Suport by
Kantor Konsultan Pajak
Prepared by : Tri Agung Tofiq TAT & Partners
Biografi ……
PPh 21
PPh 26
Diskusi
3
DASAR HUKUM
UU No. 7 Th 1983
stdtd
PP 94/2010
UU No. 36 Th 2008 Update
Jo. PP 45/2019
Juklak
Juklak
PPh 21 PPh 26
• WP Dalam • Subjek Pajak Luar
Negeri (DN). Negeri (SPLN).
5
Subjek Pajak LUAR NEGERI
ORANG PRIBADI
Dapat menerima
atau memperoleh
Menjalankan usaha penghasilan dari
atau melakukan Indonesia tidak dari
kegiatan melalui menjalankan usaha
BUT di Indonesia atau kegiatan
melalui BUT di
Indonesia
Subjek Pajak DALAM NEGERI
ORANG PRIBADI
Digunakan tolok ukur waktu (time test), yaitu penentuan Orang Pribadi yang baru
datang dari LN menjadi SP OP DN didasarkan pada jumlah hari OP tersebut
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
Jumlah Hari Keberadaan Mr. Josh di Indonesia
Akumulasi Jumlah
Jml Hari Akumulasi Jumlah Hari Tinggal di
Hari Tinggal di
Bulan Tinggal di Indonesia dalam Jangka Waktu
Indonesia dari
Indonesia 12 Bulan
November 2019
Nov 2019 5 5 5
Des 2019 10 15 15
Jan 2020 3 18 18
Feb 2020 17 35 35
Mar 2020 20 55 55
Apr 2020 30 85 85
Mei 2020 15 100 100
Jun 2020 25 125 125
Jul 2020 20 145 145
Agust 2020 15 160 160 Mr. Josh
sh
Sept 2020 15 175 175 belumm
memenu
memenu hi
Okt 2020 0 175 175
hi syaratt
Nov 2020 11 186* 181* sbg ai
sebag
179* SPDN
SP DN
Yang dimaksud - MEMPUNYAI NIAT
Untuk Bertempat Tinggal di Indonesia
a. Menunjukkan niatnya secara tegas untuk bertempat tinggal di
Indonesia, dapat dibuktikan dengan dokumen:
1) Visa bekerja, atau
2) Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) lebih dari 183 hari
13
14
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
(3) Dana
(1) Pemberi pensiun,
(2)
kerja berbentuk penyelenggara
Bendaharawan
OP, Badan, atau jaminan sosial
Pemerintah.
BUT. tenaga kerja,
THT, atau JHT.
15
Pengecualian Pemotong
a. Pegawai;
b. Penerima uang pesangon, pensiun / uang manfaat pensiun, THT, atau JHT,
termasuk ahli warisnya;
c. Bukan Pegawai yg menerima / memperoleh Ph sehub. dgn pemberian jasa :
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. Agen iklan;
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan;
11. Petugas dinas luar asuransi;
12. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;
d. Anggota dewan komisaris / dewan pengawas yg tidak merangkap sbg Peg. Tetap pd
perusahaan yg sama;
e. Mantan pegawai;
f. Peserta kegiatan yang menerima / memperoleh Ph sehub. dgn keikutsertaannya
dlm suatu kegiatan:
1. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan,
ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja; 18
3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
4. Peserta pendidikan dan pelatihan;
5. Peserta kegiatan lainnya.
Pengecualian Subjek
Pejabat negara asing seperti perwakilan
diplomatik atau konsulat, berikut orang yang
diperbantukan kepadanya, dengan syarat:
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar jabatannya.
• Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal balik.
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/ pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan.
19
Objek Pajak
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:
• Ph yg diterima/diperoleh Peg Tetap, baik Bersifat Teratur / Tdk Teratur;
• Ph yg diterima/diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun/Ph sejenisnya;
• Ph berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT/JHT yg dibayarkan sekaligus,
• Ph Peg Tdk Tetap/Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian/mingguan/satuan/borongan/upah yg dibayarkan
secara bulanan;
• Imbalan pd Bukan Peg (honorarium, komisi, fee, dan sejenisnya)
• Imbalan pd peserta kegiatan (uang saku/representasi/rapat/honorarium/hadiah/penghargaan)
• Ph berupa honorarium/imbalan tdk teratur yg diterima/diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sbg Peg Tetap di perusahaan yg sama;
• Ph berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus /imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh mantan pegawai;
TERMASUK
NATURA / KENIKMATAN dari :
• Wajib Pajak PPh Final
• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus (deemed profit)
Pasal 5
Pengecualian Objek
Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,
dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Natura dan/atau Kenikmatan yang diberikan oleh
WP atau Pemerintah. (cfm PMK-167/2018)
Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT dibayar
pemberi kerja.
Zakat atau Sumbangan keagamaan wajib yang
diterima OP. (cfm PER-08/PJ/2021)
Beasiswa. (cfm Ps.4(3) UU PPh jo. PMK-68/2020)
21
Objek PPh 21 Final
22
PPh Pasal 21:
Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala
Penghasilan Bruto
Penghasilan sebulan :
1 Gaji Pokok (sebulan) XXX
2 Tunjangan PPh XXX
3 Tunjangan Lain XXX
4 Premi Asuransi - JKK, JK, JPK (Yg dibayar Pemberi kerja) XXX Tarif Pasal 17 UU PPh (Progresive)
- Jaminan Kecelakaan Kerja, J. Kematian, J. Pelayanan Kesehatan XXX +/+
5 Penghasilan Bruto sebulan XXX (Jml 1 s.d 4) 5% 0 - 50 Jt
Pengurang Pengh. Bruto : 15% 50 < X < 250 Jt
6 Biaya Jabatan / B. pensiun (5% x Pengh. Bruto) XXX 25% 250 < X < 500 Jt
- max. 500.000/200,000 per bl atau 6.000,000/2.400.000 per th XXX 30% > 500 Jt
7 Iuran Pensiun, IHT (Yg Dibayar Sendiri Karyawan) XXX +/+
XXX -/-
8 Penghasilan Netto sebulan XXX
9 Penghasilan Netto setahun/disetahunkan XXX
Dikurangi PTKP :
10 PTKP setahun ( based per awal th) XXX -/-
11 Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun XXX (9-10)
12 PPh Pasal 21 setahun (Tarif Pasal 17 UU PPh) XXX
13 Ph Pasal 21 sebulan XXX (12/jml bl)
26
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
Cfm. 101/PMK.10/2016
SEDARAH SEMENDA
SAUDARA SAUDARA
KANDUNG
KESAMPING KARYAWAN / WP KESAMPING
IPAR
ANAK ANAK
KANDUNG TIRI
SEDARAH SEMENDA
28
PTKP Karyawati
Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan
PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai
(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
PPh Pasal 21:
Lainnya
Dewan Komisaris/ Peserta program
Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai
jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur
Tarif Pasal 17
UU PPh
Penghasilan Bruto
Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP
Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya
37
Dasar Pengenaan Pajak (2)
Penghasilan yang Melebihi Rp 450.000,00 Sehari
• Berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian,
mingguan, satuan, atau borongan.
• Berlaku sepanjang penghasilan kumulatif sebulan tidak melebihi
Rp 4.500.000,00.
Penghasilan Bruto
• Seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh dalam
suatu periode atau saat dibayarkan.
• Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain yang
telah diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya.
38
PPh Pasal 26
Penghasilan Bruto
Memperhatikan
Ketentuan P3B
40
41
42
Saat Terutang
PPh Pasal 21/26
43
Pasal 21
KEWAJIBAN PEMOTONG
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau
Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26
Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima
Penghasilan
44
BUKTI PEMOTONGAN PPH PASAL 21
• Untuk pegawai tetap:
– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun
atau pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka
bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib
dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
45
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu
Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan
Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek
Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd
Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai
Tahun Kalender Berikutnya
46
VARIASI PENGHITUNGAN
PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP
• NORMAL (Masa Kerja Jan s.d Des,)
• BROKEN PERIOD (AWAL DAN AKHIR)
• PH TIDAK TERATUR (BONUS, THR, DLL)
• RAPEL
• KARYAWAN MENINGGAL
• PINDAH CABANG
• PINDAH KERJA
• KARYAWAN WNA PADA TAHUN BERJALAN
• PENSIUN
• TUNJANGAN PPH Ps 21 vs PPH Ps 21 DITANGGUNG
• DSB
47
CONTOH PERHITUNGAN
PPh PASAL 21
48
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan
Ahmad Zakaria bekerja pada perusahaan PT XYZ dengan memperoleh Gaji
sebulan Rp 2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000,00.
Ahmad menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21-nya
adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp 2.500.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 2.500.000 Rp 125.000
2. Iuran pensiun 100.000
Rp 225.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 2.275.000
Penghasilan Neto setahun
12 x 2.275.000 Rp 27.300.000
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15.840.000
Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000
Tanggungan -
Rp 17.160.000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10.140.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 10.140.000 Rp 507.000
PPh Pasal 21 sebulan
507.000 : 12 Rp 42.250
49
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)
50
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)
Gaji sebulan Rp 2,000,000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 10,000
Premi Jaminan Kematian 6,000
Penghasilan Bruto 2,016,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 2,016,000 Rp 100,800
2. Iuran pensiun 50,000
3. Iuran Jaminan Hari Tua 40,000
Rp 190,800
Penghasilan Neto sebulan Rp 1,825,200
Penghasilan Neto setahun
12 x 1,825,200 Rp 21,902,400
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Tambahan WP Kawin Rp 1,320,000
Tanggungan
Rp 17,160,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 4,742,400
Pembulatan 4,742,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 4,742,000 Rp 237,100
PPh Pasal 21 sebulan
237,100 : 12 Rp 19,758 51
Pegawai Tetap : Karyawati Kawin
Endang Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada PT Ventura Entiti dengan gaji
sebulan sebesar Rp. 2.500.000,00. Endang VIdyawati membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan sebesar Rp. 50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Endang Vidyawati
berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun.
52
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus,
Premi dan Sejenisnya
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
2.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp
5.000.000,00. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000,00
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
53
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus,
Premi dan Sejenisnya
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
2.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp
5.000.000,00. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000,00
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 3.500.000 Rp 175.000
2. Iuran pensiun 100.000
Rp 275.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 3.225.000
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15.840.000
Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000
Rp 17.160.000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 21.540.000
56
Pegawai Mulai Kerja Pertengahan Tahun
Budiyanta bekerja pada PT PB Jakarta sebagai pegawai tetap sejak 1
September 2009.Budiyanta status K/0 Gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000,00
iuran pensiun dibayar sendiri Rp150.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 tiap bulan mulai Sept 2009 sebagai berikut:
Gaii sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 5%x Rp 6.000.000,00 Rp 300.000,00
2. luran Pensiun Rp 150.000.00
Rp 450.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 5.550.000,00
Penghasilan neto setahun 4 x 5.550.000 Rp 22.200.000,00
PTKP
- untukWP sendirj Rp15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 5.040.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5%x Rp 5.040.000,00 = Rp 252.000,00
PPh Pasal 21 sebulan Rp 252.000,00:4 = Rp 63.000,00
57
back
Pegawai Tidak Tetap / Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan
apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi
kerja
Upah Harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau
dibayarkan secara harian.
Upah Mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan secara mingguan.
Upah Borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
Upah Satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau
dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan
58
Penghitungan PPh Pasal 21
Penghasilan berupa Upah Harian, Mingguan, Satuan,
Borongan dan Uang Saku yang dibayar bulanan
PhKP Sebulan
PPh Setahun
PPh Sebulan
59
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian dibayar Bulanan ……. (1)
Contoh 1 :
Fuad (TK/0) (ber NPWP), seorang mahasiswa yang baru lulus kuliah, diterima
sebagai calon pegawai di PT. SECERAH MENTARI sejak Februari 2009 dan
menerima gaji Rp.100.000,- per hari. Selama bulan Februari 09 dia bekerja selama
20 hari. Fuad juga membayar iuran jaminan hari tua (JHT) sebesar 2% dari gaji
pokok. Hitunglah PPh pasal 21 bulanannya.
Jawab :
1 Gaji sebulan Rp 2.000.000
2 Iuran JHT 2% Rp 40.000 -/-
3 Penghasilan Neto sebulan Rp 1.960.000
4 Penghasilan Neto setahun : Rp.1.960.000 x 12 Rp 23.520.000
5 PTKP (TK/0) Rp 15.840.000 -/-
6 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 7.680.000
7 PPh ps. 21 setahun (tarif 17) Rp 384.000
8 PPh ps. 21 sebulan : Rp.384.000 / 12 Rp 32.000
60
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian dibayar Bulanan ……. (2)
Contoh 2 :
Fuad (TK/0) (ber NPWP), pada contoh 1, pada bulan Februari 09 juga
menerima THR sebesar Rp.1.500.000,-. Hitunglah PPh pasal 21 atas THR
yang diterimanya.
Jawab :
Soleh (K/0) (ber NPWP) adalah buruh harian sebagai tukang bangunan di PT PATUH PAJAK,
selama bulan Juni 2009 bekerja selama 20 hari dan menerima upah harian Rp.90.000. Hitung
PPh pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan Soleh setiap hari.
Jawab :
1 Upah sehari Rp 90.000
2 Batas Tidak Kena Pajak Rp 150.000
3 Upah sehari < Rp.150.000 (Rp 60.000)
4 PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 0
Pada hari ke 15, upah Soleh telah mencapai Rp.1.350.000 dan telah melebihi Rp.1.320.000.
Oleh karena itu harus dilakukan penghitungan ulang PPh pasal 21 dengan menggunanakan
PTKP Soleh yang sebenarnya, sbb :
1 Upah sehari Rp 90.000
2 PTKP (K/0) sehari : Rp.17.160.000/360 = Rp 47.667 -/-
3 Penghasilan Kena Pajak Rp 42.333
4 PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 2.117
5 PPh ps. 21 s.d hari ke-15 = 2.117 x 15 Rp 31.750
6 PPh ps.21 sudah dipotong = Rp 0 -/-
7.PPh ps.21 harus dipotong di hari ke 15 = Rp 31.750 62
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian di byr BUKAN Bulanan . Satuan (2)
Contoh 4 :
Mudjiman (ber NPWP) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit
TV pada PT BIKIN TIPI, dia tidak menikah. Upah yang dibayar berdasarkan
atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp 40.000,00 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan
sebanyak 30 buah TV dengan upah Rp 1.200.000. Hitung PPh pasal 21 yang
harus dipotong.
Jawab :
63
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian dibayar BUKAN Bulanan. Borongan (3)
Contoh 5 :
Jawab :
1 Upah sehari : Rp.500.000 / 2 = Rp 250.000
2 Batas Tidak Kena Pajak Rp 150.000
3 Upah sehari > Rp.150.000 Rp 100.000
4 PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 5.000
5 PPh ps. 21 2 hari : Rp.5.000 x 2 = Rp 10.000
64
UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, THT, #5
DAN JHT YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
(PP No. 68 Tahun 2009 – PMK/PMK.03/2010)
Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola Dana
Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan
berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak.
Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang
pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan
sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau
keadaan lain yang ditentukan.
65
UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, THT,
DAN JHT YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
(PP No. 68 Thn 2009 - PMK 16/PMK.03/2010)
UANG PESANGON
> 0 s/d 50.000.000,- Tidak Kena Pajak
➢50 juta s/d 100 juta 5%
➢100 juta s/d 500 juta 15%
> 500 juta 25%
Bersifat FINAL
(dlm hal dibayar sekaligus)
67
Dalam hal pembayaran Uang Pesangon dilakukan dalam beberapa
kali pembayaran, misalnya :
a. Bulan Desember 2009 = Rp 50.000.000,00
b. Bulan April 2010 = Rp 125.000.000.00 (+)
Jumlah Rp 175.000.000,00
Kasus 2 :
Masih dalam contoh kasus 1, apabila pada bulan Agustus 2010 Bapak Ali
kembali menerima hadiah perlombaan panjat pinang berupa LCD TV senilai
Rp.10.000.000,- dalam rangka HUT RI yang diadakan oleh Perum BULOG.
Maka perhitungan PPh Pasal 21 : 5% x Rp.10.000.000,- = Rp.500.000,-
69
Penghitungan PPh Pasal 21
Penghasilan berupa Honor dan Imbalan lain
menjadi beban APBN atau APBD
PPh FINAL
70
Pasal 4
PP No. 80 Tahun 2010
Pajak Penghasilan Pasal 21 bersifat final dengan tarif
a. sebesar 0% (nol persen) dari jumlah bruto honorarium atau imbalan
lain bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya;
b. sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lain bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI
Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya;
c. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lain bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan
Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi, dan Pensiunannya.
71
Kewajiban PPh Bagi WP OP yang bekerja pada Bukan
Subjek Pajak
Pasal 14 PP 94 Tahun 2010
Orang pribadi dalam negeri yang menerima atau memperoleh
penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
sehubungan dengan pekerjaan dari badan-badan yang tidak
wajib melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan,
wajib:
a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
b. melaksanakan sendiri penghitungan dan pembayaran Pajak
Penghasilan yang terutang dalam tahun berjalan; dan
c. melaporkan penghitungan dan pembayaran Pajak Penghasilan yang
terutang dalam tahun berjalan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan.
72
73
THANK YOU
74