13
Ekonomi dan Bisnis Manajemen S-1 MK Dr. Agus Arijanto,SE,MM
Abstract Kompetensi
Pengertian, definisi dari Etika Bisnis dan Mampu memahami dan menjelaskan,
Pengembangan Profesi dalam kaitannya akuntansi pajak dalam kaitannya
dengan Akuntansi Perpajakan yang dengan etika bisnis suatu organisasi
diterapkan pada suatu organisasi dalam kegiatannnya.
Etika Akuntansi Perpajakan
Pada saat ini maslah perpajakan disoroti berbagai pihak dalam berbagai sudut
pandang. Sebagai organisasi yang dinamis, yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
mengamankan penerimaan negara dalam APBN, Ditjen Pajak telah mendayagunakan sorotan
tersebut sebagai sumber kekuatan dalam mengelola pajak. Artinya, di tengah tuntutan
perubahan, serta harmonisasi dengan berbagai kebijakan di berbagai sektor dalam
mendukung pembangunan nasional, walaupun tidak mudah, telah dilakukan berbagai
perubahan ke arah pembaharuan dan modernisasi. Ini sejalan dengan misi kelembagaannya,
yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi
perpajakan serta administrasi perpajakan yang mutakhir. Tanggal 27 Desember 2006
merupakan tonggak sejarah bagi perjalanan perpajakan Indonesia. Saat itu, Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati meresmikan modernisasi administrasi perpajakan secara
menyeluruh. Dikatakan menyeluruh, menyangkut subjek modernisasi. Sebelumnya, yang
dilakukan modernisasi adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Wilayah (Kanwil).
Secara manajemen, ini untuk melihat apakah proses modernisasi bisa berjalan atau
tidak. Karena butuh sarana dan prasarana, teknologi, tenaga dan biaya yang tidak sedikit,
dengan dukungan SDM yang handal. Sejak 2002, dibentuk KPP Wajib Pajak Besar (Large
Taxpayers Office, LTO) dan kanwilnya. Ini sebagai pilot proyek implementasi modernisasi
administrasi perpajakan. Setelah berjalan baik, pada 2004 dibentuk KPP Madya (Medium
Taxpayers Office, MTO) dan kanwilnya, yang dilanjutkan dengan KPP Pratama (Small
Taxpayers Office, STO) pada 2005. Melihat kantor operasional (KPP dan Kanwil) yang
modern telah memenuhi tuntutan pelayanan yang baik dalam kerangka good governance dan
pelayanan prima, maka kantor pusat juga dimodernisasi. Paradigma organisasi seluruhnya
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi sistem pajak, yaitu banyak terdapat area
dalam akuntansi pajak yang tidak begitu jelas dan problematis. Hal tersebut berkaitan dengan
eksploitasi sistem pajak. Tidak adanya definisi yang memadai mengenai kata eksploitasi
tersebut membuat beberapa pihak memanfaatkan keadaan tersebut untuk kepentingan
pribadinya. Keberhasilan sistem pajak sangat tergantung kepada pribadi masing-masing wajib
pajak. Memanfaatkan celah dalam sistem pajak merupakan tindakan yang kurang baik dan
wajib pajak dengan kepribadian yang baik akan cenderung menghindarinya. Faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan sistem pajak adalah tekanan pemerintah. Pemerintah dapat
menerapkan sanksi yang tegas bagi oknum wajib pajak yang tidak mematuhi peraturan yang
telah ditetapkan. Adanya sanksi tentunya akan memberikan efek takut kepada para wajib
pajak, sehingga tidak lagi “mempermainkan” pajak yang menjadi kewajibannya. Pajak
merupakan penemuan manusia yang tujuan utamanya membagi biaya yang diperlukan
pemerintah dalam menjalankan fungsinya secara adil dan merata.
Jadi perlu adanya suatu sanksi oleh IRS, untuk memaksa agar wajib pajak membayar
pajaknya sesuai dengan aturan pajak. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa akuntan
memiliki kewajiban etis untuk mencegah adanya tax scheming atas nama kliennya demi
kesejahteraan umum. Beberapa klien ingin para akuntan pajaknya untuk membantu dalam hal
pajak tersebut dan menyelamatkan uangnya sebanyak mungkin. Jika kita berasumsi bahwa
para klien memiliki nilai-nilai etika yang sama dengan nilai etika yang dianut oleh akuntan,
maka hal ini akan terasa menyenangkan dan adil. Demi mengejar suatu profit, biasanya akan
memaksa segala macam cara pintas etis untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk
Adapun standar lain yang ada di Pernyataan Standar Pelayanan Pajak, yaitu sebagai berikut:
a. Pernyataan Umum No. 1 Kemungkinan yang realistis umum: “Secara umum, suatu
anggota perlu mempunyai suatu niat baik dalam kepercayaan bahwa posisi keuntungan
pajak direkomendasikan untuk mempunyai suatu kemungkinan yang realistis secara
administratif atau secara hukum didukung atas baik buruknya suatu tantangan.”
b. Pernyataan Umum No. 2 Statemen ini adalah tidak diragukan dalam menentukan yang
berikut: “Suatu anggota perlu membuat suatu usaha yang layak untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dari seseorang wajib pajak untuk menyediakan jawaban yang
sesuai untuk semua pertanyaan pada suatu keuntungan pajak sebelum mempersiapkan
penandatanganan.”
c. Pernyataan Umum No. 3 Kewajiban untuk menguji atau memverifikasi data pendukung:
“Suatu persiapan dalam mempercayai niat baik dari klien untuk menyediakan informasi
yang akurat dalam menyiapkan suatu keuntungan pajak, tetapi mestinya tidak
mengabaikan implikasi dari informasi yang diperlengkapi dan perlu membuat
pemeriksaan yang layak jika informasi tampak seperti salah, atau tidak sempurna.”
d. Pernyataan Umum No. 4 Penggunaan estimasi: Ini adalah standar yang tidak diragukan.
“Suatu persiapan dapat menggunakan perkiraan wajib pajak jika tidak praktis untuk
memperoleh data yang tepat dan jika persiapan dalam menentukan perkiraan adalah
layak, didasarkan pada pengetahuan sebelum persiapan.”
e. Pernyataan Umum No. 5 Sesuai dengan pernyataan sebelumnya: ini adalah suatu
standar yang teknis. “Anggota boleh merekomendasikan suatu posisi keuntungan pajak
atau menyiapkan suatu tanda keuntungan pajak yang meninggalkan perbaikan dari
Pajak secara klasik memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi bujeter. Kedua, fungsi
reguleren. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2, disebutkan bahwa
“segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.” Dari hal tersebut
Dalam struktur anggaran negara, seperti halnya negara kita bisa mencapai 75%
diperoleh dari pajak. Kondisi inilah yang memicu pemerintah untuk membuat aturan-aturan
perpajakan. Aturan perpajakan merupakan masalah yang sebaiknya menjadi prioritas bagi
pemerintah supaya tidak terjadi tax evasion/tax avoidance. Berikut ini disajikan kasus yang
mencerminkan kompleksitas aturan perpajakan vs tuntutan klien adalah sebagai berikut :
b.Sengketa Pajak
Apabila terjadi suatu dispute, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas pajak
berbeda. Pada UU KUP 2000 kewenangan aparat Fiscus terlalu luas. Jika terjadi sengketa
SPT, maka apapun yang akan dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus
dibayar lebih dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak sebelum bisa
dibawa kepada pengadilan pajak. Kalau hitungan WP yang dinyatakan pengadilan benar
maka WP berhak menerima restitusi. Malangnya, uang restitusi itu kenyataannya tidak segera
dibayarkan oleh Fiscus. Jika uang restitusi jumlahnya milyaran jelas saja mengganggu cash
flow para pengusaha. Inilah persoalan yang menjadi momok dalam dispute antara WP dengan
aparat pajak.