KAPITA
SELEKTA
PERPAJAKAN
Modul 01
Mata Kuliah ini membahas konsep-konsep dan teknik
penyelesaian masalah dalam bidang Kapita Selekta
Perpajakan.
Pembahasan meliputi Pengampunan Pajak.
01
Abstract Kompetensi
Pengampunan Pajak adalah Mahasiswa memiliki kemampuan
penghapusan pajak yang seharusnya memahami dan menjelaskan
terutang, tidak dikenai sanksi pengampunan pajak.
administrasi perpajakan dan sanksi
pidana di bidang perpajakan.
Tax amnesty dimaksudkan untuk menghapuskan sanksi pidana. Tax amnesty juga dapat
diberikan kepada pelaporan sukarela data kekayaan wajib pajak yang tidak dilaporkan di
masa sebelumnya tanpa harus membayar pajak yang mungkin belum dibayar sebelumnya.
Dalam menetapkan perlu tindaknya tax amnesti, perlu dipertimbangkan apa yang menjadi
justifikasi dari tax amnesty dan hingga batas mana tax amnesty dapat dijustifikasi.
Meningkatkan kepatuhan perpajakan wajib pajak merupakan tujuan pertama reformasi
administrasi perpajakan jangka menengah. Ada tiga strategi yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan ini yaitu:
1) Membuat program dan kegiatan yang diharapkan dapat menyadarkan dan
meningkatkan kepatuhan sukarela khususnya wajib pajak yang selama ini belum
patuh.
2) Meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak yang relatif sudah patuh sehingga
tingkat kepatuhan dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
3) Meningkatkan kepatuhan perpajakan adalah dengan memerangi ketidakpatuhan
dengan berbagai program dan kegiatan yang diharapkan dapat menangkal
ketidakpatuhan perpajakan. Tujuan pemerintah dalam memberlakukan kebijakan tax
amnesty adalah meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek.
Pemberian pengampunan pajak bagi wajib pajak Badan yang melakukan tindakan
ilegel juga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah dengan rasa keadilan antar wajib pajak.
Pada tahun 2008 saat diberlakukannya program tax amnesty, Direktorat Jendral Pajak
memberikan pengampunan kepada Wajib Pajak Badan yang besar & melakukan tindakan
ilegal. Hal ini kerap menjatuhkan rasa keadilan bagi Wajib Pajak Badan yang patuh terhadap
regulasi pemerintah karena di dalam pemilihan Wajib Pajak Badan yang dipilih untuk
mengikuti program ini tidak jelas darimana kriterianya & dikhawatirkan akan menimbulkan
praktik KKN. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan,
strategi yang dipakai adalah dengan meningkatkan citra Direktorat Jendral Pajak. Strategi
tersebut dilakukan dengan program merevisi UU KUP, dan program penerapan Good
Corporate Governance. Peranan Direktorat Jendral Pajak adalah memberikan pelayanan yang
baik dalam pemenuhan hak & kewajiban perpajakan wajib pajak. DJP juga mempunyai hak
dalam melaksanakan tugas bersifat memaksa berdasarkan undang-undang.
MODUL PERKULIAHAN
Seminar Perpajakan
Modul 2:
Kepatuhan Pajak
Tabel 1
Batas Pembayaran dan Pelaporan
Jenis Pajak Batas Pembayaran (Paling Batas Pelaporan
DAFTAR PUSTAKA
MODUL PERKULIAHAN
Seminar Perpajakan
Modul 11:
‘20 Kapita Selekta Perpajakan
13 Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
Perpajakan atas Tambang dan Migas
Abstract Kompetensi
Dalam kegiatan pertambangan, Mahasiswa memiliki kemampuan
terdapat rangkaian siklus sebelum menjelaskan Perpajakan dalam
mulai beroperasinya kegiatan. Siklus bidang tambang dan migas
tersebut digunakan sebagai acuan
utama dalam proses, dan setiap
siklusnya memiliki kewajiban pajak
yang berbeda.
Kewajiban Pajak
Masing-masing proses terdapat kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh
perusahaan. Berikut disampaikan kewajiban perpajakan masing-masing siklus:
1. Penyelidikan Umum
Ditujukan untuk menentukan potensi mineral pada suatu daerah perlu dilakukan
pengujian geologis, untuk itu dibutuhkan jasa dari pihak peneliti geologis untuk
melakukan Penelitian. Atas jasa tersebut terutang PPN dan PPh Pasal 23/26 tergantung
siapa yang melaksanakan.
2. Eksplorasi
Adalah rangkaian kegiatan penelitian, pengujian kandungan mineral, pemetaan wilayah
dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang lokasi,
dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya serta info lingkungan sosial dan lingkungan
hidup. Diperlukan jasa dari pihak ketiga yang akan terutang PPN dan PPh Pasal 23/26
tergantung pihak yang melaksanakan.
3. Studi Kelayakan
Dilakukan untuk mendapatkan informasi kelayakan ekonomis dan teknis pertambangan
dan proses analisis mengenai dampak lingkungan dan perencanaan pasca tambang,
studi kelayakan tersebut memuat data dan keterangan mengenai usaha tambang
tersebut. Proses ini dilakukan oleh pihak ketiga yang ahli mengenai hal tersebut. Atas
jasa pengujian tersebut terutang PPN dan PPh Pasal 23.
4. Konstruksi
Setelah diketahui bahwa proyek pertambangan layak secara ekonomis teknis dan
lingkungan, maka dilakukan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur
biasanya dilakukan oleh perusahaan konstruksi. Jasa akan terutang PPN dan PPh Pasal
4 ayat (2) atas jasa konstruksi.
5. Pertambangan atau Eksploitasi
Target tax ratio tahun 2020 berada di level 11,6% terhadap PDB
Pemerintah menghitung tax ratio dari penerimaan pajak, bea cukai, serta
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) migas dan pertambangan umum. Target tax ratio
tahun ini nampaknya perlu dipertimbangkan lagi. Sebab pada tahun lalu, realisasi tax ratio
hanya 10,6%. Angka ini berasal dari realisasi penerimaan perpajakan ditambah PNBP di
2019 sebesar Rp 1.66,4 triliun. Dengan proyeksi PDB nominal Rp 16.011 triliun. Dus,
prediksi pencapaian tax ratio tahun lalu di bawah target 11,1%, bahkan lebih rendah dari
pencapaian tax ratio saat 2018 yakni 11,5%.
Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Yon Asral mengatakan tax ratio sebesar 11,5% pada
tahun fiskal 2018 tidak mampu diulang pada tahun lalu. Terlebih realisasi penerimaan pajak
tahun lalu hanya mencapai Rp 1.332,1 triliun setara 84,4% dari target dan hanya tumbuh
1,4% year on year (yoy).
Adapun target penerimaan pajak di tahun 2020 sebesar Rp 1.642,57 triliun. Artinya,
dari pencapaian tahun lalu, realisasi pendapatan pajak harus tumbuh 23,3% secara
tahunan. Otoritas pajak pun tidak berdalih, bahwa tantangan global dan domestik tahun ini
Indonesia tengah berada di titik transisi dan memiliki peluang unik memastikan agar
sektor migas dan tambang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tingkat
kemiskinan.
Daftar Pustaka
Heller, Patrick & Ismalina, Poppy. (2014). Transparansi dan Akuntanbilitas di Industri Migas
dan Pertambangan : Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi – JK. Artikel
dipresentasikan pada Natural Resource Governance Institute Universitas Gadjah
Mada, Indonesia.
Nursanti, Martiasih. (____). Menggali Pajak Sektor Pertambangan Migas dan Non Migas.
(Online),
(http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_Menggali_pajak_sektor_pertambang
an_Migas_dan_Non_Migas_20130130140039.pdf), diakses tangal 05 Agustus 2020
www.academia.edu. (____). Perpajakan Pertambangan Mineral Batubara. (Online),
(https://www.academia.edu/21364195/Makalah_Perpajakan_Pertambangan_Minerba
),diakses tanggal 05 Agustus 2020.
www.klikpajak.id. (2020). Pajak Pertambangan yang Berlaku di Indonesia sesuai
Tahapannya. (Online), (https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/pajak-pertambangan-
sesuai-tahapannya/), diakses tanggal 04 Agustus 2020.
www.nasional.kontan.co.id. (2020). Tax Ratio Terkendala Penerimaan Pajak. (Online),
(https://nasional.kontan.co.id/news/tax-ratio-terkendala-penerimaan-pajak), diakses
tanggal 05 Agustus 2020.
www.ortax.org. (____). Ini Fasilitas Pajak pada Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Hulu
Migas. (Online), https://ortax.org/ortax/?
mod=info&page=show&id=212&list=1), diakses tanggal 05 Agustus 2020.
SEMINAR
PERPAJAKAN
05
‘20 Kapita Selekta Perpajakan
22 Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
Abstract Kompetensi
Penegakan hukum sebagai pedoman Mahasiswa memiliki kemampuan
perilaku dalam lalulintas atau hubungan- memahami Penegakan Hukum
hubungan hukum dalam kehidupan dan tindak pidana perpajakn.
bermasyarakat dan bernegara.
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya,
yaitudari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas
dansempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan
yangterkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang
hidupdalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
menyangkutpenegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu,
penerjemahan perkataan‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan
perkataan ‘penegakanhukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah
‘penegakan peraturan’ dalamarti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum
yang tertulis dengan cakupannilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul
dalam bahasa Inggeris sendiridengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’ versus ‘the
Dengan perkataan lain, issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat
denganpersoalan penegakan hukum dan keadilan itu sendiri. Karena itu, sebenarnya,
tidaklahterlalu tepat untuk mengembangkan istilah penegakan hak asasi manusia
secaratersendiri. Lagi pula, apakah hak asasi manusia dapat ditegakkan? Bukankah
yangditegakkan itu adalah aturan hukum dan konstitusi yang menjamin hak asasi manusia
itu,dan bukannya hak asasinya itu sendiri? Namun, dalam praktek sehari-hari, kita
memangsudah salah kaprah. Kita sudah terbiasa menggunakan istilah penegakan ‘hak
asasimanusia’. Masalahnya, kesadaran umum mengenai hak-hak asasi manusia dan
kesadaranuntuk menghormati hak-hak asasi orang lain di kalangan masyarakat kitapun
memangbelum berkembang secara sehat.
Kemudian Al. Wisnubroto dalam bukunya yang berjudul Hakim dan peradilan di
Indonesia (1997:88-90) memuat beberapa faktor internal yang mempengaruhi hakim dalam
mengambil keputusan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hakim dalam
mempertimbangkan suatu keputusan adalah :
1. Faktor Subjektif
a. Sikap prilaku apriori
Sering kali hakim dalam mengadili suatu perkara sejak awal dihinggapi suatu
prasangka atau dugaan bahwa terdakwa atau tergugat bersalah, sehingga harus
dihukum atau dinyatakan sebagai pihak yang kalah. Sikap ini jelas bertentangan
dengan asas yang dijunjung tinggi dalam peradilan modern, yakni asas praduga tak
bersalah (presumtion of innocence), terutama dalam perkara pidana. Sikap yang
bersifat memihak salah satu pihak (biasanya adalah penuntut umum atau penggugat)
dan tidak adil ini bisa saja terjadi karena hakim terjebak oleh rutinitas penanganan
perkara yang menumpuk dan target penyelesaian yang tidak seimbang.
b. Sikap perilaku emosional
Perilaku hakim yang mudah tersinggung, pendendam dan pemarah akan berbeda
dengan prilaku hakim yang penuh pengertian, sabar dan teliti dalam menangani suatu
perkara. Hal ini jelas sangat berpengaruh pada hasil putusannya.
c. Sikap Arrogence power
Hakim yang memiliki sikap arogan, merasa dirinya berkuasa dan pintar melebihi
orang lain seperti jaksa, penasihat hukum apalagi terdakwa atau pihak-pihak yang
bersengketa lainnya, sering kali mempengaruhi Keputusannya.
d. Moral
Faktor ini merupakan landasan yang sangat vital bagi insan penegak keadilan,
terutama hakim. Faktor ini berfungsi membentengi tindakan hakim terhadap cobaan-
cobaan yang mengarah pada penyimpangan, penyelewengan dan sikap tidak adil
lainnya.
2. Faktor Objektif
a. Latar belakang sosial budaya
Indonesia tengah mengalami krisis kepatuhan hukum karena hukum telah kehilangan
substansinya. Permasalahan hukum di Indonesia yang saat ini sedang terjadi disebabkan oleh
beberapa hal yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumny, inkonsistensi penegakan hukum,
intervensi kekuasaan maupun perlindungan hukum. Diantara banyaknya permasalahan
tersebut adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat baik
polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang
bersangkutan. Inkonsistensi penegakan hukum kadang melibatkan masyarakat itu sendiri dan
dalam media elektronik maupun media cetak. Inkonsistensi penegakan hukum ini secara tidak
disadari telah berlangsung dari hari ke hari. Contoh kecil dari Inkonsistensi penegakan
hukum yang terjadi pada saat berkendaraan dijalan raya dikota besar seperti di Jakarta yang
memberlakukan aturan "three-in-one". Aturan ini tidak akan berlaku bagi TNI dan Polri.
Bahkan polisi yang bertugas membiarkan begitu saja mobil dinas TNI atau Polri yang
melintas meski mobil tersebut berpenumpang kurang dari tiga orang atau bahkan terkadang
polisi yang bertugas memberikan penghormatan apabila penumpangnya berpangkat lebih
tinggi. Secara tidak disadari hal tersebut merupakan diskriminasi terhadap masyarakat awam
tapi sayangnya banyak masyarakat yang tidak menyadari hal tersebut.
Ketimpangan dan putusan hukum yang tidak menyentuh rasa keadilan masyarakat
tetap dirasakan dari hari ke hari. Berikut ini beberapa kasus inkonsistensi penegakan hukum
Dari kasus diatas terlihat sekali bahwa seseorang yang memiliki jabatan tinggi
mendapat keringanan hukuman dibanding pegawai rendahannya. Entah apa penyebabnya
sampai hal ini terjadi. Secara tidak langsung hal ini bisa disebut sebagai ketidakadilan hukum
dimana karna jabatan seseorang yang tinggi hukuman yang didapat ketika melakukan
pelanggaran hukumannya pun lebih ringan dibandingkan seseorang yang jabatannya rendah
walaupun pada kasus yang sama.
Terdakwa Letda (Inf) Agus Isrok anak mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD),
Jendral (TNI) Subagyo H.S. diperingan hukumannya oldh mahkamah militer dari empat
tahum penjara menjadi dua tahun penjara. Disamping itu, terdakwa juga dikembalikan ke
kesatuannya selama dua minggu sambil menunggu dan berpikir terhadap vonis mahkamah
militer tinggi. Putusan ini terasa tidk adil dibandingkan dengan vonis-vonis kasus narkoba
lainnya yang terjadi di Indonesia yang didasarkan atas pelaksanaan UU Psikotropika.
Disamping itu, proses pengadilan ini juga memperlihatkan eksklusivitas hukum militer yang
diterapkan pada kasus narkoba. Jelas sekaki kasus ini mengesankan adanya diskriminasi
hukum bagi keluarga bekas pejabat.
d. Tekanan Internasional
Kasus Atambua, Nusa Tenggara Timur xang terjadi 6 September 2000 yang menewaskan
tiga orang staf NHCR mendapat perhatian Internasional dengan cepat. Tekanan Internasional
ini mengakibatjan pemerintah Indonesia bertindak dengan melucuti pesenjataan milisi Timor
Timor dan mengadiji beberapa bekas anggota milisi Timor Leste yang dianggap
bertanggungjawab. Apabila dibandingkan dengan kasus-kasus kekerasan yamg terjadi di
bagian lain di Indonesia seperti Ambon, Aceh, Samlar, Sampit, kasus Atambua termasuk
kasus yang memgalami penyelesaian secara cepat dan tanggap dari aparat. Dalam enam bulan
sejak kasus ini terjadi, kekerasan berhasil diatasi, milisi berhasil dilucuti dan situasi kembali
aman dan normal. Meskipun kasus lainnya juga mendapat perhatian dari Internasional,
namun tekanan yang diberikn pada kasus ini lebih menekan pemerintah Indonesia untuk
dapat diselesaikan secepatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa derajat tekanan Internasional
menentukan kecepatan aparat melakukan penegakan hukum dalam mengatasi kasus
kekerasan.
Dari beberapa kasus tadi, dapat menimbulkan masalah yang paling dirasakan oleh
masyarakat dan membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat.
Persepsi masyarakat menjadi buruk terhadap penegakan hukum. Hal ini membuat masyarakat
tidak mempercayai huktm sebagai sarana penyelesaian konflik dan cenderung menyelesaikan
permasalahannya diluar jalur hukum. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum oleh
sekelompok orang demi kepentingannya sendiri, selaku berakibat merugikan pihak yang
tidak mempunyai kemampuan yang setara. Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan
http://yenisaputri080893.blogspot.co.id/
http://click-gtg.blogspot.co.id/2009/12/penegakan-hukum-law-
enforcement.html
http://up-date09.blogspot.co.id/2012/06/penegakan-hukum-law-
enforcement.html
SEMINAR
PERPAJAKAN
06
Abstract Kompetensi
manajemen risiko adalah pendekatan Mahasiswa memiliki kemampuan
untuk memahami& menjelaskan
sistematis untukmenentukan
manajemen risiko perpajakan.
“Manajemen adalah suatu proses untuk memperoleh kegiatan menyeluruh secara efisien dan efektif
dengan dan melalui orang lain.” Stephen P.Robbins (2005:8)
Tujuan manajemen pajak pada dasarnya sama saja dengan tujuan manajemen keuangan yaitu sama-
sama bertujuan untuk memperoleh likuiditas (kelancaran) dan laba yang cukup. Kita juga dapat
mendefinisikan bahwa manajemen pajak sebagai kewajiban perpajakan dengan benar, tapi jumlah pajak
dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Dengan demikian,
dimasa yang akan datang tidak akan terjadi yang namanya Restitusi pajak (kurang bayar) yang berakibatkan
denda dan sebagainya.
Menurut pengalaman orang, pengurus restitusi tidak semudah yang diatur dalam
ketentuan. Karena itu pengurusan Restitusi harus dipantau sedemikian rupa sehingga restitusi
dapat diterima pada waktunya.
5. Risiko Pemeriksaan
Setiap Wajib Pajak orang pribadi maupun badan perusahaan memiliki risiko pemeriksaan,
karena sistem pajak di Indonesia menganut Self Assessment System. Sistem tersebut yang
dapat menimbulkan adanya sengketa pajak antara fiskus dan wajib pajak, sehingga
6. Risiko Keberatan
Pengajuan keberatan walaupun merupakan hak WP yang dapat dimanfaatkan untuk
memperjuangkan keadilan, namun demikian tetap mengandung risiko. Risiko yang
melekat dengan pengajuan keberatan adalah, adanya kemungkinan keputusan keberatan
yang berbeda:
a. Diterima
b. Diterima Sebagian
c. Ditolak
d. Ditambah Jumlah Pajak Terutang
e. Keputusan keberatan akan menimbulkan sanksi yang dapat mengganggu cash
flow perusahaan.
7. Risiko Banding
http://hikmawati92.blogspot.com/2013/07/manajemen-risiko-konsep-dasar-teknik_2.html
http://rahmatulliza43.blogspot.com/2012/11/manajemen-pajak.html
http://indahhandy.blogspot.com/2010/01/manajemen-resiko-dalam-mengelola-dan.html
http://akhwatassyari.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://rezafrachman.blogspot.com/2011/08/18-pengelolaan-risiko.html
http://ngapackers.blogspot.com/2008/11/teknik-teknik-manajemen-resiko.html
http://www.scribd.com/doc/220908777/Tax-Risk-Management-Word
http://konsultanpajak-aaa.com/mengenal-sanksi-pajak.html
http://www.pajak.go.id/content/news/menghadapi-ketidakpastian-dengan-manajemen-risiko
http://www.bppk.depkeu.go.id/berita-pekanbaru/16050-mengenal-lebih-jauh-manajemen-
risiko-dalam-perpajakan
http://pratamaindomitra.co.id/tax-risk-management.html
http://abhymujahidmuda.blogspot.com/2012/04/makalah-manajemen-risiko.html
http://nasional.sindonews.com/read/892935/16/target-pajak-naik-terus
Pajakmerupakansumberpendapatannegara yang
sangatpentingbagipelaksanaanpembangunannasionalsertamenjadiunsurutamauntukmenunjang
kegiatanperekonomiandalammenggerakanrodapemerintahandansebagaipenyediafasilitasumu
mbagimasyarakat,
sehinggadiharapkanpajakdapatmeningkatkankemakmurandankesejahteraanmasyarakat
(DamayantidanSusanto, 2015) Sedangkan, bagiperusahaanpajakadalahbeban yang
akanmengurangilababersih. Perbedaankepentingandarifiskus yang
menginginkanpenerimaanpajak yang
besardankontinyutentubertolakbelakangdengankepentingandariperusahaan yang
menginginkanpembayaranpajakseminimalmungkin. Selainitu,
fluktuasikegiatanperekonomian yang
dialamiperusahaankeraptidakmendapatkantoleransidaripihakfiskus,
dikarenakanfiskusmenginginkanperolehanpajak yang progresifdanstabil.
Pengaruhfluktuasikegiatanperekonomiantersebut,
tentuakanberakibatterhadappelaporankeuanganperusahaandanpelaporanpajaknya (Hardika,
2007) dalam (Kurniasihdan Sari, 2013). Salah satudefinisiPenghindaranPajak (tax avoidance)
adalahPenataantransaksiuntukmendapatkankeuntunganpajak,
manfaatataupengurangandengancara yang dimaksudkanolehhukumpajak (Brown, 2012)
dalam (Ibnu Wijaya,2014). Untukmemperjelas,
penghindaranpajakumumnyadapatdibedakandaripenggelapanpajak (tax evasion), di mana
penggelapanpajakterkaitdenganpenggunaancara-cara yang
melanggarhukumuntukmengurangiataumenghilangkanbebanpajaksedangkanpenghindaranpaj
akdilakukansecara “legal” denganmemanfaatkancelah (loopholes) yang
terdapatdalamperaturanperpajakan yang adauntuk 2 menghindaripembayaranpajak,
ataumelakukantransaksi yang tidakmemilikitujuanselainuntukmenghindaripajak.
Penghindaranpajakseringdikaitkandenganperencanaanpajak (tax planning), di mana
keduanyasamasamamenggunakancara yang legal
untukmengurangiataubahkanmenghilangkankewajibanpajak. Akan tetapi,
perencanaanpajaktidakdiperdebatkanmengenaikeabsahannya,
sedangkanpenghindaranpajakmerupakansesuatu yang secaraumumdianggapsebagaitindakan
yang tidakdapatditerima. Batas antarapenghindaranpajakdenganperencanaanpajaksering kali
tidakjelas.
‘20 Kapita Selekta Perpajakan
47 Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
‘20 Kapita Selekta Perpajakan
48 Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen