.80.000.000x14%x2/12=Rp.1.900.000]) [Rp.80.000.000x14%x2/12=Rp.1.900.000])
LKD adalah sebagai berikut : %LK=40% atau LKBD Rp.8.000
Rp40.000.000/Rp.100.000.000x100%. LKD Rp.8.000
penerimaan kas tahun 1999 Rp.20.000.000.
jadi LKD 40%xRp20.000.000=Rp.8.000.000]
Laba Rp.40.000 LKD Rp.8.000
Pendapatan bunga Rp.1.900 Pendapatan bunga Rp.1.900
Biaya penjualan Rp.4.000 Biaya penjualan Rp.4.000
R/L Rp.37.900 R/L Rp.5.900
(menutup rekening nominal ke R/L) (menutup rekening nominal ke R/L)
1-1-2008 Pendapatan bunga Rp.1.900 Pendapatan Bunga Rp.1.900
Piutang bunga Rp.1.900 Piutang Bunga Rp.1.900
(penyesuaian kembali) (penyesuaian kembali)
1-3-2008 Kas Rp.11.700 Kas Rp.11.700
PPA Rp.8.000 PPA Rp.8.000
Rp.8.000 Pendapatan bunga Rp.3.700
Pendapatan bunga Rp.3.700 (diterima pembayaran angsuran hipotek
(diterima pembayaran angsuran hipotek sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek
sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek sebesar
sebesar [Rp.80.000.000x14%x4/12=Rp3.700.000])
[Rp.80.000.000x14%x4/12=Rp3.700.000])
1-7-2008 Kas Rp.11.400 Kas Rp.11.400
PPA Rp.8.000 PPA Rp.8.000
Pendapatan bunga Rp.3.400 Pendapatan bunga Rp.3.400
(diterima pembayaran angsuran hipotek (diterima pembayaran angsuran hipotek
sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek
sebesar sebesar
[Rp.72.000.000x14%x4/12=Rp3.400.000]) [Rp.72.000.000x14%x4/12=Rp3.400.000])
1-11-2008 Kas Rp.11.400 Kas Rp.11.000
PPA Rp.8.000 PPA Rp.8.000
Pendapatan bunga Rp.3.000 Pendapatan bunga Rp.3.000
(diterima pembayaran angsuran hipotek (diterima pembayaran angsuran hipotek
sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek sebesar Rp.8.000.000 dan bunga hipotek
sebesar sebesar
[Rp.64.000.000x14%x4/12=Rp3.000.000]) [Rp.64.000.000x14%x4/12=Rp3.000.000])
Keterangan :
LKD : laba kotor direalisasi
LKBD : laba kotor belum direalisasi
PPA : piutang penjualan angsuran
Seandainya pada tanggal 1 Maret 2009 piutang penjualan angsuran dinyatakan batal, karena
pembelinya tidak dapat mengangsur lagi, maka rumah tersebut dikembalikan kepada PT. Mina.
Nilai pasar rumah saat dikembalikan adalah Rp.50.000.000. jurnal yang dibuat saat pembatalan
dan pemilikan kembali rumah adalah sebagai berikut :
Laba diakui dalam periode penjualan
Jurnal :
Rumah Rp.50.000.000
Rugi pemilikan kembali Rp. 6.000.000
Piutang penjualan angsuran Rp.56.000.000**)
Laba diakui secara proporsional dengan pembayaran yang diterima
Jurnal :
Rumah Rp.50.000.000
LKBD Rp.22.400.000*)
Piutang penjualan angsuran Rp.56.000.000
Laba pemilikan kembali Rp.16.400.000
**) Jumlah piutang dikurangi jumlah angsuran.Rp80.000.000-(Rp8.000.000x3) = Rp.56.000.000
*)LKBD = 40% x Rp.56.000.000 = Rp.22.400.000
Laba dan rugi pemilikan kembali rumah pada tanggal 1 Maret 2009 dapat dibuktikan dengan
perhitungan sebagai berikut :
Contoh 4 :
Berikut ini adalah neraca PT “Roma” 1 januari 2008
PT “Roma”
Neraca
Per 1-1-2008
Kas Rp.15.000.000 Utang dgng Rp24.650.000
Pers. brg dagangan Rp.120.000.000 LKBD th 2007 Rp12.000.000
Piutang dagang Rp.10.000.000 LKBD th 2006 Rp.7.350.000
Piutang penj. Angs th 2007 Rp.60.000.000 Modal saham Rp.150.000.000
Piutang penj. angs. Th 2006 Rp.49.000.000 Laba yang ditahan Rp.60.000.000
Total aktiva Rp.254.000.000 Total pasiva Rp.254.000.000
Sedangkan transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 2008 di PT Roma adalah sebagai
berikut:
Penjualan tunai sebesar Rp.40.000.000
Penjualan kredit sebesar Rp.150.000.000
HPP Rp.130.000.000
Penjualan angsuran sebesar Rp.200.000.000
HPP angsuran Rp.150.000.000
Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp.400.000.000
Penerimaan kas diperoleh dari:
Piutang dagang Rp.90.000.000
Piutang penjualan angsuran 2000 Rp.80.000.000
Piutang penjualan angsuran 1999 Rp.47.000.000
Piutang penjualan angsuran 1998 Rp.45.000.000
Pengeluaran kas untuk:
Pembayaran utang dagang Rp.100.000.000
Biaya operasi Rp.50.000.000
Berdadsarkan data diatas, maka persentase laba kotor untuk masing-masing tahun sebagai
berikut:
% laba tahun 1998 = Rp.7.350.000/Rp.49.000.000 x 100% = 15%
% laba tahun 1999 = Rp.12.000.000/Rp.60.000.000 x 100% = 20%
% laba tahun 2000 = Rp.200.000.000 – Rp.150.000.000/Rp.200.000.000 x 100% = 25%
Alternative prosedur untuk memghitung laba kotor direalisasi adalah sebagai berikut:
Keterangan Th 2008 Th 2007 Th 2006
Laba kotor belum direlisasi Rp.50.000.000 Rp.12.000.000 Rp.7.350.000
sebelum penyesuaian.
Laba kotor belum direalisasi
akhir tahun 2008 dari
pengumpulan piutang.
Penjualan Angsuran
Th2008 25%xRp120.000.000 Rp30.000.000
Th2007 20%xRp13.000.000 Rp2.600.000
Th2006 15%xRp4.000.000 Rp600.000
PT Roma
Neraca
Per 31 Desember 2008
Aktiva Pasiva
Kas Rp.167.000.000 Utang dagang Rp.324.650.000
Piutang dagang Rp.70.000.000 Utang PPh Rp.4.615.000
Piutang penjualan angsuran :
Tahun 2008 Rp.120.000.000 Pendapatan ditangguhkan
Tahun 2007 Rp.13.000.000 LKBD
Tahun 2006 Rp.4.000.000 Th.2008 Rp30.000.000
Rp.137.000.000 Th.2007 Rp.2.600.000
Persediaan barang dagang Rp.240.000.000 Th.2006 Rp.600.000
Total utang Rp.33.200.000
PT. Roma
Laporan laba atau rugi th 2008
Keterangan Penjualan angsuran Penjualan regular Total
Penjualan Rp.200.000.000 Rp.190.000.000 Rp.390.000.000
HPP :
Pers 1-1-2008 Rp.120.000.000
Pembelian Rp.400.000.000
Tersedia utk dijual Rp.520.000.000
Pers.31-12-2008 (Rp.240.000.000)
(Rp.150.000.000) (Rp.130.000.000) (Rp.280.000.000)
Laba kotor Rp.50.000.000 Rp.60.000.000 Rp.110.000.000
LKBD dari penjualan th 2008 Rp.30.000.000 Rp.30.000.000
LKD dari penjualan th 2008 Rp.20.000.000 Rp.60.000.000 Rp.80.000.000
LKD dari 2006-2007 Rp.16.150.000
Total LKD Rp.96.150.000
Biaya operasi Rp.50.000.000
Laba sebelum pajak Rp.46.150.000
Pajak penghasilan Rp.4.615.000
Laba setelah pajak Rp.41.535.000
Pajak penghasilan:
10%x Rp46.150.000.000 =Rp 4.615.000
PT Roma
Laporan perubahan laba yang ditahan tahun 2008
Laba ditahan per 1 jan 2008 Rp.60.000.000
Laba bersih setelah pajak penghasilan Rp.41.535.000
Rp.101.535.000
Pembagiaan deviden 0
Contoh 6:
PT, Setiabudi menjual barang dagangannya secara angsuran. Pada tahun 2000 terjadi pembatalan
atas penjualan angsuran yang terjadi pada tahun sebelumnya. informasi mengenau penjualan
angsuran yang dibatalkan tersebut adalah sebagai berikut :
─ Penjualan semula Rp.20.000.000
─ Harga pokok penjualan angsuran Rp.15.000.000
─ Tingkat laba kotor 25% dari harga jual
─ Piutang yang sudah berhasil diterima pembayarannya Rp.12.000.000
─ Taksiran nilai realisasi bersih atas harga yang diterima kembali Rp7.000.000
Laba kotor diakui saat penjualan
Perhitungan:
Harga jual Rp20.000.000
Piutang yang sudah ditagih Rp12.000.000
piutang yang belum ditagih Rp 8.000.000
taksiran nilai realisasi bersih Rp 7.000.000
rugi pembatalan penjualan angsuran Rp 1.000.000
jurnal:
persediaan barang dagangan Rp.7.000.000 -
rugi pembatalan angsuran Rp.1.000.000 -
piutang penjualan angsuran - Rp.8.000.000
jurnal:
persediaan barang dagangan Rp7.000.000
Laba kotor belum direalisasi Rp2.000.000
Piutan penjualan angsuran Rp8.000.000
Laba pembatalan angsuran Rp1.000.000
Contoh 7:
Pada tanggal 2 maret 2008, toko ‘Hidup Baru’ menjual sebuah sepeda motor kepada makelar
sepede motor dengan harga Rp.13.000.000 dengan cara pembayaran sebagai berikut:
─ Uang muka Rp.5.000.000
─ Sisanya sebesar Rp.8.000.000 akan diangsur sebanyak 4 kali setiap bulan yaitu setiap
tanggal 2. Angsuran pertama akan dimulai pada tanggal 2 April 2001
─ Diperhitungkan bunga sebesar 4% perbulan
System anuitet
Berdasar metode ini, maka besarnya bunga, pokok pinjaman, dan jumlah kas yang
diterima setiap mengangsur adalah sebagai berikut:
Perhitungan bunga adalah:
K= SP
an>P
keterangan:
K = jumlah kas yang diterima setiap bulan
SP = sisa penjualan semua
an> P = nilai tunai dari Rp.1,00 yang akan diterima setiap periode selama ‘n’ periode yang akan
datang dengan tingkat bunga ‘p%’ per priode. Nilai ini dapat dilihat pada tabel bunga
atau dihitung sendiri dengan memakai rumus deret ukur menurun.
Sedang jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Kas yang diterima Bunga Angsuran pokok pinjaman Sisa pinjaman
2 maret 2008 Rp 2.000.000 - - Rp 8.000.000
2 april 2008 Rp 2.230.860 Rp320.000 Rp1.883.860 Rp6.116.140
2 mai 2008 Rp 2.203.860 Rp224.650 Rp1.959.210 Rp4.156.930
2 juni 2008 Rp2.203.860 Rp166.280 Rp2.037.580 Rp2.119.350
2 juli 2008 Rp2.203.860 Rp84.770 Rp2.119.090 -
Jumlah Rp16.815.440 Rp815.700 Rp8.000.000 -
Keterangan:
(1)=8.000.000
(2)= 4% x (4) awal
(3)=(1)-(2)
(4)=(4) awal-(3)
sedang jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Keterangan Jurnal yang di buat oleh pembeli Jurnal yang di buat oleh penjual
2-3-2008 Pembelian Rp.13.000.000 Kas Rp.5000.000
Saat penjualan Utg. Pemb. Angsuran Rp.8.000.000 Piut.angs Rp.8.000.000
Kas Rp.5.000.000 Penj.angs Rp13.000.000