Anda di halaman 1dari 5

ETIKA AKUNTANSI PAJAK

Akuntan pajak mempunyai beberapa tanggung-jawab kepada publik, melalui


pemerintah. Tanggung jawab akuntan pajak adalah bukan untuk suatu kepalsuan dalam suatu
kewajiban pajak, dan sebagai attestor, suatu kewajiban pajak adalah suatu pernyataan atau
deklarasi atas sangsi dari kecurangan, dan informasi dari hasil menyajikan laporan keuangan
adalah benar, dan lengkap. Dalam Laporan keuangan AICPA itu dari Responsibility Tax
Preparers (SRTP) dalam kewajiban Pajak Memposisikan 5.05 dan 5.06 :
5.05 "Sistem perpajakan penilaian diri sendiri dapat berfungsi secara efektif jika wajib pajak
melaporkan hasil mereka di suatu kewajiban pajak yang benar, mengoreksi, dan melengkapi.
Suatu kewajiban pajak adalah suatu laporan wajib pajak fakta-fakta, dan wajib pajak
mempunyai tanggung jawab akhir untuk posisi-posisi menerima imbal hasil.
5.06 "CPAS menetapakn bentuk cukai atas sistem perpajakan seperti juga kepada klien-klien
mereka. Kedudukan kuat bahwa wajib pajak tidak memiliki kewajiban untuk membayar lebih
banyak pajak dibanding dengan menurut hukum berhutang, dan CPA mempunyai suatu cukai
kepada klien itu untuk membantu dalam mencapai target."
Statements on Standards for Tax Services merupakan pertimbangan etika umum
yang mendasari standar yang dibuat oleh Tax Executive Committee of the AICPA dalam
sebuah pamflet yang bertajuk. Pernyataan ini, yang disebut SSTS, dan interpretasinya
menggantikan SRTP dan interpretasinya sejak 1 Oktober 2000. Yang menarik adalah pada
kalimat pembukaannya: Standar praktek adalah hallmark dari penyebutan diri sebagai
seorang profesional. Anggota harus memenuhi tanggungjawabnya sebagai profesional dengan
mendukung dan mempertahankan standar yang dengan itu kinerja profesionalnya bisa
diukur. Dalam kasus tersebut, indikasi terbaik dari standar etika yang bisa dipenuhi oleh
akuntan pajak bisa ditemukan dalam standar tersebut.
Ada 6 (enam) standar yang ditunjukkan dalam SSTS, yaitu:
1. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi kecuali ada
2.

kemungkinan realistik untuk kebaikan yang berkelanjutan.


Seorang akuntan pajak tidak boleh membuat atau menandatangani return jika ini

berada dalam posisi yang tidak boleh disarankan menurut point 1.


3. Seorang akuntan pajak dapat menyarankan sebuah posisi yang menurutnya tidak
ceroboh selama ini bisa didisklosur.

4. Seorang akuntan pajak berkewajiban untuk menasehati klien tentang potensi hukuman
di beberapa posisi, dan menyarankan disklosur.
5. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan

sebuah

posisi

yang

mengeksploitasi proses seleksi audit IRS atau;


6. Dilarang bertindak sekadar dalam posisi membantah.
Menurut standar ini, dikatakan tidak etis bila mengkapitulasi permintaan klien untuk
mengurangi liabilitas pajak klien sebenarnya, karena ketika menandatangani return, anda
berarti menyatakan bahwa return adalah benar, tepat, dan lengkap. Bila menandatanganinya
berarti anda terlibat kebohongan.
Sebuah sistem yang menggunakan self-assessment dan reporting membuat orang
membayangkan tipe pekerjaan yang membuat golf menjadi permainan yang terhormat. Pajak
juga seperti itu. Ini ditentukan oleh self-assessment dan reporting. Dalam konteks tersebut,
sikap fair yang bisa dilakukan setiap orang adalah dengan mengawasi diri sendiri.
Masyarakat kita sering menggunakan sistem kehormatan yang besar dan ini bisa dijalankan
ketika sebagian besar orang diatur oleh sistem kehormatan tersebut.
Ada sesuatu yang berlawanan dengan kejujuran dan kesejahteraan publik saat ada
upaya untuk mengelak dari tujuan hukum spesifik yang memberikan batasan pada klien yang
ingin menghindari pembayaran segmen pajak yang fair. Sistem pajak dapat diselewengkan
oleh akuntan dan perusahaan akuntansi yang menggunakan skema penghindaran-pajak.
Bagian implisit dari semua ini adalah sebuah rekognisi tanggungjawab akuntan dan
perusahaannya untuk mempertahankan kejelasan sistem pajakuntuk menghasilkan
keseimbangan antara keuntungan pajak yang diinginkan dan loophole yang bisa melemahkan
sistem.
Akuntan dan perusahaan akuntansi perlu mengetahui tanggungjawabnya pada
masyarakat besar. Akuntan dan perusahaannya perlu tegas, karena profesionalismenya, untuk
mengikuti jalur etika. Bantuan yang sering digunakan adalah nilai moral personal dan standar
plus sebuah kultur dalam perusahaan yang melarang pelanggaran nilai etika dalam mencapai
tujuan organisasisebuah filosofi manajemen kuat yang mempertegas tindakan etika dan
komunikasi jelas dari perilaku etika. Dalam situasi ini, bahkan ketika menyebabkan kerugian
klien, akuntan tetap akan melakukan apa yang benar. Ancaman kehilangan lisensi akibat
tindakan tidak beretika adalah sebuah faktor, tapi ini bukanlah faktor primer.

Dari sejumlah tantangan untuk etika, berikut ini adalah yang termasuk peringkat atas:
1.
2.
3.
4.
5.

Kompleksitas dan perubahan sifat dari hukum pajak;


Keterbatasan waktu untuk praktek;
Pengetahuan tentang hukum pajak yang kompleks;
Tekanan dari klien untuk mengurangi liabilitas pajak;
Dan kurangnya pemahaman klien terkait tanggungjawab profesional dan potensi
hukuman dari akuntan baik bagi praktisi pajak dan pembayar pajak

Crenshaw dalam artikelnya memberikan empat alasan mengapa tax shelter ini
muncul.
1. Ada upaya manajemen korporat untuk mencari cara baru guna mengendalikan
biaya bisnis, dan karena tidak mampu menaikkan harganya, perusahaan mulai
2.

mencari cara untuk memotong pajaknya yang dianggap sebagai biaya.


Bertambahnya kerumitan dalam aturan pajak dan dunia keuangan, realita
ekonomi akan terhambat atau berkurangnya realita tersebut dalam serangkaian

tarnsaksi.
3. Persepsi antar bank investasi dan lainnya bahwa memimpikan dan mengemas
produk pajak adalah sebuah lini bisnis yang sukses, seperti yang dikatakan
William J. Wilkins dari Wilmer, Cutler & Pickering, dan salahseorang anggota
dari divisi pajak dari American Bar Association. (Divisi pajak ini, yang tidak
berbicara sebagai wakil ABA, berisi pengacara yang khusus dalam urusan pajak).
4. Resiko rendah. Bukan hanya sulit bagi IRS untuk mendeteksi shelter, tapi
hukumannya cenderung ringan dan tidak selalu diberikan. Jika shelter ditemukan
dan dilarang, perusahaan akan menghutang pajak yang seharusnya dibayar,
ditambah bunga. Ini seperti deal finansial yang bagus, kata John E. Chapoton,
mantan Assistant Treasury Secretary dan anggota divisi pajak ABA, yang meminta
disklosur perusahaan untuk menghambat shelter.

Bagi akuntan, terkait dengan peranannya disarankan untuk menggunakan standar


yang ada secara serius dan mereview kebijakan profit dengan sarana legal apapun. Selalu ada
tekanan pada akuntan, yang memperhatikan profesionalismenya dan kewajibannya terhadap
publik.
Berikut isi dari Statements on Standards for Tax Services (SSTS):
1. Pernyataan Standar No.1. Standar kemungkinan realistik:

Secara umum, anggota memiliki keyakinan bahwa posisi return pajak yang
disarankan memiliki sebuah kemungkinan realistik untuk berlanjut secara
administratif atau judisial, untuk mengkapitulasi kebutuhan perusahaannya.
2. Pernyataan No.2:
Pernyataan ini bukanlah yang problematik dan mengemukakan: Seorang anggota
membuat upaya wajar untuk memperoleh informasi dari pembayar pajak untuk
memberikan jawaban pada semua pertanyaan tentang return pajak sebelum
memberikan tanda tangan sebagai preparer.
3. Pernyataan No.3. Kewajiban untuk memeriksa atau memverifikasi data yang
mendukung:
Seorang preparer dapat menggunakan keyakinan klien yang bagus untuk memberikan
informasi akurat dalam membuat sebuah return pajak, tapi tidak mengabaikan
implikasi informasi yang dibuat dan harus membuat penelitian wajar jika informasi
menjadi tidak tepat, tidak lengkap atau tidak konsisten (SSTS). Di sini, kewajiban
untuk sistem pajak menjadi jelas. Preparer akan menandatangani pernyataan yang
menguji bahwa informasi yang terkandung menjadi benar, tepat, dan lengkap menurut
pengetahuan preparer. Konsekuensinya, jika preparer menyimpulkan bahwa karena
ketidakkonsistensinya, informasi menjadi tidak tepat atau lengkap, preparer
berkewajiban untuk tidak menandatangani return.
4. Pernyataan No.4. Gunakan estimasi:
Ini bukan standar non-problematik. Preparer menggunakan estimasi pembayar pajak
jika ini tidak berpengaruh praktikal dalam memperoleh data dan jika preparer
menentukan bahwa estimasinya sudah beralasan, yang didasarkan pengetahuan
preparer.
5. Pernyataan No.5. Berawal dari sebuah posisi sebelumnya:
Ini adalah sebuah standar teknis. Seperti yang ditunjukkan dalam SSTS No.1, Tax
Return Positions, anggota bisa merekomendasikan sebuah posisi return pajak atau
mempersiapkan atau menandatangani return pajak yang berawal dari perlakuan
sebuah item yang disimpulkan dalam urusan administratif atau keputusan pengadilan
terkait return sebelumnya dari pembayar pajak.

6. Pernyataan No.6. Pengetahuan keliru:

Apa yang perlu dilakukan ketika preparer menjadi sadar akan kekeliruan dalam
pengembalian pajak pembayar pajak sebelumnya? Anggota harus memberitahu
pembayar pajak dan merekomendasikan ukuran korektif yang perlu diambil
(SSTS). Jika dalam mempersiapkan return tahun sekarang, preparer menemukan
bahwa pembayar pajak tidak mengambil tindakan tepat untuk membenarkan errornya
dari tahun sebelumnya, preparer perlu memutuskan apakah perlu melanjutkan
hubungan dengan pembayar pajak. Penarikan diri ini bisa terjadi jika pembayar pajak
tidak mau membenarkan error, dan jika error ini memiliki efek terhadap return.
7. Pernyataan No.7. Pengetahuan tentang error: urusan administratif:
Jika dalam urusan administratif, preparer menemukan error, preparer harus meminta
persetujuan pembayar pajak untuk mendisklosur error tersebut kepada otoritas pajak.
Bila tidak ada persetujuan, anggota harus mempertimbangkan penarikan diri dari
representasi pembayar pajak dalam urusan administratif.
8. Pernyataan No.8. Bentuk dan Isi dari advis untuk pembayar pajak:
Pernyataan ini tidak menggambarkan bentuk atau isi advis karena kisaran advis begitu
ekstensif dan spesifik menurut kebutuhan setiap pembayar pajak. Apa yang
disarankan adalah bahwa advis ini mencerminkan kompetensi profesional dan
memenuhi kebutuhan pembayar pajak.
Ini menjadi ringkasan standar dari layanan pajak yang oleh AICPA diharapkan
dilakukan oleh anggotanya yang menjadi preparer pajak. Ini adalah standar yang umumnya
bisa diterapkan bagi akuntan pajak dalam sebagian besar negara karena ini menggunakan
prinsip universal tentang perilaku profesional yang benar dalam urusan pajak.

Anda mungkin juga menyukai