Anda di halaman 1dari 8

ETIKA BISNIS DAN PROFESI ETIKA DALAM PERPAJAKAN

Akuntansi perpajakan dapat didefinisikan sebagai Bidang Akuntansi yang


mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan
sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi (transaksi) perusahaan. Peranannya dalam
perusahaan adalah signifikan, yaitu Memberikan membuat perencanaan dan strategi
perpajakan (dalam artian positif) Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak
perusahaan di masa yang akan Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian
perpajakan (mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas pajak, dan dapat
menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.
Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih baik,
sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi. Mengingat eratnya keterkaitan
antara akuntansi dengan perpajakan pajak (dan sebaliknya), implikasi dan konsekwensi setiap
transaksi di perusahaan terhadap pajak, tidak berlebihan jika manajemen dan staf akuntansi
pajak signifikan diperlukan didalam perusahaan. Sampai saat ini masih banyak perusahaan
merangkapkan pegawai accounting (yang menangani laporan komersial) untuk menangani
perpajakan juga. Akibat sedikitnya pegawai accounting yang sungguh-sungguh memahami
perpajakan (bahkan untuk menghitungnya pun masih banyak yang belum bisa), tidak punya
cukup waktu untuk mengikuti perkembangan (perubahan) undang-undang dan peraturan
perpajakan, banyak kejadian perpajakan tidak ditangani dengan baik. Terdapat dua kelompok
pemakai laporan keuangan. Pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah
manajemen perusahaan. Sementara pihak eksternal antara lain pemegang saham, kreditor, dan
instansi pemerintah seperti instansi pajak. Sebagai pemakai ekstern, Ditjen Pajak bisa
menggunakan laporan keuangan sesuai kepentingannya, misalnya untuk menghitung pajak
terhutang wajib pajak (WP) yang bersangkutan. Laporan keuangan itu bisa yang telah diaudit
maupun tidak, tergantung kepada WP yang menyampaikannya.

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PAJAK


Internal Revenue Service (IRS) mengemukakan bahwa tanggung jawab utama praktisi
pajak adalah sistem pajak. Komisi IRS, Roscoe Egger dalam Armstrong (1993 : 85)
menyatakan bahwa suatu sistem pajak yang baik dan kuat tidak hanya terdiri dari entitas
administrasi pajak saja, dalam kasus ini IRS. Hal tersebut juga harus terdiri dari Konggres,
Administrasi dan komunitas praktisi. Bukan sebagai bagian yang terpisah pada masyarakat
yang luas, tetapi lebih bekerja sama ke arah tujuan umum. Direktur praktik IRS, Leslie
Shapiro dalam Armstrong (1993 : 85) lebih menegaskan bahwa ketika secara umum
menyetujui bahwa praktisi pajak mempunyai kewajiban atas kemampuan, loyalitas dan
kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.
Tanggung jawab terakhir adalah pentingnya pervasive (peresapan). Dalam hubungan antara
praktisi dan klien yang normal, kedua tanggung jawab dikenali dan dilaksanakan. Namun,
situasi ini adalah sulit. Dalam beberapa situasi praktisi diperlukan untuk memutuskan
kewajiban yang berlaku dan dalam pelaksanaannya dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas
sistem pajak yang tertinggi. IRS bersandar pada praktisi pajak untuk membantu dalam
mengatur hukum pajak dengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan
kepercayaan klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak.
Menurut William L. Raby dalam Armstrong (1993 : 85) sistem pajak yang mendukung IRS
akan menimbulkan perdebatan pajak. Oleh karena itu,praktisi lebih baik melayani publik
dengan mengadopsi suatu sikap. Argumennya adalah aturan etika yang fundamental dalam
praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus mengijinkan klien
untuk membuat keputusan final. Praktisi tidak berhak mengganti skala nilai kliennya.
Disamping itu praktisi harus bertanggung jawab tidak menyediakan informasi yang salah
untuk pemerintah. Seorang auditor pajak bertanggung jawab mengaudit pajak penghasilan
dari wajib pajak untuk menentukan apakah mereka telah memenuhi undang-undang
perpajakan yang berlaku. Audit yang dilakukan oleh auditor pajak termasuk jenis audit
kepatuhan.

ETIKA AKUNTAN PAJAK


Salah satu klien yang terpenting menyarankan untuk merubah perlakuan dari beberapa pajak
penghasilannya. Kita percaya jika perlakuan yang disarankan oleh klien tersebut dibuat untuk
memperkecilkan pajak yang sebenarnya. Walaupun itu tidak ada alasan yang tepat untuk
merubahnya. Kita hanya mempuyai dua pilihan dasar yaitu :
Kita dapat menolak untuk perubahan tersebut
Kita dapat melakukan untuk perubahan tersebut sesuai yang disarankan oleh klien.
AICPSs Statement On Responsibilities in Tax Practice meyetujui akuntan merangkap peran
sebagai penasehat hukum untuk klien dan pembawa kebenaran untuk pemerintahan. Dari
perspektif etika, peran rangkap ini sangatlah penting karena peran rangkap akuntansi
perpajakan lebih mempunyai tanggung jawab dua kali lipat daripada peran auditor yang kita
ketahui selama ini. Akuntansi perpajakan mempunyai beberapa tanggung jawab masyarakat
melalui pemerintah.
Pertama, akuntansi perpajakan mempunyai larangan untuk berbohong dalam pajak
penghasilan. Kedua, sebagai seorang attestor tanda tangan di atas pajak penghasilan adalah
sebuah hukuman dari sumpah palsu. Oleh karena itu ada suatu tanggung jawab kepada klien
dan masyarakat untuk jujur dan tidak menjadi kompleks ketika seorang klien mencoba untuk
menipu meskipun hal ini bisa merusak hubungan kita dengan klien.
Para anggota harus memenuhi tanggung jawab mereka sebagai seorang profesioanal dengan
menjaga dan mengamalkan standarisasi tersebut sehingga tingkat keprofesionalan mereka
dapat diukur. Ada 6 standarisasi yang dipersembahkan oleh SSTs, yang menjadi tujuan kita ;
Seorang akuntansi pajak seharusnya tiadak merekomendasikan suatu keadaan atau posisi jika
posisi tersebut tidak pantas Seorang akuntan pajak seharusnya tidak mempersiapkan atau
menandai penghasilan jika hal ini merupakan suatu keadaan dimana seorang tidak bisa
merekomendasikan no.1 Seorang akuntan pajak bisa merekomendasikan yang mana dia dapat
menyimpulkan suatu keadaan tersebut dengan tidak tergesa-gesa
Seorang akuntan pajak mempunyai kewajiban untuk memberikan nasehat kepada kliennya
tentang hukuman yang dapat di berikan karena beberapa keadaan dan sekaligus pemecahan
masalahnya.

Seorang akuntan pajak seharusnya tidak merekomendasikan suatu keadaan dimana dapat
bertindak secara tidak adil terhadap audit pemilihan proses oleh IRS Melayani keadaan
dimana orang hanya beragumen saja tanpa adanya praktek.
Jadi, hukum pajak dan permintaan dari klien adalah kesempatan potensi yang besar untuk
perilaku yang beretika dalam akuntansi pajak. Crenshaw dalam artikelnya menyebutkan
empat alasan mengapa dibutuhkan tempat perlindungan pajak:
manajemen perusahaan mencari cara baru untuk memaksimalkan laba dan aliran arus kas
meningkatkan kompleksitas baik dari kode pajak dan keuangan, membuat hal itu lebih mudah
dalam realita ekonomi persepsi tentang investasi bank dan mewujudkan keinginan produk
pajak risiko yang kecil
Pernyataan Umum No. 1 Kemungkinan yang realistis umum: Secara umum, suatu anggota
perlu mempunyai suatu niat baik dalam kepercayaan bahwa posisi keuntungan pajak
direkomendasikan untuk mempunyai suatu kemungkinan yang realistis secara administratif
atau secara hukum didukung atas baik buruknya suatu tantangan.
Pernyataan Umum No. 2 Statemen ini adalah tidak diragukan dalam menentukan yang
berikut: Suatu anggota perlu membuat suatu usaha yang layak untuk memperoleh informasi
yang diperlukan dari seseorang wajib pajak untuk menyediakan jawaban yang sesuai untuk
semua pertanyaan pada suatu keuntungan pajak sebelum mempersiapkan penandatanganan.
Pernyataan Umum No. 3 Kewajiban untuk menguji atau memverifikasi data pendukung:
Suatu persiapan dalam mempercayai niat baik dari klien untuk menyediakan informasi yang
akurat dalam menyiapkan suatu keuntungan pajak, tetapi mestinya tidak mengabaikan
implikasi dari informasi yang diperlengkapi dan perlu membuat pemeriksaan yang layak jika
informasi tampak seperti salah, atau tidak sempurna ( SSTS, p. 21).
Pernyataan Umum No. 4 Penggunaan estimasi: Ini adalah standar yang tidak diragukan.
Suatu persiapan dapat menggunakan perkiraan wajib pajak jika tidak praktis untuk
memperoleh data yang tepat dan jika persiapan dalam menentukan perkiraan adalah layak,
didasarkan pada pengetahuan sebelum persiapan.

Pernyataan Umum No. 5 Sesuai dengan pernyataan sebelumnya : ini adalah suatu standar
yang teknis. Seperti dipaparkan dalam bentuk SSTS No. 1, mengenai posisi keuntungan
pajak, dimana anggota boleh merekomendasikan suatu posisi keuntungan pajak atau
menyiapkan suatu tanda keuntungan pajak yang meninggalkan perbaikan dari suatu item
seperti disimpulkan dalam suatu kelanjutan yang administratif atau keputusan pengadilan
berkenaan dengan suatu hasil yang utama dari wajib pajak ( SSTS, p. 26).
Pernyataan Umum No. 6 Kesalahan Pengetahuan: Apa yang terpaksa dilaksanakan ketika
suatu persiapan sadar akan suatu kesalahan sebelumnya ? Anggota perlu menginformasikan
wajib pajak dengan segera dan merekomendasikan yang mengoreksi tindakan yang
diambil ( SSTS, p. 28).
Pernyataan Umum No. 7 Kesalahan Pengetahuan: kelanjutan yang administratif: Jika selama
suatu kelanjutan yang administratif suatu persiapan mendeteksi suatu kesalahan, maka perlu
meminta persetujuan wajib pajak untuk menyingkapkan kesalahan untuk dikenakan pajak
otoritas. Kekurangan persetujuan seperti anggota perlu mempertimbangkan dalam hal apakah
perlu menarik dari perwakilan wajib pajak di kelanjutan yang administratif ( SSTS, pp. 312).
Pernyataan Umum No. 8 Format dan isi dari nasihat ke wajib pajak: Statemen ini tidak
menentukan isi manapun atau format yang umum dari nasihat dikarenakan cakupan dari
nasihat menjadi sangat luas dan dikhususkan untuk masing-masing individu yang menjadi
wajib pajak secara terpaksa. Yang menjadi rekomendasi mereka adalah bahwa nasihat
mencerminkan kemampuan/ wewenang profesional dan melayani wajib pajak terpaksa.

Kompleksitas Aturan Perpajakan vs Tuntutan Klien


Pajak secara klasik memiliki dua fungsi.
Fungsi Pajak terdiri dari dari dua fungsi yaitu:
a. Fungsi Budgetair
Fungsi Budgetair disebut fungsi utama atau fungsi fiscal yaitu suatu fungsi dalam mana pajak
dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas Negara berdasarkan
undang undang perpajakan yang berlaku.
b. Fungsi Regulerend
Fungsi Regulerend disebut juga fungsi tambahan karena hanya sebagai pelengkap dari fungsi
utama yaitu budgetair. Dalam hal ini, pajak berfungsi sebagai alat yang digunakan pemerintah
untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh : pemerintah ingin memberantas/mengurangi
kebiasaan mabuk-mabukan dikalangan generasi muda maka pemerintah mengenakan pajak
atas minuman keras dengan demikian harga menjadi mahal dan diharapkan konsumsi
minuman keras menjadi berkurang
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2, disebutkan bahwa segala pajak
untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai sumber pendapatan negara yang
utama, pengatur kegiatan ekonomi,pemerataan pendapatan masyarakat, dan sebagai sarana
stabilisasi ekonomi. Kalau kita lihat APBN, pajak selalu dituntut untuk bertambah dan
bertambah. Pemerintah harus memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara. Dalam
struktur anggaran negara, seperti halnya negara kita bisa mencapai 75% diperoleh dari pajak.
Kondisi inilah yang memicu pemerintah untuk membuat aturan-aturan perpajakan. Aturan
perpajakan merupakan masalah yang sebaiknya menjadi prioritas bagi pemerintah supaya
tidak terjadi tax evasion/tax avoidance.

Berikut ini disajikan kasus yang mencerminkan kompleksitas aturan perpajakan vs tuntutan
klien:
Jeratan Pajak Ganda pada Dividen
Secara teori Indonesia menganut klasikal sistem. Artinya, ada pembedaan subyek pajak. Yaitu
subyek pajak badan dan subjek pajak perseorangan. Yang bermasalah dalam pajak deviden
adalah terjadi economic double taxation. Pengertiannya, sebelum dividen dibagi kepada
pengusaha, dia merupakan laba perusahaan yang dikenakan pajak, atau disebut pajak
korporat. Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang saham di korporat, pemegang saham
itu harus dikenakan pajak lagi. Inilah yang disebut sebagai pajak ganda. Sebagai
perbandingan, Malaysia dan Singapura tidak lagi menggunakan pajak atas dividen. Mereka
menggunakan kredit sistem. Yakni, pajak yang bisa dikreditkan kepada para pemegang saham
di korporat. Sehingga, korporat hanya dimaknai sebagai sarana. Subyek pajak tetap melekat
pada pribadi. Tak ada lagi pajak ganda yang membebani.
Sengketa Pajak
Kalau terjadi dispute, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas pajak berbeda. Pada
UU KUP 2000 kewenangan aparat Fiscus terlalu luas. Jika terjadi sengketa SPT, maka
apapun yang akan dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibayar lebih
dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak sebelum bisa dibawa kepada
pengadilan pajak. Kalau hitungan WP yang dinyatakan pengadilan benar maka WP berhak
menerima restitusi. Malangnya, uang restitusi itu kenyataannya tidak segera dibayarkan oleh
Fiscus. Jika uang restitusi jumlahnya milyaran jelas saja mengganggu cash flow para
pengusaha. Inilah persoalan yang menjadi momok dalam dispute antara WP dengan aparat
pajak. Untungnya, dalam UU KUP 28/2007 perhitungan SPT ditentukan secara bersamasama. Jika ada perbedaan klaim angka, maka yang lebih dahulu dipakai adalah klaim WP.
Sebelum masuk ke pengadilan pajak, WP hanya cukup membayar sebesar 50 persen dari
klaim hitungan WP sendiri.
Tarif Pajak yang tinggi
Ketua Tax Centre UI, Tafsir Nurchamid dan pengusaha Anton J Supit mengatakan bahwa tarif
yang tinggi kalau diturunkan punya dampak pada seretnya penerimaan negara. Padahal disaat
yang sama pendapatan negara itu sebagian besar ditujukan untuk membayar hutang dan
obligasi rekap. Meskipun semestinya menurut Anton J Supit penerimaan dari pajak itu
digunakan untuk membangun infrastruktur. Banyak kalangan perpajakan seperti Permana

Agung, Gunadi, dan Haula Rusdiana mengatakan sebaiknya ada kebijakan untuk membuat
tarif menjadi lebih rendah. Selain lebih kompetitif bagi dunia usaha, pajak yang rendah
dianggap justru akan meningkatkan penerimaan negara karena semakin banyaknya potensi
pajak yang terjaring. Satu triliun dari seratus orang jauh lebih baik ketimbang satu triliun
hanya dari sepuluh pembayar pajak. Tarif yang tinggi membuat yang bayar menjadi sedikit.
Sehingga membuat banyak orang yang lain lebih sering menghindar dan kucing-kucingan
dengan petugas pajak. Dalam pikiran mereka, sekali Anda punya NPWP sampai mati Anda
akan dikejar oleh aparat pajak. Prinsip ini membuat mereka kalau bisa selalu baku atur atau
main belakang dengan fiscus.
KASUS
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung
malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar
US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc.
yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang
susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti
Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang
menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat
eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission,
menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat
perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke
pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya
diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatkan.
Analisis :
Seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiatasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.
Selain itu seharusnya tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua,yaitu kepentingan
publik, yaitu dengan cara menghormati kepercayaan publik. Kemudian tetap memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik sesuai dengan prinsip integritas. Seharusnya tidak
melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana setiap anggota harus menjaga
obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.

Anda mungkin juga menyukai