Anda di halaman 1dari 64

PPh Pemotongan/Pemungutan (Withholding Tax)

Syarat:
1 Pemotong/Pemungut pajak;
2 Pihak yang dipotong/dipungut pajak; dan
3 Objek pemotongan/pemungutan pajak.

Kewajiban pemotong/pemungut pajak:


1 Membuat Bukti Pemotongan Pajak:
---> Lembar 1 untuk Pihak yang Dipotong/Dipungut
---> Lembar 2 untuk Pemotong/Pemungut
2 Membuat Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan Pajak ---> Akhir bulan pemotongan
---> Lembar 1 untuk DJP sebagai Lampiran SPT
---> Lembar 2 untuk Pemotong/Pemungut
3 Melakukan penyetoran pajak yang dipotong/dipungut
---> Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ---> e-Billing
4 Melakukan pelaporan dan penyetoran pemotongan/pemungutan pajak ---> SPT Masa
---> Lampiran 1: Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan Pajak
---> Lampiran 1: SSP

Jenis-jenis PPh Pot/Put:


1 PPh Pasal 21
2 PPh Pasal 22
3 PPh Pasal 23
4 PPh Pasal 26
5 PPh Pasal 4 (2)
6 PPh Pasal 15
PPh Pasal 21
---> Pemotongan pajak atas penghasilan
---> sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
---> yang diterima atau diperoleh WPOP DN

Pedoman teknik PPh Pasal 21 ---> Per-16/PJ/2016

Penghitungan PPh Pasal 21


Tarif PPh WPOP DN x PhKP

Tarif PPh WPOP DN ---> Pasal 17 (1) huruf a


- 5% atas penghasilan kena pajak s.d. Rp60.000.000
- 15% atas penghasilan kena pajak di atas Rp60.000.000 s.d. Rp250.000.000
- 25% atas penghasilan kena pajak di atas Rp250.000.000 s.d. Rp500.000.000
- 30% atas penghasilan kena pajak di atas Rp500.000.000 s.d. Rp5.000.000.000
- 35% atas penghasilan kena pajak di atas Rp5.000.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PhKP)


1 Pegawai tetap
2 Penerima pensiun bulanan
3 Pegawai tidak tetap/Tenaga kerja lepas
4 Bukan pegawai
5 PhKP = Ph bruto

PPh Pasal 21 bersifat final


1 Pesangon/Uang manfaat pensiun yang dibayar sekaligus.
2 Pembayaran kepada PNS/TNI/Polri/Pejabat Negara dengan dana APBN/APBD.
Pengitungan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap
Pegawai tetap adalah adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja
berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur.

PPh Pasal 21 ---> Tarif PPh OP x PhKP

Penghasilan Kena Pajak (PhKP) Pegawai Tetap


PhKP = Penghasilan neto* (setahun/disetahunkan) - PTKP
Penghasilan neto = Penghasilan bruto - Pengurangan

Penghasilan bruto:
---> Termasuk premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja;
---> Tidak termasuk premi JHT/THT/iuran pensiun yang dibayar oleh pemberi kerja.

Pengurangan:
1 Biaya jabatan
---> Besarnya adalah 5% dari penghasilan bruto, maksimal Rp500.000/bulan atau Rp6.000.000/tahun.
2 Premi JHT/THT/iuran pensiun yang dibayar oleh pegawai yang bersangkutan.

Penghasilan neto:
1 Setahun ---> penghasilan yang nyata-nyata diterima selama tahun berjalan.
2 Disetahunkan ---> penghasilan diperhitungakan sebagai penghasilan 12 bulan.
a. Pegawai yang dipindahtugaskan dari Kantor Pusat ke Cabang atau sebaliknya atau antarcabang
masih dalam perusahaan yang sama.
---> Penghitungan disetahunkan di tempat asal.
b. Pegawai yang kewajiban subjektifnya sebagai WPDN dimulai atau berakhir dalam bagian tahun pajak
- Pegawai yang meninggal dunia;
- Tenaga kerja asing yang baru berada di Indonesia;
- Pegawai yang meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

PTKP setahun
1 Rp54.000.000 untuk diri Wajib Pajak;
2 Rp4.500.000 untuk Wajib Pajak yang kawin;
3 Rp4.500.000 untuk setiap tanggungan, maksimal 3 orang tanggungan.
Tanggungan:
a Orang tua, mertua, anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya
b Kedaaan pada awal tahun atau bagian tahun pajak (kewajiban subjektifnya sebagai WPDN dimulai
pada bagian tahun pajak).
c Tidak memiliki penghasilan.
d Belum menikah.

Wanita yang telah kawin


- Status PTKP-nya adalah TK/0 ---> hanya untuk dirinya sendiri
- PTKP untuk status kawin dan tanggungan ada pada suaminya
- PTKP untuk status kawin dan tanggungan dapat ditanggung oleh istri jika suaminya tidak memiliki
penghasilan ---> dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Pemerintah Daerah setempat, minimal tingkat
tingkat kecamatan.
jumlah tertentu
wai yang bekerja
nghasilan dalam

0.000/tahun.

tau antarcabang

gian tahun pajak

an sepenuhnya
ai WPDN dimulai
a tidak memiliki
, minimal tingkat
Penghasilan Teratur
Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai Tetap berupa gaji
atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara periodik
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur.

Penghitungan PPh Pasal 21


Januari
Penghasilan bruto:
Gaji 30,000,000
Tunjangan 3,000,000
Premi JKK (Pemberi kerja) 384,000
Premi JKM (Pemberi kerja) 192,000
Jumlah 33,576,000
Pengurangan:
Biaya jabatan 500,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT (Pegawai) 1,500,000
Jumlah 2,000,000
Penghasilan neto 31,576,000
Penghasilan neto setahun ---> 12 bulan* 378,912,000
PTKP (K/1)
Wajib Pajak 54,000,000
Status kawin 4,500,000
Tanggungan 4,500,000
Jumlah 63,000,000
Penghasilan Kena Pajak 315,912,000
PPh terutang:
5% x 60,000,000 3,000,000
15% x 190,000,000 28,500,000
25% x 65,912,000 16,478,000
Jumlah 47,978,000
PPh Pasal 21 ---> 1/12* 3,998,167
Penghasilan Tidak Teratur
Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai Tetap selain
penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara
lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis
lainnya dengan nama apapun.

Dalam bulan Mei diberikan bonus sebesar 2 kali gaji, yaitu 60.000.000
Dalam bulan Juli diberikan THR sebesar 1 kali gaji, yaitu 30.000.000

Mei
Penghasilan bruto:
Penghasilan teratur
Gaji 30,000,000
Tunjangan 3,000,000
Premi JKK (Pemberi kerja) 384,000
Premi JKM (Pemberi kerja) 192,000
Jumlah 33,576,000
Penghasilan teratur setahun 402,912,000
Penghasilan tidak teratur ---> Bonus 60,000,000
Penghasilan bruto setahun 462,912,000
Pengurangan ---> setahun
Biaya jabatan 6,000,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT (Pegawai) 18,000,000
Jumlah 24,000,000
Penghasilan neto setahun 438,912,000
PTKP (K/1)
Wajib Pajak 54,000,000
Status kawin 4,500,000
Tanggungan 4,500,000
Jumlah 63,000,000
Penghasilan Kena Pajak 375,912,000
PPh terutang ---> Penghasilan teratur dan tidak teratur
5% x 60,000,000 3,000,000
15% x 190,000,000 28,500,000
25% x 125,912,000 31,478,000
Jumlah 62,978,000
PPh terutang atas penghasilan teratur 47,978,000
PPh terutang atas penghasilan tidak teratur ---> Bonus 15,000,000
PPh Pasal 21 Mei
PPh atas penghasilan teratur 3,998,167
PPh atas bonus 15,000,000
PPh Pasal 21 18,998,167

PPh Pasal 21 atas bonus


Bonus 60,000,000
Biaya jabatan ---> sebelum bonus, biaya jabatan maksimal -
Dasar penghitungan PPh Pasal 21 atas bonus 60,000,000
PPh Pasal 21 ---> Tambahan penghasilan masih tarif 25% 15,000,000

Juli
Penghasilan bruto:
Penghasilan teratur
Gaji 30,000,000
Tunjangan 3,000,000
Premi JKK (Pemberi kerja) 384,000
Premi JKM (Pemberi kerja) 192,000
Jumlah 33,576,000
Penghasilan teratur setahun 402,912,000
Penghasilan tidak teratur setahun:
Bonus 60,000,000
THR 30,000,000
Penghasilan tidak teratur setahun 90,000,000
Penghasilan bruto setahun 492,912,000
Pengurangan ---> setahun
Biaya jabatan 6,000,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT (Pegawai) 18,000,000
Jumlah 24,000,000
Penghasilan neto setahun 468,912,000
PTKP (K/1)
Wajib Pajak 54,000,000
Status kawin 4,500,000
Tanggungan 4,500,000
Jumlah 63,000,000
Penghasilan Kena Pajak 405,912,000
PPh terutang ---> Penghasilan teratur dan tidak teratur
5% x 60,000,000 3,000,000
15% x 190,000,000 28,500,000
25% x 155,912,000 38,978,000
Jumlah 70,478,000
PPh terutang atas penghasilan teratur 47,978,000
PPh atas penghasilan tidak teratur 22,500,000
PPh atas bonus ---> dipotong Mei 15,000,000
PPh atas THR 7,500,000
PPh Pasal 21 Juli
PPh atas penghasilan teratur 3,998,167
PPh atas THR 7,500,000
PPh Pasal 21 11,498,167
PPh Pasal 21 atas THR
THR 30,000,000
Biaya jabatan ---> biaya jabatan maksimal -
Dasar penghitungan PPh Pasal 21 atas THR 30,000,000
PPh Pasal 21 ---> Tambahan penghasilan masih tarif 25% 7,500,000

Pada Desember, diberikan bonus kedua sebesar 150.000.000.


Desember
Penghasilan bruto:
Penghasilan teratur
Gaji 30,000,000
Tunjangan 3,000,000
Premi JKK (Pemberi kerja) 384,000
Premi JKM (Pemberi kerja) 192,000
Jumlah 33,576,000
Penghasilan teratur setahun 402,912,000
Penghasilan tidak teratur setahun:
Bonus 1 60,000,000
THR 30,000,000
Bonus 2 150,000,000
Penghasilan tidak teratur setahun 240,000,000
Penghasilan bruto setahun 642,912,000
Pengurangan ---> setahun
Biaya jabatan 6,000,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT (Pegawai) 18,000,000
Jumlah 24,000,000
Penghasilan neto setahun 618,912,000
PTKP (K/1)
Wajib Pajak 54,000,000
Status kawin 4,500,000
Tanggungan 4,500,000
Jumlah 63,000,000
Penghasilan Kena Pajak 555,912,000
PPh terutang ---> Penghasilan teratur dan tidak teratur
5% x 60,000,000 3,000,000
15% x 190,000,000 28,500,000
25% x 250,000,000 62,500,000
30% x 55,912,000 16,773,600
Jumlah 110,773,600
PPh terutang atas penghasilan teratur 47,978,000
PPh atas penghasilan tidak teratur 62,795,600
PPh atas bonus 1 ---> dipotong Mei 15,000,000
PPh atas THR ---> dipotong Juli 7,500,000 22,500,000
PPh atas bonus 2 ---> dipotong Desember 40,295,600
PPh Pasal 21 Juli
PPh atas penghasilan teratur 3,998,167
PPh atas bonus 2 ---> dipotong Desember 40,295,600
PPh Pasal 21 44,293,767

PPh Pasal 21 atas bonus 2


Bonus 2 150,000,000
Biaya jabatan ---> biaya jabatan maksimal -
Dasar penghitungan PPh Pasal 21 atas THR 150,000,000
PPh Pasal 21: 37,500,000
25% 94,088,000 23,522,000
30% 55,912,000 16,773,600
Jumlah 40,295,600
ai Tetap selain
innya, antara
balan sejenis
3,000,000
31,500,000
94,000,000
Pada bulan Oktober 2022, PT A menerima 2 orang pegawai baru:
1 Jono (WNI) sejak lahir di Indonesia ---> kewajiban subjektifnya sebagai WPDN sudah ada sejak lahir.
Kewajiban subjektifnya dalam tahun pajak 2022 sudah dimulai sejak awal tahun.
Jono mulai bekerja di PT A Oktober 2022 dan menerima penghasilan bruto 75.000.000 sebulan.
Jono belum pernah bekerja sebelumnya. Status Jono belum menikah dan tanpa tanggungan.
2 Joni (WNA) baru mulai bekerja dan berada di Indonesia 1 Oktober 2022 ---> kewajiban subjektifnya
sebagai WPDN baru dimulai dalam bagian tahun pajak karena kontrak kerja mengindikasikan Joni
akan berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan.
Joni mulai bekerja 1 Oktober 2022 dan menerima penghasilan bruto 75.000.000 sebulan.
Status Joni belum menikah dan tanpa tanggungan.
PT A belum membayar iuran pensiun bagi Jono dan Joni di tahun 2022.

Perbedaan penghitungan PPh 21


- Jono ---> kewajiban subjektifnya sebagai WPDN sudah ada sejak awal tahun.
Penghasilan neto Jono tidak disetahunkan
- Joni ---> kewajiban subjektifnya sebagai WPDN baru dimulai dalam bagian tahun pajak.
Penghasilan neto Joni disetahunkan.

Penghitungan PPh Pasal 21 Jono (TK/0) Joni (TK/0)


Penghasilan bruto sebulan 75,000,000 75,000,000
Biaya jabatan 500,000 500,000
Penghasilan neto sebulan 74,500,000 74,500,000
Penghasilan neto setahun ---> Okt-Des (3 bulan) 223,500,000 223,500,000
Penghasilan neto setahun/disetahunkan 223,500,000 894,000,000
PTKP (TK/0) 54,000,000 54,000,000
PhKP setahun/disetahunkan 169,500,000 840,000,000
PPh terutang setahun/disetahunkan 19,425,000 196,000,000
PPh terutang setahun ---> 3 bulan (Okt-Des) 19,425,000 49,000,000
PPh Pasal 21 yang dipotong tiap bulan 6,475,000 16,333,333
Masa terakhir
1 Bekerja hingga akhir tahun ---> Desember
2 Berhenti sebelum akhir tahun ---> bulan terakhir menerima penghasilan

PPh Pasal 21 masa terakhir:


- PPh terutang setahun -/- PPh yang telah dipotong di masa-masa sebelumnya
- Jika di masa sebelum Desember terjadi kesalahan penghitungan PPh 21, PPh 21 Desember menjadi koreksi.

Masa terakhir Desember


Januari Februari Maret April Mei
Penghasilan bruto 33,576,000 34,076,000 33,776,000 33,576,000 93,576,000
Pengurangan 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
Penghasilan neto 31,576,000 32,076,000 31,776,000 31,576,000 91,576,000
Penghasilan neto setahun 378,912,000 384,912,000 381,312,000 378,912,000 1,098,912,000
PTKP (K/1) 63,000,000 63,000,000 63,000,000 63,000,000 63,000,000
PhKP 315,912,000 321,912,000 318,312,000 315,912,000 1,035,912,000
PPh terutang 47,978,000 49,478,000 48,578,000 47,978,000 227,978,000
PPh Pasal 21 3,998,167 4,123,167 4,048,167 3,998,167 18,998,167
PPh Pasal 21 - Desember

Masa terakhir bukan Desember


Resign dan menerima penghasilan terakhir Mei
- Bukan dipindahtugaskan
- Bukan meninggal
- Tidak meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
---> Penghasilan neto tidak disetahunkan
Januari Februari Maret April Mei
Penghasilan bruto 33,576,000 34,076,000 33,776,000 33,576,000 93,576,000
Pengurangan 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
Penghasilan neto 31,576,000 32,076,000 31,776,000 31,576,000 91,576,000
Penghasilan neto setahun 378,912,000 384,912,000 381,312,000 378,912,000
PTKP (K/1) 63,000,000 63,000,000 63,000,000 63,000,000
PhKP 315,912,000 321,912,000 318,312,000 315,912,000
PPh terutang 47,978,000 49,478,000 48,578,000 47,978,000
PPh Pasal 21 3,998,167 4,123,167 4,048,167 3,998,167
PPh Pasal 21 - Mei

Masa terakhir bukan Desember


Resign dan menerima penghasilan terakhir Maret
- Bukan dipindahtugaskan
- Bukan meninggal
- Tidak meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
---> Penghasilan neto tidak disetahunkan
Januari Februari Maret Jumlah
Penghasilan bruto 33,576,000 34,076,000 33,776,000 101,428,000 Ph bruto Jan-Maret
Pengurangan 2,000,000 2,000,000 2,000,000 6,000,000
Penghasilan neto 31,576,000 32,076,000
Penghasilan neto setahun 378,912,000 384,912,000 95,428,000 Ph neto Jan-Maret
PTKP (K/1) 63,000,000 63,000,000 63,000,000
PhKP 315,912,000 321,912,000 32,428,000 PhKP Jan-Maret
PPh terutang 47,978,000 49,478,000 1,621,400 PPh Jan-Maret
PPh Pasal 21 3,998,167 4,123,167 8,121,333 PPh Jan-Feb
PPh Pasal 21 - Mei - 6,499,933 Kelebihan pemotongan, dikemb
enjadi koreksi.

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember


34,576,000 63,576,000 33,876,000 33,576,000 33,676,000 34,176,000 34,176,000
2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
32,576,000 61,576,000 31,876,000 31,576,000 31,676,000 32,176,000 32,176,000
390,912,000 738,912,000 382,512,000 378,912,000 380,112,000 386,112,000
63,000,000 63,000,000 63,000,000 63,000,000 63,000,000 63,000,000
327,912,000 675,912,000 319,512,000 315,912,000 317,112,000 323,112,000
50,978,000 137,978,000 48,878,000 47,978,000 48,278,000 49,778,000
4,248,167 11,498,167 4,073,167 3,998,167 4,023,167 4,148,167

Jumlah
228,580,000 Ph bruto Jan-Mei
10,000,000

218,580,000 Ph neto Jan-Mei


63,000,000
155,580,000 PhKP Jan-Mei
17,337,000 PPh Jan-Mei
16,167,667 PPh Jan-Apr
1,169,333 PPh Mei
uto Jan-Maret

to Jan-Maret

ihan pemotongan, dikembalikan


Jumlah
496,212,000 Rill setahun
24,000,000 Rill setahun

472,212,000 Rill setahun


63,000,000
409,212,000
71,303,000 PPh terutang setahun
67,154,833 PPh Jan-Nov
4,148,167 PPh Des
Form 1721-A1
Pegawai pindahan
1 Penghasilan neto ---> Penghasilan neto di tempat lama + Penghasilan neto di tempat baru
2 PPh di tempat baru ---> PPh setahun - PPh di tempat lama

Contoh 1
A bekerja di Kantor Pusat PT X dan menerima penghasilan bruto setiap bulan 50.000.000. Iuran pensiun/
premi JHT/THT yang ditanggung A sendiri adalah 2.000.000 per bulan.
Pada awal Juni, A dipindahkan ke Cabang PT X dan menerima penghasilan bruto sebulan 60.000.000 dan
iuran pensiun/premi JHT/THT yang ditanggung A sendiri adalah 2.400.000 per bulan.

Kantor Pusat (Januari-Mei)


Penghasilan bruto sebulan 50,000,000
Penghasilan bruto setahun ---> 5 bulan 250,000,000
Pengurangan:
Biaya jabatan ---> 5 bulan 2,500,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT ---> 5 bulan 10,000,000 12,500,000
Penghasilan neto setahun ---> 5 bulan 237,500,000
Penghasilan neto disetahunkan ---> 12 bulan 570,000,000
PTKP (K/3) 72,000,000
PhkP disetahunkan 498,000,000
PPh terutang disetahunkan 93,500,000
PPh setahun ---> dipotong Jan-Mei di Kantor Pusat 38,958,333

Kantor Cabang (Juni-Desember)


Penghasilan bruto sebulan 60,000,000
Penghasilan bruto setahun ---> 7 bulan 420,000,000
Pengurangan:
Biaya jabatan ---> 7 bulan 3,500,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT ---> 7 bulan 16,800,000 20,300,000
Penghasilan neto ---> 7 bulan ---> Kantor Cabang 399,700,000 Juni-Desember
Penghasilan neto masa sebelumnya ---> Kantor Pusat 237,500,000 Januari-Mei
Penghasilan neto setahun ---> 12 bulan 637,200,000 Jan-Des
PTKP (K/3) 72,000,000
PhKP setahun 565,200,000
PPh terutang setahun ---> Jan-Des 113,560,000
PPh terutang masa sebelumnya ---> Jan-Mei 38,958,333
PPh terutang ---> Cabang (Juni-Desember) 74,601,667

Contoh 2
A bekerja di PT X dan menerima penghasilan bruto setiap bulan 50.000.000. Iuran pensiun/premi THT/JHT
yang ditanggung A sendiri adalah 2.000.000 per bulan.
Pada awal Juni, A berhenti bekerja dari PT X dan pindah ke PT Y dengan penghasilan bruto sebulan setiap
bulan 60.000.000. Iuran pensiun/premi JHT/THT yang ditanggung A sendiri adalah 2.400.000 per bulan.

PT X ---> berhenti bekerja, tetapi tidak meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya


Penghasilan neto tidak disetahunkan
Penghasilan bruto sebulan 50,000,000
Penghasilan bruto setahun ---> 5 bulan 250,000,000
Pengurangan:
Biaya jabatan ---> 5 bulan 2,500,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT ---> 5 bulan 10,000,000 12,500,000
Penghasilan neto setahun ---> 5 bulan 237,500,000
PTKP (K/3) 72,000,000
PhkP setahun 165,500,000
PPh setahun ---> dipotong Jan-Mei di PT X 19,825,000

PT Y (Juni-Desember)
Penghasilan bruto sebulan 60,000,000
Penghasilan bruto setahun ---> 7 bulan 420,000,000
Pengurangan:
Biaya jabatan ---> 7 bulan 3,500,000
Iuran pensiun/premi JHT/THT ---> 7 bulan 16,800,000 20,300,000
Penghasilan neto ---> 7 bulan ---> PT Y 399,700,000 Juni-Desember
Penghasilan neto masa sebelumnya ---> PT X 237,500,000 Januari-Mei
Penghasilan neto setahun ---> 12 bulan 637,200,000 Jan-Des
PTKP (K/3) 72,000,000
PhKP setahun 565,200,000
PPh terutang setahun ---> Jan-Des 114,560,000
PPh terutang masa sebelumnya ---> Jan-Mei 19,825,000
PPh terutang ---> PT Y (Juni-Desember) 94,735,000
1 2 3 4 5 Jumlah
50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 250,000,000 Ph bruto
2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 12,500,000 Pengurangan
47,500,000 47,500,000 47,500,000 47,500,000 47,500,000 237,500,000 Ph neto setahun
570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 Ph neto disetahunkan ---> 12/5
72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 PTKP
498,000,000 498,000,000 498,000,000 498,000,000 498,000,000 PhKP
93,500,000 93,500,000 93,500,000 93,500,000 93,500,000 PPh terutang disetahunkan
7,791,667 7,791,667 7,791,667 7,791,667 38,958,333 PPh setahun ---> 5/12
31,166,667 PPh 21 ---> Jan-Apr
7,791,667 PPh 21 ---> Mei

ni-Desember
ni-Desember
Pengurangan
Ph neto setahun
Ph neto disetahunkan ---> 12/5

PPh terutang disetahunkan


PPh setahun ---> 5/12
PPh 21 ---> Jan-Apr
PPh 21 ---> Mei
Penerima Pensiun Bulanan
Penghitungan PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 ----> Tarif PPh WPOP DN x PhKP

Penerima Pensiun Bulanan


PhKP ---> Ph neto (setahun) -/- PTKP
Ph neto ---> Uang pensiun bulanan -/- Biaya pensiun
* Biaya pensiun ---> 5% dari uang pensiun, maksimal 200.000 per bulan atau 2.400.000 per tahun

Contoh
Januari
Uang pensiun 6,000,000
Biaya pensiun 200,000
Penghasilan neto 5,800,000
Penghasilan neto setahun 69,600,000
PTKP (K/0) 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak 11,100,000
PPh terutang 555,000
PPh Pasal 21 46,250
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan
apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit
hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja.

Penghitungan PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 ----> Tarif PPh OP x PhKP

Perhitungan PhKP
1 Upah sehari > 450.000 ---> PhKP = Upah sehari -/- 450.000
Jika upah <= 450.000 ---> tidak ada pemotongan PPh Pasal 21
2 Upah kumulatif sebulan > 4.500.000 ---> PhKP sehari = Upah sehari -/- PTKP harian
PTKP harian ---> PTKP setahun/360
3 Upah kumulatif sebulan > 10.800.000 atau dibayarkan secara bulanan ---> Ph bruto disetahunkan

Contoh 1 A B
Upah sehari 450,000 500,000
PTKP 450,000 450,000
PhKP - 50,000
PPh Pasal 21 - 2,500

Contoh 2
A telah bekerja selama 11 hari dalam bulan yang sama, dan B telah bekerja 10 hari.
A Upah kumulatif selama 11 hari 4,950,000 lebih dari 4.500.000 sebulan
PTKP (TK/0) harian ---> 11 x (54.000.000/360) 1,650,000
PhKP 11 hari 3,300,000
PPh 11 hari 165,000
PPh kumulatif 10 hari ---> 10 x 0 -
PPh hari ke-11 165,000

Hari ke-12 masih bekerja


Upah hari ke-12 450,000
PTKP harian ---> 54.000.000/360 150,000
PhKP 300,000
PPh terutang sehari 15,000

B Upah kumulatif selama 10 hari ---> 10 x 500.000 5,000,000 lebih dari 4.500.000 sebulan
PTKP (K/0) harian ---> 10 x (58.500.000/360) 1,625,000 1
PhKP 10 hari 3,375,000 2
PPh 10 hari 168,750 3
PPh kumulatif 9 hari ---> 9 x 2.500 22,500 4
PPh hari ke-10 146,250 5
6
Hari ke-11 masih bekerja 7
Upah hari ke-11 500,000 8
PTKP harian ---> 58.500.000/360 162,500 9
PhKP 337,500 10
PPh terutang sehari 16,875

Contoh 3
C bekerja pada PT X yang dibayarkan berdasarkan jumlah hari bekerja.
Dalam bulan April, C bekerja 22 hari dengan uang saku harian 500.000.
Penghitungan PPh Pasal 21
Penghasilan bruto sebulan ---> 22 x 500.000 11,000,000 melebihi 10.800.000
Penghasilan bruto setahun ---> 12 x 11.000.000 132,000,000
PTKP setahun (TK/0) 54,000,000
PhKP setahun 78,000,000
PPh terutang setahun 6,700,000
PPh Pasal 21 558,333
4.500.000 sebulan

4.500.000 sebulan
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 2,500 14,375
16,875 - 16,875
146,250
Bukan Pegawai
Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga
Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan.
Bukan Pegawai meliputi:
1 tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2 pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman
lainnya;
3 olahragawan;
4 penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan. moderator;
5 pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6 pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7 agen iklan;
8 pengawas atau pengelola proyek;
9 pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
10 petugas penjaja barang dagangan;
11 petugas dinar luar asuransi; dan/atau
12 distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;

Penghitungan PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 ----> Tarif PPh OP x PhKP

PhKP ---> 50% X Ph bruto


* Ph bruto dihitung secara kumulatif setahun

WPOP yang termasuk Kelompok Bukan Pegawai yang memenuhi persyaratan berikut, PhKP dikurangkan dengan
PTKP bulanan, yaitu:
1 Penghasilannya berkesinambungan ---> Menerima penghasilan lebih dari sekali dalam satu tahun kelender;
2 Memiliki NPWP: dan
3 Hanya menerima penghasilan dari pemotong pajak yang bersangkutan.
* PTKP bulanan ---> PTKP setahun/12

Contoh 1
A adalah dokter yang bukan Pegawai Tetap pada RS ABC. Atas jasanya, A menerima penghasilan dari RS ABC:
No. Bulan Ph bruto PhKP-->50% Kumulatif PPh 21
1 Januari 70,000,000 35,000,000 35,000,000 1,750,000
2 Februari 60,000,000 30,000,000 65,000,000 3,000,000 5%x(50.000.000-35.000.000) + 15%x(6
3 Maret 55,000,000 27,500,000 92,500,000 4,125,000
4 April 80,000,000 40,000,000 132,500,000 6,000,000
5 Mei 75,000,000 37,500,000 170,000,000 5,625,000
6 Juni 70,000,000 35,000,000 205,000,000 5,250,000
7 Juni 65,000,000 32,500,000 237,500,000 4,875,000
8 Agustus 80,000,000 40,000,000 277,500,000 8,750,000 15%x(250.000.000-237.500.000)+25%x
9 September 75,000,000 37,500,000 315,000,000 9,375,000
10 Oktober 50,000,000 25,000,000 340,000,000 6,250,000
11 Noveember 80,000,000 40,000,000 380,000,000 10,000,000
12 Desember 75,000,000 37,500,000 417,500,000 9,375,000
835,000,000 417,500,000 74,375,000
A tidak hanya menerima penghasilan dari RS ABC ---> menerima penghasilan tidak hanya dari RS ABC.
---> tidak ada pengurangan PTKP bulanan.
Ph bruto setahun 835,000,000
PhKP setahun 417,500,000
PPh setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 200,000,000 30,000,000
25% x 167,500,000 41,875,000
Jumlah 74,375,000

Contoh 2
A bekerja sebagai tenaga pemasaran di bank X. A memiliki NPWP dan membuat Surat Pernyataan bahwa A hanya
bekerja di Bank X ---> A hanya menerima penghasilan dari Bank X sebagai Pemotong Pajak A.
A telah meinkah dengan 3 orang tanggungan (K/3)
Penghasilan A selama setahun dari Bank X adalah sbb:
No. Bulan Ph bruto 50% PTKP bulanan PhKP Kumulatif
1 Januari 70,000,000 35,000,000 6,000,000 29,000,000 29,000,000
2 Februari 60,000,000 30,000,000 6,000,000 24,000,000 53,000,000
3 Maret 55,000,000 27,500,000 6,000,000 21,500,000 74,500,000
4 April 80,000,000 40,000,000 6,000,000 34,000,000 108,500,000
5 Mei 75,000,000 37,500,000 6,000,000 31,500,000 140,000,000
6 Juni 70,000,000 35,000,000 6,000,000 29,000,000 169,000,000
7 Juni 65,000,000 32,500,000 6,000,000 26,500,000 195,500,000
8 Agustus 80,000,000 40,000,000 6,000,000 34,000,000 229,500,000
9 September 75,000,000 37,500,000 6,000,000 31,500,000 261,000,000
10 Oktober 50,000,000 25,000,000 6,000,000 19,000,000 280,000,000
11 Noveember 80,000,000 40,000,000 6,000,000 34,000,000 314,000,000
12 Desember 75,000,000 37,500,000 6,000,000 31,500,000 345,500,000
835,000,000 417,500,000 72,000,000 345,500,000

Ph bruto setahun 835,000,000


50% Ph bruto 417,500,000
PTKP setahun 72,000,000
PhKP setahun 345,500,000
PPh setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 200,000,000 30,000,000
25% x 95,500,000 23,875,000
Jumlah 56,375,000
wai Tidak Tetap/Tenaga
Pemotong PPh Pasal 21
ermintaan dari pemberi

rsitek, dokter,

ntang iklan, sutradara,


is, dan seniman

, telekomunikasi,

KP dikurangkan dengan

m satu tahun kelender;

asilan dari RS ABC:

x(50.000.000-35.000.000) + 15%x(65.000.000-50.000.000)
%x(250.000.000-237.500.000)+25%x(277.500.000-250.000.000)

ari RS ABC.

nyataan bahwa A hanya

PPh 21
1,450,000
1,500,000 5%x(50.000.000-29.000.000) + 15%x(53.000.000-50.000.000)
3,225,000
5,100,000
4,725,000
4,350,000
3,975,000
5,100,000
5,825,000 15%x(250.000.000-229.500.000)+25%x(261.000.000-250.000.000)
4,750,000
8,500,000
7,875,000
56,375,000
Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Bruto
Penghitungan PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 ----> Tarif PPh OP x PhKP

PPh Pasal 21 ----> Tarif PPh OP x Ph bruto


Ph bruto dihitung secara kumulatif.
PhKP = Ph bruto meliputi:
a anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap
pada perusahaan yang sama;
b mantan pegawai; dan/atau
c peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
1 peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
2 peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3 peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
4 peserta pendidikan dan pelatihan;
5 peserta kegiatan lainnya.

Contoh
B adalah komisaris yang tidak merangkap Pegawai Tetap pada PT Z.
Honor B setiap bulan adalah 80.000.000
Perhitungan PPh Pasal 21 bagi B adalah sbb:
No. Bulan Ph bruto Kumulatif PPh 21
1 Januari 80,000,000 80,000,000 7,000,000
2 Februari 80,000,000 160,000,000 12,000,000
3 Maret 80,000,000 240,000,000 12,000,000
4 April 80,000,000 320,000,000 19,000,000
5 Mei 80,000,000 400,000,000 20,000,000
6 Juni 80,000,000 480,000,000 20,000,000
7 Juni 80,000,000 560,000,000 23,000,000
8 Agustus 80,000,000 640,000,000 24,000,000
9 September 80,000,000 720,000,000 24,000,000
10 Oktober 80,000,000 800,000,000 24,000,000
11 Noveember 80,000,000 880,000,000 24,000,000
12 Desember 80,000,000 960,000,000 24,000,000
960,000,000 233,000,000

Penghasilan bruto ---> PhKP 960,000,000


PPh Pasal 21 setahun:
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 200,000,000 30,000,000
25% x 250,000,000 62,500,000
30% x 460,000,000 138,000,000
Jumlah 233,000,000
PP 68/2009
1 Pesangon ---> dibayar oleh Pemberi Kerja
0% Pesangon s.d. 50.000.000
5% Pesangon di atas 50.000.000 s.d. 100.000.000
15% Pesangon di atas 10.000.000 s.d. 500.000.000
25% Pesangon di atas 500.000.000
2 Manfaat Pensiun/Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua yang dibayar sekaligus ---> Dana Pensiun
0% THT/JHT/Pensiun s.d. 50.000.000
5% THT/JHT/Pensiun di atas 50.000.000

PP 80/2010
Pembayaran honorarium (selain penghasilan tetap dan teratur) atas beban APBN/APBD
1 0% PNS Golongan I & Golongan II
TNI/Polri Pangkat Tamtama dan Bintara
dan pensiunannya
2 5% PNS Golongan III
TNI/Polri Pangkat Perwira Pertama
dan pensiunannya
3 15% PNS Golongan IV
TNI/Polri Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi
dan pensiunannya
Penghasilan tetap dan teratur yang diterima oleh Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri
---> dikenakan PPh Pasal 21 sesuai dengan tarif Pasal 17 UU PPh ---> perhitungan Pegawai Tetap
---> PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah
SPT PPh Pasal 21 ---> Form 1721
---> Sarana untuk melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21
---> SPT 1721 terdiri dari
a Form 1721 (Induk) ----> 2 halaman
b Form 1721-I ---> Daftar Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap
* Pelaporan selain Masa Desember ---> Satu Masa Pajak
* Pelaporan Masa Desember ---> Satu Masa Pajak & Satu Tahun Pajak
c Form 1721-II ---> Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tidak Final
Daftar Bukti Pemotongan PPh 21 kepada Selain Pegawai Tetap yang Tidak Bersifat Final
d Form 1721-III ---> Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final
Daftar Bukti Pemotongan PPh 21 kepada Selain Pegawai Tetap yang Bersifat Final
e Form 1721-IV ---> Daftar Surat Setoran Pajak (SSP)
Pelaporan Penyetoran Pajak yang sudah dilakukan
f Form 1721-V ---> Daftar Biaya ---> Bagi WP yang Tidak Wajib Menyampaikan SPT Tahunan
---> Hanya untuk Masa Desember
g Form 1721-VI ---> Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tidak Final
---> Dibuat 2 lembar ---> Untuk Pihak yang Dipotong dan Pemotong PPh Pasal 21
---> Tidak disampaikan ke DJP sebagai lampiran SPT 1721
h Form 1721-VII ---> Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final
---> Dibuat 2 lembar ---> Untuk Pihak yang Dipotong dan Pemotong PPh Pasal 21
---> Tidak disampaikan ke DJP sebagai lampiran SPT 1721
i Form 1721-A1 / 1721-A2
- Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap
- Dibuat hanya sekali dalam setahun, bukan setiap bulan
- Hanya disampaikan pada SPT Masa Desember
- Swasta ---> 1721-A1
Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri ---> 1721-A2

Langkah pengisian SPT 1721


1 Pegawai Tetap
a Selain Masa Desember
- Pegawai Tetap ---> Form 1721-I (Satu Masa Pajak)
- Tidak mengisi Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721-A1/A2)
b Masa Desember
- Mengisi Form 1721-A1/A2 ---> 1721-I (Satu Tahun Pajak) ---> Pemotongan PPh 21 Setahun
- Mengisi Form 1721-I (Satu Masa Pajak) ---> Pemotongan PPh 21 Desember
2 Selain Pegawai Tetap - Tidak Final
- Mengisi Form 1721-VI (Bukti Pemotongan PPh 21 Tidak Final) ---> sebanyak jumlah yang dipotong
---> Tidak disampaikan ke DJP
- Mengisi Form 1721-II (Daftar Bukti Pemotongan PPh 21 Tidak Final)
---> Disampaikan ke DJP sebagai lampiran SPT 1721
4 Selain Pegawai Tetap - Final
- Mengisi Form 1721-VII (Bukti Pemotongan PPh 21 Tidak Final) ---> sebanyak jumlah yang dipotong
---> Tidak disampaikan ke DJP
- Mengisi Form 1721-III (Daftar Bukti Pemotongan PPh 21 Final)
---> Disampaikan ke DJP sebagai lampiran SPT 1721
5 Mengisi Form 1721-IV (Daftar SSP) setelah melakukan penyetoran PPh Pasal 21
21 Setahun

yang dipotong

yang dipotong
PPh Pasal 23
Perbedaan dengan PPh Pasal 21
1 Atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
- WPOP DN ---> PPh Pasal 21
- WP Badan DN & BUT ---> PPh Pasal 23
2 Atas penghasilan sehubungan berupa dividen, bunga, royalti, dan sewa
- WPDN (WPOP atau WP Badan) & BUT ---> PPh Pasal 23

Pemotongan pajak bagi WPDN & BUT


1 WPOP DN
- PPh Pasal 21 ---> penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
- PPh Pasal 23 ---> penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, dan sewa
2 WP Badan DN & BUT
PPh Pasal 23:
-> penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
-> penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, dan sewa

PPh Pasal 23
1 Saat terutangnya
- dibayarkan;
- disediakan untuk dibayarkan; atau
- telah jatuh tempo pembayarannya.
2 Pemotong PPh Pasal 23 ---> pihak yang membayarkan PPh Pasal 23
- badan pemerintah;
- subjek pajak badan dalam negeri;
- penyelenggara kegiatan;
- bentuk usaha tetap; atau
- perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 23.
3 Pihak yang dipotong PPh Pasal 23
- Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap
4 Tarif PPh Pasal 23
- Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:
* dividen;
* bunga;
* royalti; dan
* hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya yang diterima oleh WP Badan DN dan BUT.
- Sebesar 2% dari jumlah bruto atas:
* sewa, kecuali sewa tanah dan atau bangunan (dikenakan pemotongan PPh 4 ayat (2)); dan
* imbalan jasa yang diterima oleh WP Badan DN dan BUT.
---> Jenis jasa: Lihat PMK No. 141/PMK.03/2015
Pemotongan kepada pihak yang tidak ber-NPWP dikenakan kenaikan 100%.
5 Pengecualian pemotongan PPh Pasal 23
- penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada Bank;
- sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;
- dividen yang bukan objek pajak dan dividen kepada WPOP DN;
- bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;
- sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
- penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan PMK.
yat (2)); dan
ng berfungsi
PPh Pasal 26 ---> Pemotongan pajak atas penghasilan WPLN Selain BUT
-> Tidak ada SPT khusus PPh Pasal 26
Pelaporan PPh Pasal 26
a Terkait dengan penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang diterima atau diperoleh
WPOP Luar Negeri selain BUT ---> Dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21/26
b Terkait dengan penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, dan sewa serta penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang diterima atau diperoleh WP Badan LN selain BUT ---> Dilaporkan dalam SPT
Masa PPh Pasal 23/26

Ketentuan PPh Pasal 26


1 Saat terutangnya
- dibayarkan;
- disediakan untuk dibayarkan; atau
- telah jatuh tempo pembayarannya.
2 Pemotong PPh Pasal 26 ---> pihak yang membayarkan PPh Pasal 26
- badan pemerintah;
- subjek pajak badan dalam negeri;
- penyelenggara kegiatan;
- bentuk usaha tetap; atau
- perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
3 Pihak yang dipotong PPh Pasal 26
- Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia
4 Tarif PPh Pasal 26
- Sebesar 20% dari jumlah bruto atas ---> Pasal 26 (1)
* dividen;
* bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;
* royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
* imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
* hadiah dan penghargaan;
* pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
* premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
* keuntungan karena pembebasan utang.
Contoh:
PT A membayar royalti kepada X, Co. (WPLN) sebesar 1.000.000.000. Tidak ada P3B antara Indonesia
dengan negara tempat X, Co berkedudukan.
PT A akan memotong PPh Pasal 26 sebesar 20% x 1.000.000.000 atau sebesar 200.000.000
- Sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto (deemed profit) ---> Pasal 26 (2) dan (2a)
a Pengalihan atau penjualan harta di Indonesia ---> PMK N0. 82/PMK.03/2009
Perkiraan penghasilan neto adalah 25%
Jenis harta ---> perhiasan mewah, berlian, emas, intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil,
motor, kapal pesiar, dan/atau pesawat terbang ringan.
Contoh:
PT A membeli lukisan dari X (WPLN) senilai 1.000.000.000.
Perkiraan penghasilan netonya adalah 25% x 1.000.000.000 atau 250.000.000
PT A melakukan pemotongan Pasal 26 sebesar 20% x 250.000.000, bukan 20% x 1.000.000.000
Dengan kata lain, PPh Pasal 26 yang dipotong adalah 20% x 25% x 1.000.000.000
b Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri ---> 624/KMK.04/1994
Perkiraan penghasilan neto:
- atas premi yang dibayar tertanggung ---> perkiraan penghasilan neto 50%.
- atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi di Indonesia ---> perkiraan penghasilan neto 10%.
- atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi di Indonesia ---> perkiraan penghasilan neto 5%.
Contoh:
PT A (tertanggung) membayar premi asuransi kepada X, Corp., perusahaan asuransi di luar negeri
sebesar 200.000.000. PT B (Perusahaan asuransi di Indonesia) membayar premi kepada X, Corp.,
perusahaan asuransi di luar negeri sebesar 500.000.000. PT C (Perusahaan reasuransi) membayar
premi asuransi kepada X, Corp., perusahaan asuransi di luar negeri sebesar 1.000.000.000.
PT A memotong PPh Pasal 26 sebesar 20% x 50% x 200.000.000
PT B memotong PPh Pasal 26 sebesar 20% x 10% x 500.000.000
PT C memotong PPh Pasal 26 sebesar 20% x 5% x 1.000.000.000
c Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham ---> PMK No. 258/PMK.03/2008
Perkiraan penghasilan neto adalah 25%
Pemotong PPh Pasal 26:
- Pembelinya adalah WPLN ---> Pemotong PPh Pasal 26 adalah perusahaan
- Pembelinya adalah WPDN bukan Pemotong PPh --> Pemotong PPh Pasal 26 adalah perusahaan
- Pembelinya adalah WPDN Pemotong PPh --> Pemotong PPh Pasal 26 adalah Pembeli
Contoh:
X (WPLN) memiliki penyertaan 20% saham pada PT ABC (WPDN). X memperoleh saham tahun
2012 sebesar 2.000.000.000. Tahun 2020, X menjual seluruh sahamnya pada PT ABC seharga
5.000.000.000. Pembeli saham X adalah Bapak Bedu (WPOP karyawan).
PT ABC memotong PPh Pasal 26 sebesar 20% x 25% x 5.000.000.000
ma atau diperoleh

ubungan dengan
aporkan dalam SPT

ngembalian utang;

antara Indonesia

antik, lukisan, mobil,

x 1.000.000.000
KMK.04/1994

enghasilan neto 10%.


n penghasilan neto 5%.

ransi di luar negeri


mi kepada X, Corp.,
suransi) membayar
00.000.000.

alah perusahaan

eh saham tahun
PT ABC seharga
Pasal 4 (2) UU PPh
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribad;
b penghasilan berupa hadiah undian;
c penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi,
usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan
e penghasilan tertentu lainnya;
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pengenaan PPh Final:


1 Melalui pemotongan/pemungutan pihak lain
Misalnya: Bunga deposito ---> Pemotong PPh adalah bank yang membayarkan bunga
2 Melalui penyetoran sendiri
Misalnya: Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
ang negara,

gangkan di
erusahaan

sa konstruksi,
PPh Pasal 22 UU PPh
(1) Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang;
b badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
c Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
(2) Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat dan besarnya pungutan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(3) Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

PMK yang mengatur PPh Pasal 22


1 PMK No. 34/PMK.010/2017 jo. 110/PMK.010/2018
2 PMK No. 92/PMK.03/2019 ---> PPh Pasal 22 atas barang yang tergolong sangat mewah

Rincian PPh Pasal 22 ---> PMK No. 34/PMK.010/2017 jo. 110/PMK.010/2018


No. Pemungut PPh Pasal 22 Objek PPh Pasal 22
1 Bank Devisa & Direktorat Jenderal Bea dan Cukai - impor barang
* Tarif dihitung dari nilai impor
* Nilai impor ---> Cif + BM + BMT

API = Angka Pengenal Impor

- ekspor batubara/mineral logam/bukan logam

2 - bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-
Anggaran (KPA) bahan untuk keperluan kegiatan usahanya;
- bendahara pengeluaran
- Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat
penerbit Surat Perintah Membayar (SPM)
- badan usaha tertentu meliputi:
a BUMN;
b badan usaha dan BUMN restrukturisasi;
c badan usaha yang dimiliki BUMN.
3 - Industri semen penjualan hasil produksinya kepada distributor di
- Industri kertas dalam negeri.
- Industri baja
- Industri otomotif
- Industri farmasi

Contoh
PT Pabrik Obat A menjual obat kepada PT Distributor Obat senilai 1.000.000.000 belum termasuk PPN.
PT Pabrik Obat A membuat tagihan kepada PT Distributor Obat sebagai berikut:
Harga obat 1,000,000,000
PPN ---> 10% 100,000,000
PPh Pasal 22 ---> 0,3% 3,000,000
Total tagihan 1,103,000,000

4 - Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
- Agen Pemegang Merek (APM)
- importir umum kendaraan bermotor

5 Produsen/importir BBM/BBG/pelumas penjualan BBM/BBG/pelumas


PPh 22 kepada agen/distributor BBM --> Final

6 Industri/eksportir selaku Pembeli pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan,


Contoh: perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
PT Z adalah pabrik tepung tapioka. PT Z yang belum melalui proses industri manufaktur,
membeli bahan baku berupa ubi kayu untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
dari Bapak B (Tengkulak) yang tidak ber-
NPWP seharga 30.000.000.
PT Z akan melakukan pembayaran sbb:
Harga barang 30,000,000
PPh Pasal 22 (Non-NPWP) ---> 200% x 0,25% 150,000
Pembayaran kepada Bapak B 29,850,000

7 badan usaha selaku Pembeli pembelian batubara/mineral logam/bukan logam,


dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan
8 badan usaha selaku Penjual penjualan emas batangan di dalam negeri.

Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22


a. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutan
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau PPN berupa:
1 barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal bali
2 barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak meme
Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara
pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta para pejab
bertugas di Indonesia;
3 barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan, atau untuk ke
penanggulangan bencana;
4 barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain semacam itu yang terbuka un
5 barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
6 barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
7 peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8 barang pindahan;
9 barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumla
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan;
10 barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;
11 persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan perta
keamanan negara;
12 barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan neg
13 vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
14 buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci, buku pelajaran agama, dan buku ilmu pe
lainnya;
15 kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal
kapal penangkap ikan, kapal tongkang, ·aan suku cadangnya, serta alat keselamatan pelayaran dan alat keselama
manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan I
Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan S
Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;
16 pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia, peralata
perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan s
cadangnya, serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditu
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan repara
pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;
17 kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana perkere
diimpor dan digunakan oleh badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau badan usaha p
prasarana perkeretaapian umum, dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh b
penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian
digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, ser
perkeretaapian yang akan digunakan oleh badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau
penyelenggara prasarana perkeretaapian umum;
18 peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Kementerian Pertahanan atau Tentara Nasional Indo
penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung
Nasional, yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia atau pihak yang ditunjuk oleh
Pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia;
19 barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sam
20 barang untuk kegiatan usaha panas bumi.
c. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
d. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualita
atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuh
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
e. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:
1 pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), bendahara penge
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang jumlahnya paling banyak R
(dua juta rupiah) tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah
transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah);
2 pembayaran yang dilakukan oleh badan usaha tertentu yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu transak
sebenarnya lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
3 pembayaran untuk:
a) pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos;
b) pemakaian air dan listrik;
4 pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan dari kegiatan usaha hulu
minyak dan gas bumi yang dihasilkan di Indonesia dari:
a) kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama;
b) kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama; atau
c) trading arms kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama.
5 pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi dari Wajib Pajak yang m
usaha di bidang usaha panas bumi berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi;
6 pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan yang be
proses industri manufaktur untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yan
paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dalam satu masa
7 pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan atau orang pribadi pemegang
pertambangan yang telah dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan-b
keperluan kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu.
f. Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dart emas untuk tujuan ekspor.
g. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
h. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh industri otomotif, Agen Tunggal Pemegang Me
Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, yang telah dikenai pemungutan PPh Pasal 22.
i. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan kepada Bank Indonesia.
j. Pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara pemerintah (Kuasa Pengguna Anggaran, pejabat penerbit Su
Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran, atau bendahara pengeluaran).
k. Pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG).
l. Pembelian bahan pangan pokok dalam rangka menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan oleh Perusa
Badan Urusan Logistik (Perum BULOG) atau Badan Usaha Milik Negara lain yang mendapatkan penugasan sesua
peraturan perundang-undangan.
PPh Pasal 22 atas barang yang tergolong sangat mewah ---> PMK No. 92/PMK.03/2019
- Pemungut PPh Pasal 22 ---> Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
- Barang yang tergolong sangat mewah:
a pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
b kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
c rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh
luas bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus meter persegi);
d apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp30.000.000.000,00
rupiah) atau luas bangunan lebih dari 150m2 (seratus lima puluh meter persegi);
e kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility ve
purpose vehicle (MPV), minibus, dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rup
kapasitas silinder lebih dari 3.000cc; dan/atau
f kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) ata
silinder lebih dari 250cc.
Harga jual ---> jumlah yang dibayarkan oleh pembeli kepada penjual
- Saat pemungutan ---> saat penjualan
- Tarif PPh Pasal 22:
a 1% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM atas barang sebagaimana dimaksud dalam huruf c dan huruf d
b 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM atas barang sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, hu
- PPh Pasal 22 merupakan kredit pajak bagi pihak yang dipungut PPh Pasal 22.
atas penyerahan barang;
kegiatan di bidang impor

n barang yang tergolong

sebagaimana dimaksud

Wajib Pajak yang tidak


ng diterapkan terhadap

Ph Pasal 22 Tarif PPh Pasal 22


- Lampiran A ---> 10%
- Lampiran B ---> 7,5%
- Selain Lampiran di atas:
* Non-API ---> 7,5%
* API ---> 2,5%,
kecuali
Kedelai/Gandum/
Terigu ---> 0,5%
- Barang yang tidak
dikuasai ---> 7,5%
ogam/bukan logam 1.5%

an barang dan/atau bahan- 1.5%


egiatan usahanya;
nya kepada distributor di - 0.25%
- 0.1%
- 0.3%
- 0.45%
- 0.3%

belum termasuk PPN.

motor di dalam negeri 0.45%

1 BBM
distributor BBM --> Final - SPBU Pertamina
---> 0,25%
- Selain SPBU
Pertamina ---> 0,3%
2 BBG ---> 0,3%
3 Pelumas ---> 0,3%

berupa hasil kehutanan, 0.25%


eternakan, dan perikanan
oses industri manufaktur,
ya atau ekspornya.

eral logam/bukan logam, 1.5%


badi pemegang izin usaha
di dalam negeri. 0.45%

undang-undangan tidak terutang PPh;

sia berdasarkan asas timbal balik;


as di Indonesia dan tidak memegang paspor
mengatur mengenai tata cara pemberian
nternasional beserta para pejabatnya yang

al, kebudayaan, atau untuk kepentingan

in semacam itu yang terbuka untuk umum;

ng kiriman sampai batas jumlah tertentu

kan untuk kepentingan umum;


eruntukkan bagi keperluan pertahanan dan

pertahanan dan keamanan negara;

ajaran agama, dan buku ilmu pengetahuan

yeberangan, kapal pandu, kapal tunda,


an pelayaran dan alat keselamatan
atau Perusahaan Penangkapan Ikan
n Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai,

keselamatan manusia, peralatan untuk


utan Udara Niaga Nasional, dan suku
ang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh
erian jasa perawatan dan reparasi

haraan serta prasarana perkeretaapian yang


mum dan/atau badan usaha penyelenggara
leh pihak yang ditunjuk oleh badan usaha
ggara prasarana perkeretaapian umum yang
baikan atau pemeliharaan, serta prasarana
perkeretaapian umum dan/atau badan usaha
nan atau Tentara Nasional Indonesia untuk
g dilakukan untuk mendukung pertahanan
a atau pihak yang ditunjuk oleh Kementerian

eh Kontraktor Kontrak Kerja Sama; dan/atau

n diimpor kembali dalam kualitas yang sama


engujian, yang telah memenuhi syarat yang

ggaran (KPA), bendahara pengeluaran, dan


yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000
kan pembayaran yang dipecah dari suatu

nyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)


yang dipecah dari suatu transaksi yang nilai

ingan dari kegiatan usaha hulu di bidang

kerja sama;
rkan kontrak kerja sama; atau
rkan kontrak kerja sama.
bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan
sumber daya panas bumi;
rnakan, dan perikanan yang belum melalui
aha industri atau eksportir yang jumlahnya
ambahan Nilai dalam satu masa pajak;
atau orang pribadi pemegang izin usaha
ian barang dan/atau bahan-bahan untuk

mas untuk tujuan ekspor.


Operasional Sekolah (BOS).
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),
enai pemungutan PPh Pasal 22.
kepada Bank Indonesia.
nggaran, pejabat penerbit Surat Perintah

isasi harga pangan oleh Perusahaan Umum


mendapatkan penugasan sesuai ketentuan
tergolong sangat mewah.

Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) atau

lebih dari Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar

pa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi


.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau dengan

00,00 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas

aksud dalam huruf c dan huruf d;


aksud dalam huruf a, huruf b, huruf e dan huruf f.
Pasal 15 UU PPh
Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu ditetapkan
Menteri Keuangan.

Pengenaan PPh Pasal 15


1 Melalui pemotongan/pemungutan pihak lain
Misalnya: Charter pesawat/kapal
2 Melalui penyetoran sendiri
Misalnya: Pembayaran bulanan PPh Pasal oleh Perusahaan Pelayaran

Objek PPh Pasal 15


1 Perusahaan pelayaran dalam negeri ---> KMK 416/KMK.04/1996
Penghasilan bruto 100.00%
Penghasilan neto 4.00%
PPh ---> Tarif PPh Badan tahun 1996 adalah 30% 1.20%
Pengenaan PPh Pasal 15 bersifat Final
Cara pengenaan PPh Pasal 15:
a Penumpang umum/barang ---> PPh Pasal 15 disetor sendiri tiap bulan
b Charter hire ---> PPh Pasal 15 dipotong oleh Penyewa

2 Perusahaan penerbangan dalam negeri ---> KMK 475/KMK.04/1996


Penghasilan bruto 100.00%
Penghasilan neto 6.00%
PPh ---> Tarif PPh Badan tahun 1996 adalah 30% 1.80%
PPh Pasal 15 bagi perusahaan penerbangan dalam negeri merupakan kredit pajak.
Cara pengenaan PPh Pasal 15:
Charter hire ---> PPh Pasal 15 dipotong oleh Penyewa

3 Perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri ---> KMK 417/KMK.04/1996


Diperlakukan seperti BUT
Penghasilan bruto 100.00%
Penghasilan neto 6.00%
PPh ---> Tarif PPh Badan tahun 1996 adalah 30% 1.80%
Penghasilan neto setelah PPh 4.20%
PPh Pasal 26 (4) ---> Branch profit tax ---> 20% 0.84%
PPh ---> PPh Badan + BPT ---> 1,8% + 0,84% 2.64%
Pengenaan PPh Pasal 15 bersifat Final

4 Kantor Perwakilan Dagang Asing ---> KMK 634/KMK.04/1994


Diperlakukan seperti BUT
Nilai ekspor bruto* 100.00%
Penghasilan neto 1.00%
PPh ---> Tarif PPh Badan tahun 1996 adalah 30% 0.30%
Penghasilan neto setelah PPh 0.70%
PPh Pasal 26 (4) ---> Branch profit tax ---> 20% 0.14%
PPh ---> PPh Badan + BPT ---> 0,3% + 0,14% 0.44%
Pengenaan PPh Pasal 15 bersifat Final
* Nilai ekspor bruto:
---> semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri
yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada
orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
tu ditetapkan
ak luar negeri
barang kepada

Anda mungkin juga menyukai