Anda di halaman 1dari 10

HASIL REVIEW ARTIKEL

KONSEPTUALISASI PENGAMPUNAN PAJAK DALAM KONTEKS


REFORMASI HUKUM PAJAK INDONESIA

Untuk memenuhi Nilai Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Hukum Pajak Kelas B
Dosen Pengampu: Dr. Shinta Hadiyantina,SH.,MH.

DISUSUN OLEH :
DINDA AJENG MAYANGSRI
NIM.185010101111199
NO PRESENSI 04

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG,2022
DAFTAR ISI

A.PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
B.RINGKASAN JURNAL……………………………………………………………………….
1.IDENTITAS JURNAL…………………………………………………………………………
2.RINGKASAN ISI JURNAL……………………………………………………………………
3.PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..
C.PENUTUP……………………………………………………………………………………….
D.KESIMPULAN………………………………………………………………………………….
E.SARAN………………………………………………………………………..............................
G.DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Tax reform pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah terhadap ketentuan-ketentuan perpajakan yang
ersifat mendasar,ada beberapa faktor pemerintahan dalam melakukan reformasi perpajakan salah satunya karena
banyaknya peraturan perundang-undangan pajak yang cukup merugikan rakyat sebagai wajib pajak.
Pemungutan pajak harus memberikan jaminan dan keadilan secara baik untu negara selaku peungut pajak dan
rakyat sebagai wajib pajak.Dasar hukum pajak diatur sesuai dengan pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,yang menyatakan:
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang” dimana
dalam pasal ini memiliki arti bahwa pemungutan pajak/merupakan pengalihan kekayaan dari rakyat kepada negara
yang hasilnya juga akan dikembalikan pada masyarakat,oleh sebab itu harus ada persetujuan dari rakyat mengenai
jenis pajak apa saja dan besarnya pemungutan pajak tersebut.
Di Negara Indonesia pajak merupakan sumber pendapatan utama yang paling dominan untuk membiayai
pembangunan nasional. Penerimaan pajak kian meningkat seiring dengan jumlah penduduk Indonesia yang
semakin bertambah setiap tahunnya,oleh karena itu, semakin besar biaya yang dibutuhkan pemerintah dalam
mewujudkan pembangunan negara menuntut peningkatan pendapatan nasional yang salah satunya berasal dari
penerimaan sektor pajak.Rendahnya tingkat kemauan membayar pajak maka mengakibatkan tidak seimbangnya
jumlah Wajib Pajak dan jumlah pajak yang diterima oleh Negara. Tetapi hal ini bukan salah satu problematika yang
ada, namun ada beberapa hal lain yang muncul yaitu banyaknya Wajib Pajak yang menyimpan kekayaan mereka
namun harta kekayaan mereka tidak tersimpan di Indonesia, para Wajib Pajak lebih banyak menyimpan harta
mereka di bank-bank luar negeri seperti Bank Singapura, Bank Swedia, dan bank-bank luar negeri lainnya. Wajib
pajak cenderung meminimalkan pembayaran pajak dan berusaha untuk melakukan penyelundupan pajak.
Melihat persoalan tersebut, tentu saja pemerintah tidak bisa hanya diam dan membiarkan masalah pajak
tersebut terabaikan, pemerintah bekerja sama dengan Menteri Keuangan serta Direktorat Jenderal Pajak membuat
regulasi baru terkait pelaporan jumlah kekayaan Wajib Pajak yang lebih banyak menyimpan harta kekayaannya di
luar negeri. Salah satu kebijakan yang dibuat agar para Wajib Pajak mau melaporkan jumlah hartanya di dalam
negeri adalah dengan membuat kebijakan Amnesti Pajak (Pengampunan Pajak). Kebijakan Amnesti Pajak
merupakan program pengampunan yang diberikan Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak
yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan serta penghapusan sanksi pidana di bidang
perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan
cara membayar uang tebusan.
Pada tanggal 1 Juli 2016 telah disahkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak. Undang-undang tersebut menegaskan, bahwa pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, tidak dikenakan sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan,
dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Berdasarkan UU tersebut, setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak, yang diberikan melalui
pengungkapan harta yang dimiliki dalam surat pernyataan
Amnesti pajak merupakan kebijakan baru pemerintah di bidang perpajakan yang diharapkan akan
meningkatkan kemauan membayar pajak pada semua wajib pajak di masa yang akan datang. Setelah kebijakan
pengampunan berakhir akan diterapkan penegakan hukum bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan kewajiban
perpajakannya, maka Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk lebih terbuka atas kewajiban perpajakannya melalui
kebijakan Amnesti Pajak. Upaya penegakan hukum diterapkan berdasarkan informasi yang telah dimiliki selama
pelaksanaan kebijakan pengampunan. Tujuan yang diharapkan jika tax amnesty diimplementasikan yaitu akan
dapat mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat digunakan sebagai
pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk mendorong perekonomian nasional.
B.RINGKASAN JURNAL
1.IDENTITAS JURNAL

JUDUL ARTIKEL : KONSEPTUALISASI PENGAMPUNAN PAJAK DALAM KONTEKS


REFORMASI HUKUM PAJAK INDONESIA.
NAMA PENULIS : SHINTA HADIYANTINA
NAMA JURNAL : ARENA HUKUM
EDISI TERBIT : VOLUME 11,NOMOR 1 APRIL 2018.
JUMLAH HALAMAN: 85-100

2.RINGKASAN ISI JURNAL

JUDUL : KONSEPTUALISASI PENGAMPUNAN PAJAK DALAM KONTEKS


REFORMASI HUKUM PAJAK INDONESIA.
LATAR BELAKANG :

Target penerimaan pajak perlu didukung situasi sosial ekonomi politik yang stabil.Sehingga masyarakat
juga bisa dengan sukarela membayar pajaknya. Pemerintah tentu diharapkan dapat mempertimbangkan kembali
kebijakan perpajakan yang bisa menarik minat masyarakat Wajib Pajak seperti sunset policy.Pelaksanaan anesti
pajak di Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 1984 tidak efektif karena Wajib Pajak kurang merespons dan
tidak dikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh.
Bentuk reformasi perpajakan dengan salah satu agendanya adalah menerapkan pengamunan pajak (tax
amnesty).Saat diterapkannya Undang-Undang No 28 Tahun 2007 sebagai perubahan Undang-Undang No 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UP KUP) diundangkan, banyak yang memperhatikan
ketentuan-ketentuan tersebut terutama pasal 37A dimana kebijkan ini merupakan versi mini dari program
pengampunan pajak yang banyak diminta dalam kalangan usaha.Meskipun belum memuaskan semua pihak tetapi
kebijakan yang lebih dikenal dengan nama Sunset Policy ini telah menibulkan respon positif bagi banyak pihak.

RUMUSAN MASALAH :
Bagaimana konseptualisasi pengampunan pajak dalam konteks reformasi jukum pajak di Indonesia?

METODE PENELITIAN:
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif,yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis peraturan-peraturan mengenai pengampunan pajak dalam konteks reformasi
hukum pajak di Indonesia,dan penulis melakuan pendekatan Statute Approach dan Case Approach dimana penulis
akan mengupas tentang legal formal.

Sumber hukum:
1.Primer
Yaitu melakukan peninjauan secara langsung pada masalah yang diteliti agar mendapatkan data secara akurat.
2.Sekunder
yaitu penelitian sebagai usaha untuk memperoleh keterangan dan data dengan membaca dan mempelajari bahan-
bahan teoritis dari buku-buku literatur, catatan-catatan kuliah serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, agar diperoleh suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses
pembahasan mengenai masalah masalah yang diidentifikasi

3.PEMBAHASAN

Pengampunan pajak (tax amnesty) adalah kebijakan pemerintah di bidang perpajakan yang memberikan
penghapusan pajak yang seharusnya terutang dengan membayar tebusan dalam jumlah tertentu yang bertujuan
untuk memberikan tambahan penerimaan pajak dan kesempatan bagi Wajb Pajak yang tidak patuh menjadi Wajib
Pajak patuh.Salah satunya urgensi diberlakukannya pengampunan pajak(tax amnesty) adalah untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional untuk melaksankan sistem
perpajakan dengan baik yang bersih atas dasar kejujuran dan keterbukaan dari masyarakat.
Menerapkan pengampunan pajak (tax amnesty) pemerintah mempertimbangkan beberapa hal diantarnya;
Underground Economy,Pelarian modal ke luar negeri secara ilegal,Rekayasa transaksi keuangan yang
mengakibatkan kehilangan potensi penerimaan pajak.
Dalam penerapan pengampunann pajak berlangsung ada beberapa syarat yang harus dipenuhi;melakukan
sosialisasi rencana pengampunan pajak yang dilakukan atau didukung oleh perangkat administrasi perpajakan
modern menggunakan computer,Tunggakan pajak negara yaitu utang pada pajak yang telah dipastikan dan
ditetapkan dengan surat ketetapan pajakdan penagihan pajaknya dengan ndang-undang dengan surat
paksa,Perlunya program penegak hukum secara tegas dan konsisten.
Subjek tax amnesty adalah warga negara Indonesia baik yang ber NPWP maupun tidak yang memiliki
harta lain selain yang telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak (warga negara yang pembayaran pajaknya selama
ini masih belum sesuai dengan kondisi nyata) Menurut "UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak" yang
dapat memanfaatkan kebijakan amnesti pajak adalah:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Wajib Pajak Badan
3. Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM)
4. Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak

Penanda tangan di Surat Pernyataan:


1. Wajib Pajak orang pribadi;
2. Pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau dokumen lain yang dipersamakan, bagi
Wajib Pajak badan; atau
3. Penerima kuasa, dalam hal pemimpin tertinggi sebagaimana dimaksud pada angka 2 berhalangan.

Persyaratan Wajib Pajak yang dapat memanfaatkan Amnesti Pajak


1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
2. Membayar Uang Tebusan;
3. Melunasi seluruh Tunggakan Pajak;
4. Melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya tidak dikembalikan
bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan
5. Menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah memiliki kewajiban menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan
6. Mencabut permohonan:
 pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
 pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat
Tagihan Pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang;
 pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar; o keberatan; o pembetulan atas
surat ketetapan pajak dan surat keputusan;
 banding;
 gugatan; dan/atau peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan
dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

Jenis-Jenis tax amnesty


1. Filling amnesty. Pengampunan yang diberikan dengan menghapuskan sanksi bagi Wajib Pajak yang
terdaftar namun tidak pernah mengisi SPT (non-filers), pengampunan diberikan jika mereka mau mulai
untuk mengisi SPT.
2. Record-keeping amnesty. Memberikan penghapusan sanksi untuk kegagalan dalam memelihara
dokumen perpajakan di masa lalu, pengampunan diberikan jika Wajib Pajak untuk selanjutnya dapat
memelihara dokumen perpajakannya.
3. Revision amnesty. Ini merupakan suatu kesempatan untuk memperbaiki SPT di masa lalu tanpa
dikenakan sanksi atau diberikan pengurangan sanksi. Pengampunan ini memungkinkan Wajib Pajak untuk
memperbaiki SPT-nya yang terdahulu (yang menyebabkan adanya pajak yang masih harus dibayar) dan
membayar pajak yang tidak (missing) atau belum dibayar (outstanding). Wajib Pajak tidak akan secara
otomatis kebal terhadap tindakan pemeriksaan dan penyidikan.

Pengaruh Peristiwa Tax Amnesty terhadap Reaksi Pasar Modal


Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah
terjadi atau return ekspekstasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang
(Jogiyanto, 2008). Return saham diasumsikan mengalami perubahan ketika ada informasi baru dan diserap oleh
pasar. Salah satu informasi tersebut adalah tax amnesty pada 1 Juli 2016, telah berimbas pada Bursa Efek
Indonesia, salah satunya pada saham LQ45. Pengujian tax amnesty dilakukan dengan studi peristiwa (event study)
yaitu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa. Reaksi pasar modal terhadap kandungan
informasi dalam suatu peristiwa dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau
dengan menggunakan abnormal return. Harga saham dapat mengalami perubahan jika terdapat informasi yang
bagus maupun informasi yang buruk menurut pengamatan investor. Perolehan return tergantung pada pintarnya
investor dalam menganalisis informasi yang terdapat di pasar. Dalam berinvestasi saham, investor dapat
memperoleh abnormal return.
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal
(Jogiyanto, 2008). Return normal merupakan return yang terjadi pada saat situasi normal dan tidak terjadi suatu
peristiwa tertentu. Bila suatu peristiwa tertentu yang terjadi mengandung suatu informasi baik (good news) akan
berdampak terhadap kenaikan abnormal return, dan akan berdampak penurunan abnormal return bila informasi
tersebut dianggap buruk (bad news). Bila peristiwa tax amnesty mempunyai kandungan informasi yang
menguntungkan maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari perubahan trading volume activity.
Besarnya pengaruh tersebut tercermin dalam besarnya perubahan yang terjadi dalam trading volume activity.
Perubahan volume perdagangan saham diukur dengan trading volume activity (TVA) dengan membandingkan
jumlah saham yang diperdagangkan periode tertentu, setelah itu rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum
tax amnesty dibandingkan dengan trading volume activity (TVA) saat berlangsungnya tax amnesty. Bila terdapat
perbedaan yang signifikan berarti peristiwa tax amnesty berpengaruh terhadap volume perdagangan saham.

C.PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pebahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa perlakuan pengampunan pajak yang diberikan kepada
Wajib Pajak di Indonesia adalah amnesti yang tetap mewajibkan pembayaran pokok di Indonesia termasuk bunga
dan dendanya.

Anda mungkin juga menyukai