Anda di halaman 1dari 15

Pertemuan Ke 4

Akuntansi Keuangan Lanjutan 2


STIE IGI
Hery Margono, SE, Ak,MM

Penjualan Cicilan

Mampu memahami dan menjelaskan konsep tentang:


1. Proteksi bagi penjual
2. Metode pengakuan laba kotor atas penjualan cicilan
3. Metode cicilan untuk penjualan real estat
4. Metode cicilan untuk penjualan barang dagang
5. Metode cicilan dengan tukar tambah
6. Gagal bayar dan reposisi
7. Bunga pada kontrak penjualan cicilan.

1. Proteksi bagi penjual

Penjualan Angsuran
(Barang Tidak Bergerak/Bukan Barang Dagang)
 

Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan   rumah pada perusahaan   real

estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan
yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah
tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah
menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan dan juga
di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya
meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi
barang yang dicicil tersebut.

Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi
kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.
Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah. Masalah utama adalah :
“membandingkan antara beban dan pendapatan” (matching of costs and revenues), yaitu :

Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada saat terjadinya penjualan
ataukah harus diakui selama masa kontrak angsuran tersebut?

Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan angsuran yang terjadi
pada periode setelah penjualan tersebut?

Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat tertagih, pertukaran, dan
pemilikkan kembali barang angsuran?

Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana
pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa
diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran
pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu
beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka biasanya pihak penjual akan
membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.

Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi, mungkin saat akan dilakukan
penjualan angsuran telah dilakukan survai atas pembeli dan memperoleh hasil yang baik. Karena
penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu yang cukup lama (beberapa periode), hal
tersebut kemungkinan dapat merubah hasil survai yang telah dilakukan semula terhadap pembeli.
Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya akan membuat kontrak jual beli (security
agreement), yang memberikan hak kepada penjual untuk menarik kembali barang yang telah di jual
dari pembeli.

Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang, pihak penjual dapat
menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan untuk kepentingkan
pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar,
pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin
jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan premi auransi atas
tanggungan si pembeli.

Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban
oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran,
sebagai berikut :

Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-barang telah diserahkan,
tetapi hak atas barang-barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya
sudah lunas.

Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak milik dapat
diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga
penjualan yang belum dibayar kapada si penjual.
Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan “trust” (trustee)
sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee
menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan
membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).

Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada pembeli.
Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah
itu hak milik berpidah kepada pembeli.

Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas dilaksanakan untuk barang-
barang tidak bergerak / barang yang bukan barang dagang, seperti : gedung, tanah, dan aktiva-aktiva
tetap lainnya. Apabila terjadi tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual
tetap memiliki hak untuk memiliki kembali barang yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu
mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan perhitungan yang sesuai dengan perjanjian
yang ada sehingga pemilikan kembali tersebut dapat menimbulkan kerugian.

Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali, maka faktor-faktor yang
harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut :

Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup besarnya semua
kemungkinan terjadinya penurunan harga barang tersebut dari semula barang baru menjadi barang
bekas.

Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain hendaknya tidak terlalu
lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.

Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk menutup kemungkinan
penurunan nilai barang-barang yang ada selama jangka pembayaran yang satu dengan pembayaran
angsuran berikutnya.

2. Metode pengakuan laba kotor atas penjualan cicilan


 

Metode Pengakuan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran

Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat kompleks, karena beban
sehubungan dengan penjualan angsuran tersebut tidak hanya terjadi pada saat penjualan angsuran
tersebut dilakukan, melainkan akan terjadi sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.

Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan antara beban dengan pendapatan (matching
costs against revenue), maka pada saat penjualan angsuran dapat ditentukan nilai dari penjualan,
harga pokok dan beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena penagihan penjualan angsuran
meliputi beberapa periode, timbul masalah bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya
(misalkan beban penagihan, administrasi, perbaikan dan pemilikan kembali) sehubungan penagihan
piutang usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya dapat dilakukan dengan

dua metode, yaitu :

Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran.

Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.

Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran

Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran, atau dengan
kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan
kepada pelanggan. Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan
terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-
pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan.

Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-biaya yang
diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak penjualan
angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai
akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu
rekening Cadangan Kerugian Piutang.

Jika barang tidak bergerak dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit piutang usaha
angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan serta mengkredit pula laba atas
penjualan aktiva tersebut.

Jurnalnya adalah:

Piutang usaha angsuran                                                                       xxxxxx

Aktiva tak gerak                                                                                 xxxxxx

Laba atas penjualan aktiva tak gerak                                                  xxxxxx

Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan penjualan angsuran
terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya. Mengenai beban pada periode berikutnya,
yaitu misalnya beban tidak tertagihnya piutang dan lain sebagainya, harus diestimasi pada periode
terjadinya penjualan nagsuran yaitu dengan mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan
penilaian asset seperti penyisihan biaya penjualan angsuran dan penyisihan piutang angsuran.

        Jurnalnya adalah:

Beban usaha                                                                            xxxxxx

Penyisihan piutang angsuran                                                               xxxxxx

 
Jika pada periode berikutnya penjualan nagsuran tersebut terjadi, perkiraan penyisihan tersebut  
akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha yang tidak tertagih akan dikredit.

Jurnalnya adalah:

Penyisihan piutang angsuran                                                   xxxxxx

Kas                                                                                                      xxxxxx

Piutang usaha angsuran                                                                       xxxxxx

Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas

Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari penjualan

angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.

Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan angsuran pada
perjanjian penjualan angsuran adalah:

Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok (Cost) dari barang-
barang yang dijual atau service yang diserahkan, sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali, maka
penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat
konservatif. Dapat didukung jika timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik
yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang berkaitan dengan barang-barang
yang terkena pemilikan kembali.

Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang diperoleh sesuai
dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-
penerimaan selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian harga pokok
(Cost).

Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik sebagai pengembalian
harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan
posisi harga pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran
ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan selalu sejalan dengan tingkat pembayaran
angsuran selama jangka perjanjian.

Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan prosporsional dengan tingkat
penerimaan pembayaran angsuran. Di dalam akuntansi prosedur demikian dikenal dengan metode
angsuran atau dasar angsuran (installment method or installment basis).

Pada metode ini jika harta tak gerak (bukan barang dagang) dijual secara angsuran, perusahaan akan
mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta yang bersangkutan serta
mengkredit laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi).

urnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran                                                                      xxxxxx

Aktiva Tetap                                                                                      xxxxxx

Laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi)                    xxxxxx

Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan mendebit perkiraan kas
dan mengkredit perkiraan piutang usaha

Jurnalnya adalah:

Kas                                                                                                      xxxxxx

Piutang usaha angsuran                                                                       xxxxxx

Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat sbb:

Jurnalnya adalah:

Laba kotor yang belum direalisasi                                                      xxxxxx

Laba kotor yang direalisasi                                                                 xxxxxx

Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran dengan harga

pokoknya. Laba kotor yang berlum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan piutang usaha
angsuran yaitu dengan mengalikan presentase laba kotor dengan kas yang diterima dari piutang
usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor yang belum dieralisasi
dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya dikalikan 100%.

Laba kotor ditangguhkan = Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan)

% Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x 100%

3. Metode cicilan untuk penjualan real estat

 Contoh tabel cicilan


Nama : Bp Hery Margono AC No. :
AC Pinj. :
Plafond : Rp. 2.000.000.000 ,-
Bunga : 10,50% Anuitas

2 - -
Jangka Waktu : 60 Bulan Realisasi : 0 7 2014
Grace Period : - Bulan Angs. Pokok : Rp. 33.333.333 ,-
Total Bunga : Rp. 541.975.000 ,-

Tanggal   Angsuran   Total Saldo


Pembayaran ke Pokok Bunga Angsuran  
20-Jul-14         2.000.000.000
20-Agust-14 1 33.333.333 18.083.333 51.416.666,67 1.966.666.667
20-Sep-14 2 33.333.333 17.781.944 51.115.277,78 1.933.333.333
20-Okt-14 3 33.333.333 16.916.667 50.250.000,00 1.900.000.000
20-Nop-14 4 33.333.333 17.179.167 50.512.500,00 1.866.666.667
20-Des-14 5 33.333.333 16.333.333 49.666.666,67 1.833.333.333
20-Jan-15 6 33.333.333 16.576.389 49.909.722,22 1.800.000.000
20-Feb-15 7 33.333.333 16.275.000 49.608.333,33 1.766.666.667
20-Mar-15 8 33.333.333 14.427.778 47.761.111,11 1.733.333.333
20-Apr-15 9 33.333.333 15.672.222 49.005.555,56 1.700.000.000
20-Mei-15 10 33.333.333 14.875.000 48.208.333,33 1.666.666.667
20-Jun-15 11 33.333.333 15.069.444 48.402.777,78 1.633.333.333
20-Jul-15 12 33.333.333 14.291.667 47.625.000,00 1.600.000.000
20-Agust-15 13 33.333.333 14.466.667 47.800.000,00 1.566.666.667
20-Sep-15 14 33.333.333 14.165.278 47.498.611,11 1.533.333.333
20-Okt-15 15 33.333.333 13.416.667 46.750.000,00 1.500.000.000
20-Nop-15 16 33.333.333 13.562.500 46.895.833,33 1.466.666.667
20-Des-15 17 33.333.333 12.833.333 46.166.666,67 1.433.333.333
20-Jan-16 18 33.333.333 12.959.722 46.293.055,56 1.400.000.000
20-Feb-16 19 33.333.333 12.658.333 45.991.666,67 1.366.666.667
20-Mar-16 20 33.333.333 11.559.722 44.893.055,56 1.333.333.333
20-Apr-16 21 33.333.333 12.055.556 45.388.888,89 1.300.000.000
20-Mei-16 22 33.333.333 11.375.000 44.708.333,33 1.266.666.667
20-Jun-16 23 33.333.333 11.452.778 44.786.111,11 1.233.333.333
20-Jul-16 24 33.333.333 10.791.667 44.125.000,00 1.200.000.000
20-Agust-16 25 33.333.333 10.850.000 44.183.333,33 1.166.666.667
20-Sep-16 26 33.333.333 10.548.611 43.881.944,44 1.133.333.333
20-Okt-16 27 33.333.333 9.916.667 43.250.000,00 1.100.000.000
20-Nop-16 28 33.333.333 9.945.833 43.279.166,67 1.066.666.667
20-Des-16 29 33.333.333 9.333.333 42.666.666,67 1.033.333.333
20-Jan-17 30 33.333.333 9.343.056 42.676.388,89 1.000.000.000
20-Feb-17 31 33.333.333 9.041.667 42.375.000,00 966.666.667
20-Mar-17 32 33.333.333 7.894.444 41.227.777,78 933.333.333
20-Apr-17 33 33.333.333 8.438.889 41.772.222,22 900.000.000
20-Mei-17 34 33.333.333 7.875.000 41.208.333,33 866.666.667
20-Jun-17 35 33.333.333 7.836.111 41.169.444,44 833.333.333
20-Jul-17 36 33.333.333 7.291.667 40.625.000,00 800.000.000
20-Agust-17 37 33.333.333 7.233.333 40.566.666,67 766.666.667
20-Sep-17 38 33.333.333 6.931.944 40.265.277,78 733.333.333
20-Okt-17 39 33.333.333 6.416.667 39.750.000,00 700.000.000
  20-Nop-17 40 33.333.333 6.329.167 39.662.500,00 666.666.667
20-Des-17 41 33.333.333 5.833.333 39.166.666,67 633.333.333
20-Jan-18 42 33.333.333 5.726.389 39.059.722,22 600.000.000
20-Feb-18 43 33.333.333 5.425.000 38.758.333,33 566.666.667
20-Mar-18 44 33.333.333 4.627.778 37.961.111,11 533.333.333
20-Apr-18 45 33.333.333 4.822.222 38.155.555,56 500.000.000
20-Mei-18 46 33.333.333 4.375.000 37.708.333,33 466.666.667
20-Jun-18 47 33.333.333 4.219.444 37.552.777,78 433.333.333
20-Jul-18 48 33.333.333 3.791.667 37.125.000,00 400.000.000
20-Agust-18 49 33.333.333 3.616.667 36.950.000,00 366.666.667
20-Sep-18 50 33.333.333 3.315.278 36.648.611,11 333.333.333
20-Okt-18 51 33.333.333 2.916.667 36.250.000,00 300.000.000
20-Nop-18 52 33.333.333 2.712.500 36.045.833,33 266.666.667
20-Des-18 53 33.333.333 2.333.333 35.666.666,67 233.333.333
20-Jan-19 54 33.333.333 2.109.722 35.443.055,56 200.000.000
20-Feb-19 55 33.333.333 1.808.333 35.141.666,67 166.666.667
20-Mar-19 56 33.333.333 1.361.111 34.694.444,44 133.333.333
20-Apr-19 57 33.333.333 1.205.556 34.538.888,89 100.000.000
20-Mei-19 58 33.333.333 875.000 34.208.333,33 66.666.667
20-Jun-19 59 33.333.333 602.778 33.936.111,11 33.333.333
20-Jul-19 60 33.333.333 291.667 33.625.000,00 0
2.000.000.000
2.250.000.000
DEBITUR

4. Metode cicilan untuk penjualan barang dagang

Contoh soal:

PT Orascle telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan Rp.
170.000.000,00. di samping itu PT Orascle juga membayar biaya-biaya lainnya seharga Rp.
10.000.000,00

Pada tanggal 1 mei 2000, PT Hadouken membeli tanah tersebut seharga Rp. 240.000.000,00. PT
Hadouken membayar uang muka sebesar Rp. 40.000.000,00 dan sisanya akan dibayar angsuran
sebanyak 10 kali setengah tahunan, setiap kali angsuran Rp. 20.000.000,00. PT Orascle mengenakan
bunga 18% pertahun terhadap sisa angsuran. Komisi dan beban penjualan dibayar tunai sebesar 2%
dari harga jual. Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun fiskal.

Diminta : Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000 dan 2001, dengan
menggunakan

Laba kotor diakui pada saat penjualan

Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas

Jawaban:

Laba kotor diakui pada saat penjualan

1 mei 2000

Penjualan tanah dengan harga jual 240.000.000,00

Piutang usaha angsuran                                                                  Rp. 240.000.000,00

Tanah                                                                                     Rp. 180.000.000,00

Laba atas penjualan tanah                                                    Rp. 60.000.000,00

Penerimaan uang muka

Kas                                                             Rp. 40.000.000,00

Piutang usaha angsuran                                                         Rp. 40.000.000,00

Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)

Beban komisi dan penjualan                       Rp. 4.800.000,00

Kas                                                                                        Rp. 4.800.000,00

1 november 2000

Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.00.000,00)

Kas                                                             Rp. 38.000.000,00

Piutang usaha angsuran                                                         Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga                                                                 Rp. 18.000.000,00

 
31 desember 2000

Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)

Piutang Bunga                                            Rp. 5.400.000,00

Pendapatan bunga                                                                Rp. 5.400.000,00

Realisasi Laba kotor

Tidak ada jurnal

Ayat jurnal penutup

Laba atas penjualan tanah                          Rp. 60.000.000,00

Pendapatan bunga                                      Rp. 23.400.000,00

Beban komisi dan penjualan                                                  Rp. 4.800.000,00

Ikhtisar Rugi/Laba                                                                Rp. 78.600.000,00

1 januari 2001

Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga                                      Rp. 5.400.000,00

Piutang bunga                                                                        Rp. 5.400.000,00

 
5. Metode cicilan dengan tukar tambah

1 mei 2001

Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)

Kas                                                             Rp. 36.200.000,00

Piutang usaha angsuran                                                           Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga                                                                   Rp. 16.200.000,00

 
1 november 2001

Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)

Kas                                                             Rp. 34.400.000,00

Piutang usaha angsuran                                                           Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga                                                                   Rp. 14.400.000,00

31 desember 2001

Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x 140.000.000,00)

Piutang bunga                                             Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga                                                                   Rp. 4.200.000,00

Realisasi laba kotor

Tidak ada jurnal

Ayat jurnal penutup

Pendapatan bunga                                      Rp. 29.400.000,00

Ikhtisar rugi laba                                                                     Rp. 29.400.000,00

Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

1 mei 2000

Penjualan tanah seharga Rp. 240.000.000,00

Piutang usaha angsuran                              Rp. 240.000.000,00

Tanah                                                                                      Rp. 180.000.000,00

Laba kotor yang belum direalisasi                                          Rp. 60.000.000,00

Penerimaan uang muka


Kas                                                             Rp. 40.000.000,00

Piutang usaha angsuran                                                           Rp. 40.000.000,00

Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)

Beban komisi dan penjualan                       Rp. 4.800.000,00

Kas                                                                                          Rp. 4.800.000,00

1 november 2000

Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)

Kas                                                             Rp. 38.000.000,00

Piutang usaha angsuran                                                           Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga                                                                   Rp. 18.000.000,00

31 desember 2000

Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp.180.000.000,00)

Piutang bunga                                             Rp. 5.400.000,00

Pendapatan bunga                                                                   Rp. 5.400.000,00

Realisasi Laba kotor

Laba kotor yang belum direalisasi              Rp. 15.000.000,00

Realisasi laba kotor                                                                 Rp. 15.000.000,00

Ayat jurnal penutup

Realisasi laba kotor                                     Rp. 15.000.000,00

Pendapatan bunga                                      Rp. 23.400.000,00

Beban komisi dan penjualan                                                   Rp. 4.800.000,00

Ikhtisar rugi/laba                                                                     Rp. 33.600.000,00

1 januari 2001

Ayat jurnal pembalik


Pendapatan bunga                                      Rp. 5.400.000,00

Piutang bunga                                                                         Rp. 5.400.000,00

1 mei 2001

Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)

Kas                                                             Rp. 36.200.000,00

Piutang usaha angsuran                                                           Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga                                                                   Rp. 16.200.000,00

1 november 2001

Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)

Kas                                                             Rp. 34.400.000,00

Piutang usaha angsuran                                                           Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga                                                                  Rp. 14.400.000,00

31 desember 2001

Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 140.000.000,00)

Piutang bunga                                             Rp. 4.200.000,00

Pendapatan bunga                                                                   Rp. 4.200.000,00

Realisasi laba kotor (10% x Rp.40.000.000,00)

Laba kotor yang belum direalisasi              Rp. 10.000.000,00

Realisasi laba kotor                                                                 Rp. 10.000.000,00

Ayat jurnal penutup

Realisasi laba kotor                                     Rp. 10.000.000,00

Pendapatan bunga                                      Rp. 29.400.000,00


Iktisar rugi/laba                                                                       Rp. 39.400.000,00

Pada penjualan angsuran dengan metode pengakuan laba kotor pada saat penjualan terjadi, akan
diakui laba kotor sebesar Rp. 60.000.000,00 pada tahun 2000, yaitu pada saat penjualan terjadi
(jurnal tanggal 1 mei 2000).

Sedangkan pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas juga akan mengakui
laba kotor sebesar Rp. 60.000.000,00 pula. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tahun         Penerimaan angsuran              Presentase laba kotor              Pengakuan laba kotor

2000          Rp. 60.000.000,00                              25%                             Rp. 15.000.000,00

2001          Rp. 40.000.000,00                              25%                             Rp. 10.000.000,00

2002          Rp. 40.000.000,00                              25%                             Rp. 10.000.000,00

2003           Rp. 40.000.000,00                              25%                             Rp. 10.000.000,00

2004           Rp. 40.000.000,00                              25%                             Rp. 10.000.000,00

2005           Rp. 20.000.000,00                              25%                             Rp. 5.000.000,00

Rp. 240.000.000,00                                                                Rp. 60.000.000,00

 
6. Gagal bayar dan reposisi

Apabila kewajiban tidak dapat dipenuhi oleh pihak pembeli, maka pihak penjual akan menarik
kembali harta yang telah dijual. Pencatatan atas penarikan kembali harta tersebut tergantung dari
metode pengakuan laba kotor yang digunakan. Jika laba kotor laba kotor diakui pada saat penjualan
terjadi, maka harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian
membatalkan saldo piutang usaha nagsuran dan menimbulkan laba atau rugi karena pemilikan
kembali. Jika menggunakan metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas, maka
harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan laba
kotor yang belum direalisasi serta saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan laba atau rugi
karena pemilikan kembali.
Contoh kasus ketidakmampuan pelunasan piutang usaha angsuran adalah:

Mengacu pada soal no 1 bila pada tanggal 1 mei 2002, PT. Hadouken tidak dapat membayar
(memenuhi) kewajibannya. PT Orascle kemudian menarik hartanya kembali dan pada tanggal
tersebut tanah itu dinilai menurut harga pasarnya yaitu sebesar Rp. 150.000.000,00.

Hadouken menerima 5% dari jumlah yang telah dibayarnya tetapi tidak termasuk bunga.

Diminta: Buatlah perhitungan rugi/laba dan jurnal pemilikan kembali untuk

Laba kotor diakui pada saat penjualan

Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

Inilah tugas saudara, selamat mengerjakan

7. Bunga pada kontrak penjualan cicilan.

Lihat Tabel contoh cicilan berdasarkan bunga fluktuatif 

Demikianlah 7 komponen Penjualan Cicilan dan metodenya

Anda mungkin juga menyukai