Anda di halaman 1dari 23

RMK Akuntansi Manajemen Lanjutan

SAP 3

Pengembangan Sistem Manajemen Biaya

Oleh Kelompok 6 :

Ni Putu Laksmi Narayanti 2007611010

P. Iwan Kurniawan 2007611012

I Gusti Agung Istri Windaryani 2007611013

Program Profesi Akuntansi (PPAk)


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2021
1
1. Pengembangan Sistem Manajemen Biaya

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa
yang diharapakan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau periode untuk
mendatang. Sedangakan Manajemen Biaya adalah sistem yang didesain untuk menyediakan
informasi bagi manajemen untuk pengidentifikasian peluang-peluang penyempurnaan,
perencanaan strategi, dan pembuatan keputusan operasional mengenai pengadaan dan
penggunaan sumber-sumber yang diperlukan oleh organisasi. Sistem manajemen biaya terdiri
atas semua alat-alat, teknik-teknik, dan metode-metode yang secara bersama-sama membentuk
suatu sistem manajemen biaya. Sistem manajemen biaya terintegrasi menunjukkan adanya saling
hubungan dengan elemen-elemen sistem lainnya yaitu : (1) sistem desain dan pengembangan, (2)
sistem pembelian dan produksi, (3) sistem pelayanan konsumen, dan (4) sistem pemasaran dan
distribusi.

Sistem Manajemen Biaya didasarkan atas beberapa konsep dasar yaitu :

1. Konsep Nilai Tambah


Adalah konsep yang menjelaskan bahwa perusahaan harus berusaha melaksanakan
aktivitas-aktivitas bernilai tambah dengan efisiensi bernilai sempurna dan
mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah.
2. Konsep Akuntansi Aktivitas
Adalah proses pengumpulan dan pelacakan kinerja keuangan dan operasional mengenai
aktivitas-aktivitas signifikan perusahaan dan penyediaan umpan balik antara hasil-hasil
sesungguhnya dengan yang direncanakan serta penentuan tindakan koreksi jika
diperlukan. Activity-based costing (ABC) adalah metodologi untuk mengukur biaya
dan kinerja aktivitas, sumber-sumber, dan obyek biaya.
3. Konsep Biaya Target
Adalah biaya berbasis pasar yang dihitung dengan menggunakan harga pasar yang
diperlukan untuk mencapai pangsa pasar yang ditentukan terlebih dahulu. Biaya target
= Harga pasar untuk mencapai pangsa pasar – Laba diharapkan. Penentuan biaya target
adalah alat manajemen untuk mengurangi biaya selama daur hidup produk tertentu.

2
Tujuan-tujuan Sistem Manajemen Biaya dapat digolongkan menjadi empat bidang sebagai
berikut :

1. Mengidentifikasikan biaya aktivitas


2. Menentukan efisiensi, efektivitas, dan ekonomi aktivitas-aktivitas
3. Menyempurnakan kinerja masa depan
4. Mencapai ketiga tujuan tersebut bersama-sama dalam lingkungan perubahan teknologi

Manfaat Sistem Manajemen Biaya membantu manajemen untuk : (1) Merencanakan dan
mengendalikan organisasi, (2) Meningkatkan keterlacakan biaya, (3) Mengoptimumkan kinerja
daur hidup, (4) Membuat keputusan, (5) Manajemen investasi, (6) Mengukur kinerja, (7)
Mendukung otomasi dan filosofi pemanufakturan.

Prinsip-prinsip biaya mencakup keharusan Sistem Manajemen Biaya untuk : (a)


mengidentifikasikan biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah, (b) melacak secara
langsung biaya aktivitas tidak bernilai tambah, (c) melacak secara langsung biaya signifikan
pada tujuan pelaporan biaya, (d) menentukan pusat biaya untuk setiap kelompok aktivitas
homogeny, (e) meningkatkan keterlacakan biaya dengan menggunakan system ABC, (f)
mengembangkan driver biaya untuk menunjukkan sebab-akibat aktivitas dan biaya, (g)
mengumpulkan biaya daur hidup produk, (h) membebankan biaya teknologi, (i) membandingkan
biaya sesungguhnya dengan biaya target, (j) menggunakan biaya efektif (cost-effective) untuk
pengendalian internal.

Prinsip-prinsip pengukuran kinerja mengharuskan Sistem Manajemen Biaya untuk mengukur


kinerja : (a) selaras dengan tujuan organisasi, (b) aktifitas-aktifitas signifikan, (c) untuk
meningkatkan visibilitas driver biaya, (d) yang mencakup aktivitas keuangan dan bukan
keuangan.

Prinsip-prinsip manajemen investasi mengharuskan Sistem Manajemen Biaya untuk : (a)


mengkaji usulan investasi secara seksama, (b) membuat keputusan investasi secara konsisten
dengan tujuan organisasi, (c) mengevaluasi keputusan investasi dengan menggunakan criteria
ganda, (d) mempertimbangkan resiko-resiko investasi, (e) melacak aktivitas-aktivitas setiap
peluang investasi, (f) mendukung pengurangan atau pengeliminasian aktivitas tidak bernilai
tambah, dan (g) mendukung pencapaian biaya target.

3
Elemen-elemen manajemen biaya mencakup : [1] Lingkungan pemanufakturan maju, [2]
Just-in-time (JIT), [3] Total quality management (TQM), [4] Activity-based management
(ABM), [5] Akuntansi aktivitas (AA), [6] Activity-based costing (ABC), [7] Pengukuran kinerja,
dan [8] Manajemen Investasi.

2. BIAYA LANGSUNG DAN BIAYA TIDAK LANGSUNG


2.1. Biaya langsung (direct cost)

Merupakan biaya yang dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke objek biaya
tertentu. Konsep biaya langsung tidak hanya mencakuup biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja saja. Jika sebuah perusahaan membebankan biaya ke berbagai kantor di berbagai wilayah
penjualan, maka gaji manajer di kantor penjualan pada suatu wilayah merupakan biaya langsung
bagi wilayah penjualan tersebut.

2.2. Biaya tidak langsung (indirect cost)

merupakan biaya yang tidak dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke objek biaya
tertentu. Contoh : dikaitkan dengan produk, gaji manajer pabrik merupakan biaya tidak langsung,
karena biaya ini sama sekali tidak disebabkan oleh proses pembuatan produk.

3. ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

Activity Based Costing (ABC) adalah suatu pendekatan biaya terhadap biaya-biaya produk,
jasa, atau pelanggan berdasarkan banyaknya konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh suatu
aktifitas. Inti dari pendekatan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan
hasil dari serangkaian aktifitas yang telah dilakukan sebelumnya dan rangkaian aktifitas ini
menggunakan sumber daya yang dihitung dengan biaya. Beberapa kegunaan ABC adalah :

1. ABC menghubungkan biaya overhead pabrik dengan biaya objek seperti produk atau jasa
dengan cara mengidentifikasi sumber-sumber daya dan aktifitas-aktifitas sesuai dengan
biaya-biayanya dan jumlah yang ingin diproduksi.
2. Activity based costing adalah suatu sistem yang mengumpulkan dan memproses data-data
finansial dan operasional tentang sumber-sumber daya yang digunakan di suatu

4
perusahaan berdasarkan aktifitas, biaya objek, cost drivers dan pengukuran kinerja
aktifitas.
3.1. Prosedur Pengalokasian Dua-Langkah
• Prosedur pengalokasian dua-langkah digunakan untuk menghitung biaya-biaya sumber
daya yang digunakan perusahaan, seperti biaya overhead pabrik, kelompok biaya dan
kemudian untuk membiayai objek berdasarkan besarnya cost objek yang digunakan untuk
sumber-sumber daya tersebut.
• Sistem biaya perhitungan tradisional pertama kali mengalokasikan biaya overhead pabrik
secara keseluruhan ataupun melalui pusat biaya dan kemudian ke hasil produksi. Model
prosedur pengalokasian dua-langkah ini, bagaimanapun juga dapat memperhitungkan
biaya produk ataupun jasa.
• Sistem ABC menggunakan sistem yang berbeda dari sistem pembiayaan tradisional,
dimana dapat dilihat dari kemampuannya untuk memodelkan penggunaan dari sumber-
sumber daya perusahaan terhadap aktifitas yang dilakukan oleh sumber-sumber daya ini
dan kemudian menghubungkan biaya aktifitas-aktifitas terhadap biaya objek seperti
halnya produk, pelanggan ataupun jasa.
3.2. Kapan dibutuhkan Sistem Activity Based Costing?
Dimasa lalu, sistem biaya activity based costing hanya digunakan pada saat :
• biaya untuk mengukur biaya aktifitas dan biaya-biaya lainnya menurun, yang dapat
disebabkan adanya komputerisasi sistem penjadwalan dilantai produksi.
• Activity yang tetap, menaikkan biaya dari penetapan harga.
• Deferensiasi produk yang tinggi dalam jumlah, ukuran ataupun kompleksitas.
3.3. Langkah-Langkah dalam Melaksanakan Sistem Actifity based costing.
Ada 3 (tiga) tahap dalam melaksanakan sistem Activity Based Costing yaitu:

1. Mengidentifikasi Biaya Sumber Daya dan Aktifitas.

• Langkah pertama ini berupa pelaksanaan analisa aktifitas untuk mengidentifikasikan


biaya sumber daya, dimana bisa muncul dalam berbagai bentuk aktifitas.

• Analisa aktifitas mengidentifikasikan dan memaparkan pekerjaan yang dilaksanakan


oleh suatu organisasi dimana termasuk didalamnya kegiatan pengumpulan data dari

5
dokumen yang ada dan dapat juga menggunakan survey kuesioner, observasi
langsung dan wawancara dengan pelaku kunci.

Proses manufaktur memiliki 4 (empat) level aktifitas:

• Unit-level activity, dilakukan untuk setiap unit produksi setiap kali unit produksi
tersebut melaksanakan proses prduksi.

• Batch-level acativity, dilakukan untuk setiap batch atau grup produk dari setiap unit
produk yang diproduksi.

• Product-sustaining activity, dilakukan untuk mendukung produksi dari suatu produk


yang spesifik.

• Facilities-sustaining activity, dilakukan untuk mendukung proses produksi dari


produk-produk yang ada secara umum.

2. Mengalokasikan Biaya Sumber Daya ke Aktifitas.

• kriteria penting untuk memilih resources cost drivers yang baik adalah dengan
menggunakan hubungan sebab-akibat.

• Contoh-contoh resources cost drivers adalah sebagai berikut:

(1) pengukuran kegunaan utilitas,

(2) karyawan dalam hal pembayaran gaji,

(3) setup untuk aktifitas mesin,

(4) kegiatan pemindahan dalam kaifitas material handling,

• Biaya dari sumber daya dapat dialokasikan terhadap aktifitas dengan cara
penelusuran langsung ataupun dengan cara estimasi. Penelusuran langsung
membutuhkan data aktual mengenai sumber daya yang digunakan dalam aktifitas.
Jka penelusuran langsung tidak bisa dilaksanakan, manager ataupun supervisor akan
diminta untuk mengestimasi persentasi dari waktu atau usaha yang dikeluarkan
karyawan untuk menggunakan suatu aktifitas.

6
3. Mengalokasikan Biaya Aktifitas ke Biaya Objek.
 Setelah biaya aktifitas diketahui, biaya perunit aktifitas harus diukur, hal ini dapat
dilakukan denga cara mengukur biaya per unit output yang diproduksi oleh suatu
aktifitas.
 Output adalah biaya objek untuk setiap aktifitas yang dilaksanakan dimana dapat
berupa sistem biaya untuk produk, jasa, pelanggan ataupun unit bisnis.
 Activity cost drivers digunakan untuk mengalokasikan biaya aktifitas ke biaya objek
dalam hal ini dapat berupa pesanan pembelian, laporan penerimaan, laporan inspeksi,
jumlah sumber daya yang disimpan, pembayaran, jam kerja langsung, jam mesin,
waktu setup dan waktu siklus manufaktur.
3.4. Keuntungan dan Keterbatasan dari Activity Based Costing

Keuntungan

a. ABC menyediakan perkiraan tentang biaya produksi yang lebih akurat dan lebih
informatif, yang pada akhirnya akan menuju pengukuran profitabilitas produk yang
lebih akurat dan kemampuan yang lebih baik untuk mengambil keputusan strategis
dalam hal penentuan harga,lini produk, pelanggan, dan pengeluaran kapital.

b. ABC menyediakan pengukuran yang lebih akurat mengenai aktifitas yang


menimbulkan biaya, sehingga para manager akan terbantu untuk meningkatkan
kualitas produk dan peningkatan nilai proses sehingga dapat dihasilkan keputusan
produk yang lebih baik, kemampuan mengontrol biaya.

Keterbatasan

a. Allocation, ada beberapa biaya yang mungkin perlu dialokasikan


pada suatu departemen dan pengukuran volume terhadap produk hal ini dikarenakan
adanya penemuan spesifik aktifitas yang menyebabkan ketidak akuratan biaya
penggunaan.

b. Omission of cost, ABC berasal dari penganalisisan beberapa biaya


yang diidentifikasikan dengan spesifikasi produk. Aktifitas dapat menyebabkan

7
pemasukan bagi biaya pemasaran, periklanan pencarian dan pengembangan, teknik
produk dan permasalahan yang ditimbulkannya.

3.5. Ada empat hirarki dalam sistem ABC, yaitu:


Berdasarkan sumbernya diketahui ABC sistem memiliki empat hirarki antara lain :
1. Output unit-level cost, sumber daya yang berhubungan langsung dengan satuan unit
produk atau jasa. Jika produk meningkat maka penggunaan sumber daya ini meningkat,
misalnya biaya manufaktur yang berkaitan denga energi, depresiasi mesin,
pemeliharaan dan perbaikan mesin adalah sumber daya yang terkait langsung dengan
aktivitas pembuatan setiap jenis produk. Biaya ini akan meningkat penggunaannya
seiring dengan peningkatan produk atau jasa yang dihasilkan. Pada umumnya biaya
output unit-level cost dibebankan ke harga pokok produk atas dasar jam mesin (machine
hours).
2. Batch-level cost, sumber daya yang terkait dengan aktivitas dari sekelompok unit
produk atau jasa, dari pada satuan produk atau jasa secara individual, misalnya untuk
menghasilkan sejumlah produk yang memiliki spesifikasi tertentu dibutuhkan selama
waktu setup yang sama. Dalam suatu perusahaan terkadang penanganan bahan
membutuhkan biaya yang signifikan, dari mulai melakukan order pembelian,
penerimaan bahan, pergudangan sampai dengan pembayaran kepada suplayer, maka
diperlukan penanganan bahan secara khusus. Biaya penanganan bahan ini mencakup
sejumlah aktivitas order pembelian dan lainnya, maka diperlukan adanya batch.
Perhitungan tarif dalam satu batch-level cost dapat lebih dari satu sesuai dengan hasil
analisis korelasi antara sumber daya/aktivitas dengan yang dibiayai, misalnya biaya
setup dibebankan atas dasar jam mesin, sedangkan biaya penanganan bahan dibebankan
atas dasar order pembelian.
3. Product-sustaining cost, sumber daya yang terkait dengan aktivitas untuk mendukung
pembuatan satuan produk atau jasa secara individual, misalnya aktivitas perancangan
(desain) suatu produk harus dilakukan untuk setiap jenis produk secara sendiri-sendiri.
Ini memerlukan biaya tersendiri pula, terutama untuk setiap produk pesanan. Biaya ini
dibebankan ke harga pokok produk dengan tarif yang sesuai dengan aktivitas desain,
dapat berupa luas lantai (jika bangunan).

8
4. Facility-sustaining cost, sumber daya yang terkait dengan aktivitas yang tidak dapat
ditelusuri langsung (untraceable) ke satuan produk atau jasa secara individual, bahkan
aktivitas yang mendukung satuan organisasi secara keseluruhan, misalnya biaya
administrasi umum (termasuk sewa dan keamanan gedung). Biasanya sulit untuk
menetapkan hubungan biaya dengan dasar alokasi biaya, maka kebanyakan perusahaan
tidak membebankannya ke harga pokok produk, namun memasukannya sebagai
pengurang langsung terhadap pendapatan operasional. Jadi dianggap sebagai biaya
periodik (periodical cost). Jika dibebankan ke harga pokok produk atau jasa, maka biaya
ini biasanya dialokasikan atas dasar jam tenaga kerja langsung.
3.6. Perbandingan antara Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya Activity Based
Costing

Suatu perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari
biaya dalam satu kelompok biaya (cost pool). ABC mengharuskan perhitungan kelompok biaya
(cost pool) suatu aktivitas, maupun identifikasi suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang
signifikan dan mahal. Akibatnya, harus lebih hati-hati dalam membentuk kelompok biaya (cost
pool) dalam sistem ABC dibandingkan dalam perhitungan biaya tradisional. Perbedaan lain
antara sistem ABC dan sistem tradisional yaitu bahwa semua sistem ABC adalah sistem
perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan
satu atau dua tahap. Dalam sistem ABC, tahap pertama kelompok biaya (cost pool) aktivitas
dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya.
Di tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari kelompok biaya aktivitas ke produk atau objek
biaya final lainnya.

9
3.7. Contoh Soal : ABC

PT Baju memproduksi 2 produk yaitu produk polos dan produk bercorak. Produk PT Baju yang
bercorak diproduksi dalam jumlah yang sama dan biaya yang sama dengan produk polos. Kedua-
duanya bervolume tinggi. PT Baju melakukan :

a. 40 persiapan untuk setiap produk dan mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp. 900.000
dengan rata-rata sebesar Rp 22.500/persiapan
b. 20 perubahan desain untuk setiap produk dan menegluarkan biaya perubahan desain
sebesar Rp.700.000 dengan rata-rata sebesar Rp.35.000
c. Menggunakan 160.000 jam tenaga kerja langsung dan mengeluarkan biaya overhead lain-
lain sebesar Rp.3.200.000 dengan rata-rata sebesar 20 jam tenaga kerja langsung.

Jawab : Diperoleh Data produksi terakhir PT Baju adalah sebagai berikut :

PT BAJU
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir

Polos Bercorak Total


Unit yang diproduksi 100.000 50.000
Biaya bahan baku langsung
Per Unit Rp 10 Rp 15
Total Rp 1.000.000 Rp 750.000 Rp 1.750.000
Tenaga Kerja Langsung
Jam Per unit 1 2
Total Jam 80.000 80.000
Total Biaya Rp. Rp 1.600.000 Rp 1.750.000
1.600.000
Persiapan 20 20
Perubahan desain 10 10
Overhead
Biaya Tingkat Batch Rp. 900.000
Biaya Tingkat Produk Rp.700.000
Overhead lain-lain Rp.
3.200.000

10
Total Overhead Rp.
4.800.000
Rp.
9.750.000

Berdasarkan data diatas, direktur PT BAJU meminta manajer akuntansinya untuk menghitung
berapa biaya per unit berdasarkan perhitungan sistem ABC !

PERHITUNGAN :

PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC)

PT BAJU
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
Tarif Overhead:
Biaya persiapan tingkat batch                              Rp. 900.000:40=Rp.
22.500/persiapan
Biaya per kali perubahan-tingkat produk           Rp. 700.000:20=Rp.
35.000/perubahan
Overhead lain-lain                                                  Rp. 3.200.000:160.000=Rp.
20/jam TKL

polos Bercorak Total


Bahan baku langsung Rp. 1000.000 Rp. 750.000 Rp. 1.750.000
Tenaga Kerja Langsung 1.600.000 1.600.000 3.200.000
Overhead :
Persiapan : Rp.22.500x20 450.000
Persiapan: Rp.22.500x20 450.000 900.000
Perubahan desain 350.000
Rp.35.000x10
Perubahan desain 350.000 700.000
Rp35.000x10
TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000
TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000 3.200.000
Total biaya Rp. 5.000.000 Rp. 4.750.000 Rp. 9.750.000

Unit yang diproduksi 100.000 50.000


Biaya per unit Rp. 50 Rp. 95

11
4. ACTIVITY BASED COSTING WITH IDLE CAPACITY

Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead yang ditentukan dimuka dihitung dengan
membagi anggaran biaya overhead dengan ukuran aktivitas yang dianggarkan seperti anggaran
jam kerja langsung. Praktek seperti ini akan mengakibatkan pembebanan kapasitas yang
menganggur ke produk dan juga akan menyebabkan biaya produksi per unit tidak stabil. Jika
anggaran aktivitas turun, tarif overhead akan meningkat karena komponen tetap dalam overhead
hanya digunakan untuk jumlah produk yang lebih sedikit sehingga biaya produksi per unit akan
meningkat. Berlawanan dengan akuntansi biaya tradisional, dalam ABC produk hanya dibebani
biaya dari kapasitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh biaya kapasitas yang tidak
digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per unit yang lebih stabil dan konsisten dengan
tujuan pembebanan biaya ke produk yang menyebabkan aktivitas.

Contoh Soal : ABC Idle

Tiga tahun yang lalu, PT. Ratna Juwita berada dalam kesulitan. Tingkat produksinya di bawah
kapasitas normal. Perusahaan ini telah menyewa seorang manajer yang cukup terkenal dan
bersedia mengambil alih kendali perusahaan. Dia seorang cukup bermurah hati. Ia mau dibayar
dengan gaji yang sangat relatif rendah. Akan tetapi menuntut bonus 10 % per tahun dari laba
bersih. Berikut adalah laporan rugi laba perusahaan selama ia pimpin ( 3 tahun ).

Ratna Juwita – Laporan rugi laba untuk tahun ke – 1,2,3.

Dalam miliaran rupiah ( Metode full costing ).

Tahun Tahun Tahun Tahun


Ke- 1 ke- 2 ke- 3 1–3
Penjualan * 34,0 50,0 60,0 144,0
1) Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal - - 6,4 -

12
Harga Pokok Produksi 25,4 38,4 33,4 97,2
Persediaan Akhir - (6,4) - -
Hpp 25,4 32,0 39,8 97,2
Laba Kotor 8,6 18,0 20,2 46,8
2) Biaya Pemasaran 9,1 16,4 19,1 44,8
Laba (Rugi) Bersih (0,5) 1,4 1,1 2,0

* Harga Jual = Rp 2.000,00/unit

a. PT. Ratna Juwita- Laporan Rugi-Laba untuk tahun ke- 1,2,3


Dalam milyaran Rupiah, (Metode Variable Costing)
Tahun Tahun Tahun Tahun
Ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke 1- 3
Penjualan 34,0 50,0 60,0 144,0
(- ) Hpp Variabel
Persediaan Awal - - 5,0 -
Harga Pokok Produksi 17,0 30,0 25,0 72,0
Persediaan Akhir - ( 5,0) - -
Hpp Variabel 17,0 25,0 30,0 72,0
Biaya Pemasaran dan
Adm Var 8,5 12,5 15,0 36,0
Marjin Kontribusi 8,5 12,5 15,0 36,0
(- ) BOP Tetap 8,4 8,4 8,4 25,2
Biaya Pem & Adm Tetap 0,6 4,1 4,1 8,8
9,0 12,5 12,5 34,0
Laba bersih (0,5) NIHIL 2,5 2,0

b. Penjelasan perbedaan Laba Metode FC dengan Metode VC


Tahun Tahun Tahun
Ke- 1 ke- 2 ke- 3
Laba bersih (Metode FC) (0,5) 1,4 1,1

13
Laba bersih (Metode VC) (0,5) 0 2,5
Perbedaan 0 1, 4 1,4

Perubahan jumlah Persediaan dalam


Unit (metode VC ) 0 5 5
Dikalikan tarif BOP Tetap 0,28 0,28 0,28
Tarif ini dihitung dari total BOP Tetap ( = Rp 8,4 milyar ) dibagi dengan kapsitas normal
dalam unit ( 30 milyar unit )

5. TIME DRIVEN ACTIVITY

5.1. Sejarah Time Driven Activity Base Costing

Ketidakpastian lingkungan bisnis menyebabkan sistem pembiayaan terus mengalami


perkembangan dan perbaikan. Traditional ABC muncul pada tahun 1980an menggantikan
traditional costing. Kemudian pada tahun 2003, konsep Time-Driven ABC mulai diperkenalkan
dan dikembangkan untuk merevisi Traditional ABC. Berikut ini sejarah perkembangan Time-
Driven ABC:

1. Era Traditional Costing (Tahun 1925 sampai dengan tahun 1980an) Pada saat era penggunaan
traditional costing, lingkungan bisnis masih stabil, tidak ada kompetisi baik dari dalam negeri
maupun luar negeri, dan diferensiasi produk masih rendah. Hal ini menyebabkan sistem
pengendalian biaya tidak terlalu penting bagi perusahaan. Sistem akuntansi manajemen
tradisional cenderung berproduksi berdasarkan informasi besarnya biaya yang dialokasikan
pada produk dengan metode sederhana dan berubahubah, dan alokasinya seringkali tidak
berhubungan dengan permintaan yang dibuat oleh produk atas sumber daya perusahaan.

2. Era Traditional ABC (Tahun 1980an sampai dengan tahun 2004) Pada tahun 1980an,
dikembangkan sistem biaya yang baru menggantikan Traditional Costing, yaitu Traditional
ABC. Traditional ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk
menghasilkan mekanisme penghitungan biaya yang akurat. Hal ini didorong oleh: (1)
Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective, (2) Advanced

14
manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product
cost menjadi lebih tinggi dari primary cost, dan (3) Adanya strategi perusahaan yang
menerapkan market driven strategi
3. Era Time-Driven ABC (Tahun 2004 sampai dengan sekarang) Seiring dengan
berjalannya waktu, Traditional ABC menjadi sulit diterapkan pada banyak perusahaan karena
menimbulkan biaya yang mahal untuk keperluan wawancara dan survey terhadap sistem
ABC. Selain masalah mahalnya biaya untuk wawancara dan survei, masih banyak kesulitan
yang timbul dari aplikasi sistem Traditional ABC, padahal kompetisi usaha semakin ketat dan
semakin kompleks. Untuk memperbaiki kekurangan yang timbul dari sistem Traditional
ABC, maka pada tahun 2004, Robert S. Kaplan dan Steven R. Anderson mengembangkan
inovasi baru terhadap sistem ABC yang disebut Time-Driven ABC.

5.2. Kekurangan ABC Sebagai Penyebab Dikembangkannya Time Driven ABC

Beberapa persoalan muncul di dalam praktek penerapan Traditional ABC, antara lain sebagai
berikut :

1. Proses wawancara dan survey kepada karyawan menelan biaya sangat mahal dan
memakan waktu yang cukup panjang.
2. Ketidakakuratan dan bias mempengaruhi keakuratan tarif cost driver yang berasal dari
estimasi individual subjective atas perilaku mereka di masa lalu maupun di masa
mendatang.
3. Karena mahalnya biaya wawancara dan survey kepada karyawan, maka sistem ABC
tidak diupdate secara rutin.
4. Sulit menambah aktifitas baru ke dalam sistem, memerlukan estimasi ulang atas jumlah
biaya yang harus ditetapkan untuk aktifitas yang baru.
5. Sulit diterapkan pada perusahaan yang beroperasional pada skala besar. Dengan kata lain,
Traditional ABC sulit untuk merespon peningkatan dari diversity dan kompleksitas
pesanan maupun pelanggan, padahal perusahaan berskala besar pasti memiliki tingkat
diversity dan kompleksitas pesanan maupun konsumen yang sangat tinggi.

Faktor-faktor di atas menyebabkan dikembangkannya sistem Time-Driven ABC yang diharapkan


dapat memperbaiki kekurangan yang timbul dari Traditional ABC.

15
5.3. Time Driven ABC : Pendekeatan yang Sederhana dan Kuat

Pendekatan alternatif untuk mengestimasi model ABC, yaitu Time- Driven ABC, mampu
mengatasi segala keterbatasan dari Traditional ABC. Time-Driven ABC memerlukan dua
estimasi baru yaitu: (1) Biaya per unit dari kapasitas yang tersedia, dan (2) konsumsi unit waktu
oleh setiap aktifitas.

5.3.1 Estimasi Biaya Per Unit

Prosedur yang baru dimulai dengan menggunakan informasi yang sama dengan pendekatan
Traditional ABC, yaitu :

1. Menentukan besarnya biaya dari sumber daya yang menyediakan kapasitas.


2. Mengestimasi kapasitas aktual dari sumber daya yang tersedia.

Dengan estimasi dari: (1) Biaya dari kapasitas yang tersedia, dan (2) Kapasitas pada prakteknya
dari sumber daya yang tersedia, maka dapat dihitung biaya per unit dari kapasitas yang tersedia
sebagai berikut:

Biaya per unit = Kapasitas pada Prakteknya dari Sumber Daya yang Tersedia

Biaya dari Kapasitas yang Tersedia

Sebagai contoh, Diketahui data dari PT X: Jumlah biaya dari tenaga kerja tidak langsung yang
tersedia sebesar $ 84,000 (sudah termasuk bonus). Jumlah biaya dari kapasitas computer yang
tersedia sebesar $ 30,000. Tenaga kerja tidak langsung ada 5 orang, di mana masing-masing
menyediakan 500 jam kerja untuk setiap kwartal, atau totalnya sebanyak 2500 jam kerja.
Kapasitas tenaga kerja tidak langsung pada prakteknya sebanyak 2000 jam kerja per kwartal.
Kapasitas computer pada prakteknya sebanyak 500 jam per kwartal. Berdasarkan data tersebut,
maka biaya per unit (per jam kerja) dari kapasitas tenaga kerja tidak langsung yang tersedia
adalah sebagai berikut:

Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung per jam = $ 84,00/2000jam = $ 42 per jam

16
Sedangkan biaya per unit (per jam) dari kapasitas komputer yang tersedia adalah sebagai berikut:

Biaya Komputer per jam = $ 30,000/500 jam = $ 60 per jam

5.3.2. Estimasi Unit Waktu

Bagian kedua dari informasi baru yang diperlukan pada pendekatan Time-Driven ABC adalah
estimasi waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu transaksi. Prosedur Time-Driven ABC
menggunakan estimasi waktu yang diperlukan setiap saat transaksi terjadi. Estimasi unit waktu
ini menggantikan proses interview pekerja untuk mempelajari berapa persen waktu pekerja yang
dihabiskan untuk semua aktifitas.

5.4. TIME-DRIVEN ABC VERSUS TRADITIONAL ABC

Pada tabel ditunjukkan perbandingan implementasi Time-Driven ABC dengan Traditional ABC
sebagai berikut:

PERBANDINGAN IMPLEMENTASI TIME-DRIVEN ABC

DENGAN TRADITIONAL ABC

Implementasi Time-Driven ABC: Implementasi Traditional ABC:


 Mengidentifikasi departemen sumber  Mengindentifikasi aktifitas dan pool
daya yang bermacam-macam biaya aktifitas
 Mengestimasi total biaya dari setiap  Membebankan biaya ke aktifitas-
departemen sumber daya aktifitas
 Mengestimasi kapasitas pada  Menentukan activity driver
prakteknya untuk setiap departemen  Menentukan tarif activity driver
sumber daya  Membebankan biaya ke produk
 Menghitung biaya per unit dari setiap
kapasitas sumber daya
 Menentukan estimasi unit waktu untuk
setiap transaksi
 Membebankan biaya ke produk

17
Pada tabel tersebut dapat terlihat bahwa Traditional ABC merupakan model biaya “push”.
Implementasinya dimulai dengan menetapkan total biaya overhead terlebih dahulu, menghitung
biaya per unit dari aktifitas, dan pada akhirnya menghasilkan alokasi biaya kepada produk.
Sebaliknya, Time-Driven ABC merupakan model biaya “pull”. Implementasi dari Time-Driven
ABC dimulai dengan melakukan estimasi dua parameter, dan pada akhirnya menghasilkan
alokasi biaya kepada produk. Dapat disimpulkan bahwa Traditional ABC (Push Model)
menghitung biaya aktifitas yang actual dan membebankannya ke produk. Sedangkan Time-
Driven ABC menghitung biaya aktifitas pada tarif standar dan menghilangkan biaya kapasitas
yang tidak digunakan. Pada pertengahan tahun 1980an, Traditional ABC hadir menggantikan
Traditional Costing yang sudah tidak relevan lagi untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan.

Adapun kelebihan Traditional ABC dibandingkan dengan Traditional Costing adalah


sebagai berikut: (1) Menyediakan alternative metode penghitungan dan analisis biaya yang lebih
baik daripada Traditional Costing, (2) Memberikan informasi yang efektif untuk pengambilan
keputusan, dan (3) Memberikan informasi yang berkelanjutan dalam penerapan proses dan
penurunan biaya.

Tetapi pada prakteknya, Traditional ABC memiliki banyak kekurangan (keterbatasan)


yang menyebabkannya sulit untuk diterapkan di banyak perusahaan. Dan kemudian, Time-
Driven ABC hadir untuk memberikan alternatif yang lebih baik, lebih akurat, dan lebih sederhana
untuk diterapkan di perusahaan-perusahaan. Robert S. Kaplan dan Steven R. Anderson,
menyatakan bahwa Time-Driven ABC akan memberikan perbaikan yang sangat hebat atas sistem
yang lama (Traditional ABC).

5.4.1 Kelebihan Model Time-Driven ABC

Kelebihan dari model Time-Driven ABC dibandingkan dengan Traditional ABC adalah sebagai
berikut:

a. Sangat mudah dan cepat diimplementasikan


b. Tidak mahal dan mudah diupdate
c. Mudah divalidasi dengan pengamatan langsung terhadap model estimasi dari unit waktu
d. Mampu diterapkan pada perusahaan dengan skala besar
e. Mudah menggabungkan fitur spesifik untuk pesanan, supplier, dan pelanggan khusus

18
f. Lebih memandang kepada efisiensi proses dan pemanfaatan kapasitas

Studi Kasus “Amanah Corporation”

Amanah Corporation merupakan sebuahperusahaan telekomunikasi yang memproduksi


dua jenis telepon, yaitu telepon reguler dan telepon tanpa kabel.

Berikut adalah data estimasi dan data aktual Tahun 2006:

Overhead yang dianggarkan Rp360.000.000

Aktivitas yang diharapkan (dalam jam TK langsung) 100.000

Aktivitas aktual (dalam jam TK langsung) 100.000

Overhead aktual Rp380.000.000

Ditanya :

Biaya per unit = .............?

Jawab :

Overhead yang dianggarkan


Tarif overhead ditemtukan di muka=
Aktivitas yang diharapkan

Rp 360.000,00
= Tarif overhead ditemtukan di muka=
100.000 Jam

= Rp3.600 per jam TK langsung

19
(1) Kalkulasi Biaya per Unit: Tarif Pabrik Menyeluruh

Diasumsikan Amanah Corporation memiliki dua divisi produksi, yaitu pabrikasi dan
perakitan, yaitu pabrikasi dan perak. Divisi pabrikasi bertanggung jawab untuk membuat
komponen elektronik utama.Bagian-bagian lainnya dibeli dari pemasok. Semua komponen
kemudian dirakit di divisiperak. Mempertimbangkan bahwa divisi divisi yang bersifat intensif
mesindivisi cenderung intensif tenaga kerja, maka Amanah Corp. mendasarkan tarif Biaya
Overhead Pembebanan BiayaDepartemen A Departemen B Pembebanan Biaya Pembebanan
BiayaProdukProduk 5overhead departemental pada jam mesin untuk pabrikasi dan pada jam
tenaga kerja langsung untuk perak.

20
(2) Kalkulasi Biaya per Unit Tarif Pabrik Departemental

Overhead yang dianggarkan


Tarif overhead ditemtukan dimuka=
Jammesin yang dianggarkan
Rp 252.000 .000
¿
40.000 jam mesin
= Rp 6.300 jam mesin

Overhead yang dianggarkan


Tarif perakitan=
Jam TK langsung yang dianggarkan
Rp108.000 .000
¿
80.000 jam TK Langsung

= Rp 1.350 jam TK langsung

Overhead yang dibebankan = (Rp6.300 x jam mesin aktual) + (Rp1.350 x jam TK langsung)
= (Rp6.300 x 40.000) + (Rp1.350 x 80.000)
= Rp252.000.000 + Rp108.000.000
= Rp360.000.000

21
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa sistem tarif pabrik menyeluruh dan tarif
departemental menghasilkan biaya per unit yang berbeda untuk telepon reguler dan telepon tanpa
kabel. Namun perbedaan antara biaya per unit telepon reguler yang diproduksi secara massal dan
telepon ranpakabel yang diproduksi dalam jumlah yang jauh lebij sedikit tidak terpaut terlalu
jauh.

22
Daftar Pustaka :
1. Garrison, Ray H ; Eric W. Norren dan Peter C. Brewer. 2008. Akuntansi Manajerial.
Jakarta: Salemba Empat.

2. https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=pengertian+biaya+langsung+dan+biaya+tidak+langsung

3. https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=pengertian+activity+based+costing

4. https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=pengertian+activity+based+costing+with+idle+capacity

5. https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=pengertian+time+driven+activity

6. https://studylibid.com/

23

Anda mungkin juga menyukai