Anda di halaman 1dari 145

Samsun,SE,Ak,MA,BKP

Konsultan Pajak & Kuasa Hukum Pengadilan Pajak


KEP-4465/IP.C/PJ/2019 dan KEP-555/PP/IKH/2019

KKP YAPEN PROCOUNT


Jl.Riau Komp.RBC Blok E No 9
Pekanbaru

Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan


IKPI Cab Pekanbaru

Hp : 0813-6554-8688
Email : ssnyapen@gmail.com
PPh Badan
Oleh : Samsun, SE,.Ak,.MA,.BKP
Konsultan dan Kuasa Hukum Pajak
Silabus
Selasa, 06 Oktober 2020
Subjek PPh Badan, Objek PPh Badan, DPP, dan Kewajiban Pelaporan
PPh untuk Badan Berstatus WPDN dan WPLN, Obyek PPh Badan
Normal, Obyek Pph Final, Pengecualian Obyek PPh Badan,
01
02
Senin, 12 Okt 2020
Biaya Pengurang vs Bukan Biaya pengurang, kompensasi Kerugian,
dan rekonsiliasi Fiskal, Revaluasi Aktiva Tetap.

Selasa, 13 Okt 2020


Perhitungan Biaya Penyusutan dan Amortisasi, Penilaian Persediaan &
Harga Perolehan, Formulasi Perhitungan PPh Badan umum

04
Sabtu, 17 Okt 2020
Kredit Pajak, Simulasi Kasus perhitungan PPh Badan dan Penyusunan
SPT PPh Badan
SEKILAS TENTANG UU PPH
DAN PENGERTIAN PAJAK DAN
PENGHASILAN
Perkembangan UU PPh
UU Nomor 17
Menambah Pasal
31B,31C dan 32A
UU Nomor 7 Merubah Psl
2,3,4,6,7,9,11,11A,14,17,

1983 Merubah Pasal 4, 6,


9, 11,13 dan 23.
1994 18,21,23,25,26 dan 32
2008

UU Nomor 36
UU Nomor 7 1991 UU Nomor 10
Menghapus psl 12,13,30 dan 31
2000 Menamah Pasal 31D,31E
dan 32B
IX Bab Menambah Pasal Menghapus Pasal 31B
36 Pasal 2A,11A,28A,31A dan 33A Merubah Pasal
Sisanya diubah/disempurnakan 2,3,4,6,7,8,9,10,11,11A,14,16
semua ,17,18,19,21,22,23,24.25.26.
29.31A,31C dan 35
5W + 1H
WHY
Mengamankan penerimaan negara yang semakin meningkat,
mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana,
stabil, lebih memberikan keadilan, dan lebih dapat
menciptakan kepastian hukum serta transparansi

WHAT
Pajak yang dikenakan atas Penghasilan.

WHO
WP OP dan WP BADAN

WHERE
Di Indonesia.

WHEN
Saat diterima/diperolehnya Penghasilan

HOW
Sistem Final dan Non Final
Setor sendiri dan Dipotong/dipungut Pihak Lain
ISI UU PPh
BAB I KETENTUAN UMUM (Psl 1)
BAB II SUBJEK PAJAK (Psl 2 sd 3)
BAB III OBJEK PAJAK (Psl 4 sd 15)
BAB IV CARA MENGHITUNG PAJAK (Psl 16 sd 19)
BAB V PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
(Psl 20 sd 27)
BAB VI PERHITUNGAN PAJAK PADA AKHIR TAHUN
(Psl 28 sd 31)
BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN (Psl 31A sd 32B)
BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN (Psl 33 sd 34)
BAB IX KETENTUAN PENUTUP (Psl 35)
APA ITU ?
Things To Consider
 Kontribusi Wajib kepada Negara
 Oleh OP atau Badan
PAJAK  Berdasarkan UU
.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang  Tidak mendapatkan imbalan langsung
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa  Digunakan utk kemakmuran rakyat
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Things To Consider
Penghasilan  Tambahan Kemampuan Ekonomis
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal  Diterima (Cash basis)/diperoleh
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat (Accrual Basis)
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan  Dari Indonesian maupun Luar Indonesia
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam  Utk Konsumsi/Menambah Kekayaan
bentuk apapun.  Dalam bentuk apapun
PENGHASILAN DARI SISI SUMBER

Dari pekerjaan

Dari usaha dan kegiatan;

Dari modal

Penghasilan lain-lain
PENGHASILAN DARI SISI PENGGUNAAN

Utk Konsumsi

Utk Ditabung;

Utk Investasi
PENGHASILAN

Y=C+S+I
Income = Consumption + Saving + Investment
PENGHASILAN

Karena Undang-Undang ini menganut pengertian penghasilan yang luas maka


semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun
pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan
demikian, apabila dalam satu tahun pajak suatu usaha atau kegiatan
menderita kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
lainnya (kompensasi horizontal), kecuali kerugian yang diderita di luar negeri.
Namun demikian, apabila suatu jenis penghasilan dikenai pajak dengan tarif
yang bersifat final atau dikecualikan dari objek pajak, maka penghasilan
tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif
umum.
SUBJEK PAJAK
PENGERTIAN BADAN
PERBEDAAN SPDN dan SPLN
NON SUBJEK PAJAK BADAN
SUBJEK PAJAK

OP BADAN BUT Pasal 2 UU PPh


No 36 Tahun
+ Warisan
2008
yang belum
dibagi
SUBJEK PAJAK

SP SP Pasal 2 UU No 36
Dalam Luar Tahun 2008

Negeri Negeri
1. OP tinggal di Ind, OP yg berada di Ind 1. OP tdk tinggal di Ind, di Ind tdk > 183 hr dlm 12
lebih dari 183 hari dalam jangka 12 bln, bln dan Badan yang tdk didirikan dan tdk
dlm 1 thn pajak berada di Ind dan berkedudukan di Ind yang menjalankan usaha
mempunyai niat tinggal di Ind. atau kegiatan melalui BUT
2. Badan yg didirikan/berkedudukan di Ind 2. Yang menerima/memperoleh penghasilan dari
3. Warisan yang belum terbagi Ind tidak dari menjalankan usaha/melakukan
kegiatan melalui BUT
SUBJEK PAJAK PPh
BADAN
Pasal 1 angka 3 UU KUP No 28 Tahun 2007

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal


yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi :

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,


badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap.
SUBJEK PAJAK PPh
BADAN Pengertian “didirikan di Indonesia” adalah badan yang
pendirian atau pembentukannya:
• Berdasarkan ketentuan perundang-undangan di Indonesia
• Didaftarkan di Indonesia berdasarkan ketentuan perundang-undangan di
Indonesia, atau
• Di dalam wilayah hukum di Indonesia.

Sedangkan pengertian “bertempat kedudukan di


Indonesia” adalah:
• Mempunyai tempat kedudukan berada di Indonesia sebagaimana tercantum
dalam akta pendirian badan
• Mempunyai kantor pusat di Indonesia
• Mempunyai tempat kedudukan pusat administrasi dan/ atau pusat keuangan
di Indonesia
• Pengurusnya melakukan pertemuan di Indonesia untuk membuat keputusan
strategis, atau
• Pengurusnya bertempat tinggal atau berdomisili di Indonesia
BUT
Bentuk Usaha Tetap ditentukan sebagai
Subyek Pajak tersendiri, terpisah dari badan.

Karena itu, walaupun perlakuan perpajakannya


dipersamakan dengan Subyek Pajak badan (Pasal
2 ayat (1a), untuk pengenaan PPh, Bentuk Usaha
Tetap mempunyai eksistensinya sendiri dan tidak
termasuk dalam pengertian Badan
BUMN/D
BUMN/D merupakan Subyek Pajak tanpa
memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap
unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya lembaga,
badan dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan
merupakan Subyek Pajak yang termasuk
dalam pengertian Badan..
BUMN/D
Unit tertentu dari Badan Pemerintah yang memenuhi kriteria
berikut tidak termasuk sebagai Subyek Pajak, yaitu:
a) Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
b) Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau
APBD;
c) Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam
anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah; dan
d) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara
Perkumpulan
Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi,
persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan yang sama.
SPDN vs SPLN

PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN


SP DN SP LN
a. Dikenai pajak atas penghasilan a. dikenai pajak hanya atas penghasilan
baik yang diterima atau diperoleh yang berasal dari sumber penghasilan
dari Indonesia maupun dari luar di Indonesia;
Indonesia, b. dikenai pajak berdasarkan
b. dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak
penghasilan neto dengan tarif sepadan; dan
umum, c. tidak wajib menyampaikan Surat
c. Wajib menyampaikan SPT Pajak Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagai sarana Penghasilan karena kewajiban
untuk menetapkan pajak yang pajaknya dipenuhi melalui
terutang dalam suatu tahun pajak pemotongan pajak yang bersifat final.
NON SUBJEK PAJAK BADAN

1. Badan perwakilan negara asing;

2. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan


Menteri Keuangan, dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

Pasal 3 UU PPh
ORGANISASI INTERNASIONAL
ORGANISASI INTERNASIONAL YANG TIDAK TERMASUK SEBAGAI
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.03/2008
a. 13 Badan-badan Internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa:
b. 28 Kerjasama Teknik:
c. 4 Kerjasama Kebudayaan :
d. 62 Organisasi -Organisasi Internasional Lainnya :

Diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor


156/PMK.010/2015
70 Badan/Organisasi
ORGANISASI INTERNASIONAL
1. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development)
2. IMF (International Monetary Fund)
3. UNDP (United Nations Development Programme), meliputi:
a. IAEA (International Atomic Energy Agency)
b. ICAO (International Civil Aviation Organization)
c. ITU (International Telecommunication Union)
d. UNIDO (United Nations Industrial Development Organizations)
e. UPU (Universal Postal Union)
f. WMO (World Meteorological Organization)
g. UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development)
h. UNEP (United Nations Environment Programme)
i. UNCHS (United Nations Centre for Human Settlement)
j. ESCAP (Economic and Social Commission for Asia and The Pacific)
k. UNFPA (United Nations Funds for Population Activities)
l. WFP (World Food Programme)
m. IMO (International Maritime Organization)
n. WIPO (World Intellectual Property Organization)
o. IFAD (International Fund for Agricultural Development)
p. WTO (World Trade Organization)
q. WTO (World Tourism Organization)
ORGANISASI INTERNASIONAL
4. FAO (Food and Agricultural Organization)
5. ILO (International Labour Organization)
6. UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees)
7. UNIC (United Nations Information Centre)
8. UNICEF (United Nations Children's Fund)
9. UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization)
10. WHO (World Health Organization)
11. World Bank
12. Asean Secretariat
13. SEAMEO (South East Asian Minister of Education Organization)
14. ACE (The ASEAN Centre for Energy)
15. NORAD (The Norwegian Agency for International Development)
16. Plan International Inc
17. PCI (Project Concern International)
18. IDRC (The International Development Research Centre)
19. NLRA (The Netherlands Leprosy Relief Association)
20. The Commission of The European Communities
ORGANISASI INTERNASIONAL
21. OISCA INT. (The Organization for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement International)
22. World Relief Cooperation
23. APCU (The Asean Heads of Population Coordination Unit)
24. SIL (The Summer Institute of Linguistics, Inc.)
25. IPC (The International Pepper Community)
26. APCC (Asian Pacific Coconut Community)
27. INTELSAT (International Telecommunication Satellite Organization)
28. People Hope of Japan (PHJ) dan Project Hope
29. CIP (The International Potato Centre)
30. ICRC (The International Committee of Red Cross)
31. Terre Des Hommes Netherlands
32. Wetlands International
33. HKI (Helen Keller International, Inc.)
34. Taipei Economic and Trade Office
35. Vredeseilanden Country Office (VECO) Belgia
36. KAS (Konrad Adenauer Stiftung)
37. Program for Appropriate Technology in Health, USA-PATH
38. Save the Children-US dan Save the Children-UK
39. CIFOR (The Center for International Forestry Research)
40. Kyoto University-Jepang
ORGANISASI INTERNASIONAL

41. ICRAF (the International Centre for Research in Agroforestry)


42. Swisscontact-Swiss Foundation for Technical Cooperation
43. Winrock International
44. Stichting Tropenbos
45. The Moslem World League (Rabithah)
46. NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization)
47. HSF (Hans Seidel Foundation)
48. DAAD (Deutscher Achademischer Austauschdienst)
49. WCS (The Wildlife Conservation Society)
50. BORDA (The Bremen Overseas Research and Development Association)
51. ASEAN Foundation
ORGANISASI INTERNASIONAL
52. SOCSEA (Sub Regional Office of CIRDAP in Southeast Asia)
53. IMC (International Medical Corps)
54. KNCV (Koninklijke Nederlands Centrale Vereniging tot Bestrijding der Tuberculosis)
55. Asia Foundation
56. The British Council
57. CARE (Cooperative for American Relief Everywhere Incorporation)
58. CCF (Christian Children's Fund)
59. CWS (Church World Service)
60. The Ford Foundation
61. FES (Friedrich Ebert Stiftung)
62. FNS (Friedrich Neumann Stiftung)
63. IRRI (International Rice Research Institute)
64. Leprosy Mission
65. OXFAM (Oxford Committee for Famine Relief)
66. WE (World Education, Incorporated, USA)
67. KOICA (Korea International Cooperation Agency)
68. ERIA (Economic Research Institute for ASEAN and East Asia)
69. JETRO (Japan External Trade Organization)
70. IFRC (International Federation of Red Cross and Red Cresent Societies)
OBJEK PPh
Pasal 4 UU PPh No 36 Tahun 2008

OBJEK PPh
Ayat (1)
PPh Final
Ayat (2)

Bukan Objek PPh


Ayat (3)
OBJEK PPh
Psl 4 Ayat (1)
Pasal 4
(1)Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa


yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b.Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c.Laba usaha;
d.Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam
bentuk apa pun
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
h. Keuntungan karena Pembebasan Hutang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
i. Keuntungan Selisih Kurs mata uang asing;
j. Selisih lebih karena Penilaian Kembali Aktiva
k. Premi Asuransi;
n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
o. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
p. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
n.Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan; dan
o.Surplus Bank Indonesia.
Dividen
Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau
pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh anggota koperasi.

Termasuk dalam pengertian dividen adalah:


1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor;
3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk
saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
4) pembagian laba dalam bentuk saham;
5) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
Dividen
6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh
perseroan yang bersangkutan;
7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan,
kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal
dasar (statuter) yang dilakukan secara sah
8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;
Dividen

9) bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi


10)bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
11)pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
12)pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Dividen
Dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayaran
dividen secara terselubung, misalnya dalam hal
pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan
memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan
bunga yang melebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang
demikian maka selisih lebih antara bunga yang dibayarkan dan
tingkat bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai
dividen. Bagian bunga yang diperlakukan sebagai dividen
tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan
yang bersangkutan.
Dividen
Tarif Pasal 23 = 15 %

Tarif Pasal 17 ayat (2c) = 10%


Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen
yang dibagikan kepada WPOP DN adalah paling tinggi
sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.
Royalti
Pembebasan Hutang
Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

PP No. 130/2000 Tentang Pengecualian Sebagai Objek Pajak atas


Keuntungan Karena Pembebasan Utang Debitur Kecil.

Utang Debitur Kecil adalah utang usaha yang jumlahnya tidak lebih dari
Rp350.000.000,00, termasuk Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera
(Kukesra); Kredit Usaha Tani (KUT); Kredit Pemilikan Rumah Sangat
Sederhana (KPRSS); Kredit Usaha Kecil (KUK), yaitu kredit yang
diberikan kepada nasabah usaha kecil; dan Kredit kecil lainnya dalam
rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan
usaha kecil dan koperasi.
Pembebasan Hutang

Pengecualian sebagai Objek Pajak Utang


Debitur Kecil hanya dapat dinikmati yang
bersangkutan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun pajak.
Selisih Penilaian Kembali Aktiva
Pasal 19
(1)Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian
kembali aktiva dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian
antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan
harga.
(2)Atas selisih penilaian kembali aktiva sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diterapkan tarif pajak tersendiri dengan Peraturan Menteri Keuangan
sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1).
Selisih Penilaian Kembali Aktiva
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/PMK.03/2008
TENTANG PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN

a. WP Badan DN dan BUT (Tdk termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang US $ dengan syarat telah memenuhi semua
kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya
penilaian kembali
b. Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak.
c. Tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan terakhir
d. Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal laporan perusahaan
jasa penilai atau ahli penilai.
e. Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal semula
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen).
Selisih Penilaian Kembali Aktiva
Dalam hal Perusahaan melakukan pengalihan aktiva tetap berupa:
a. Aktiva tetap kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) yang telah
memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum berakhirnya masa
manfaat yang baru, atau;
b. Aktiva tetap kelompok 3 (tiga), kelompok 4 (empat), bangunan, dan
tanah yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum
lewat jangka waktu 10 (sepuluh) tahun,

Maka atas selisih lebih penilaian kembali diatas nilai sisa buku fiskal
semula, dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan
tarif sebesar tarif tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam
negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10% (sepuluh
persen).
Perlakuan Khusus
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 191/PMK.010/2015 TENTANG PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
TETAP UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN BAGI PERMOHONAN YANG DIAJUKAN PADA TAHUN 2015 DAN
TAHUN 2016

Terakhir diubah dengan PMK NO 29/PMK.03/2016

Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar:


a. 3% (tiga persen), untuk permohonan yang diajukan sejak berlakunya
Peraturan Menteri ini sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;
b. 4% (empat persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016
sampai dengan tanggal 30 Juni 2016; atau
c. 6% (enam persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016,
PPh Final
Psl 4 Ayat (2)
PPh Final
Karakteristik penghasilan yang menjadi obyek PPh final adalah
1) Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak perlu digabungkan
dengan penghasilan terutang lain (yang non final) dalam penghitungan
PPh pada SPT Tahunan.
2) Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak lain
sehubungan dengan penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan (non
prepaid taxes)
3) Biaya-biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak
dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan.
OBJEK PPh FINAL
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;


c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
BUNGA Dep, Tab, Diskonto SBI

Bunga Deposito dan Tabungan


serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 212/PMK.03/2018 Tentang
Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta
Diskonto Sertifikat BI.
BUNGA Dep, Tab, Diskonto SBI
Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta
diskonto Sertifikat Bank Indonesia dipotong Pajak Penghasilan
yang bersifat final.

Termasuk dalam pengertian bunga di atas adalah bunga yang


diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang
ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia.
BUNGA Dep, Tab, Diskonto SBI
Deposito adalah Deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, baik dalam mata
uang Rupiah maupun dalam mata uang asing yang ditempatkan pada atau diterbitkan
oleh bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang Perbankan.

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat
dipersamakan dengan itu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang Perbankan.

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Perbankan.
BUNGA Dep,Tab, Diskonto SBI
Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SBI adalah surat
berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
yang mengatur tentang Operasi Moneter.

Diskonto Sertifikat Bank Indonesia atau yang selanjutnya disebut Diskonto


SBI adalah selisih lebih antara:
a. nilai nominal SBI pada saat jatuh tempo dengan nilai tunai perolehan SBI; atau
b. nilai tunai penjualan SBI dengan nilai tunai perolehan SBI.

Devisa Hasil Ekspor yang selanjutnya disingkat DHE adalah devisa dari hasil
kegiatan ekspor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur tentang
Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri.
Tarif Bunga Dep, Tab, Dis SBI

Bunga Dep DHE Mata uang Dollar

Bunga Dep DHE Mata uang Rupiah

Bunga Dep, Tab dan Diskonto SBI


Tarif PPh Bunga Dep,Tab, Dis SBI
Pajak Penghasilan atas bunga dari Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI adalah sebagai
berikut:

a. Bunga dari Deposito DHE dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang, ditempatkan di
dalam negeri pada bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebagai
berikut:

1. tarif 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan jangka waktu 1
(satu) bulan
2. tarif 7,5% (tujuh koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan jangka
waktu 3 (tiga) bulan;
3. tarif 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan jangka
waktu 6 (enam) bulan; dan
4. tarif 0% (nol persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan jangka waktu lebih dari
6 (enam) bulan.
Tarif PPh Bunga Dep,Tab, Dis SBI

b. Bunga dari Deposito DHE dalam mata uang rupiah yang ditempatkan di dalam negeri pada
bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebagai berikut:

1. tarif 7,5% (tujuh koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan jangka
waktu 1 (satu) bulan;
2. tarif 5% (lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan jangka waktu 3 (tiga)
bulan; dan
3. tarif 0% (nol persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan jangka waktu 6 (enam)
bulan atau lebih dari 6 (enam) bulan.
Tarif PPh Bunga Dep,Tab, Dis SBI
c. Bunga dari Tabungan dan Diskonto SBI, serta bunga dari Deposito dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebagai berikut:

1. tarif 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
2. tarif 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku,
terhadap Wajib Pajak luar negeri.
Pengecualian
Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia tidak dilakukan terhadap :

a. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank


Indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank
lndonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus
ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
Pengecualian
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia
yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka


pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap
bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah
susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni
sendiri
Bunga Obligasi
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

Terakhir diubah dengan


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2019

Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh


Wajib Pajak berupa Bunga Obligasi dikenai
pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Bunga Obligasi
Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua

belas) bulan.

Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang baik

dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara dan
Obligasi Negara

Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang Obligasi dalam

bentuk bunga dan/atau diskonto.


TARIF PPh
BUNGA 03 Diskonto dari
Obligasi tanpa bunga
OBLIGASI
Diterima dan/atau
Bunga dari Obligasi 04 diperoleh Wajib
01 dengan kupon Pajak Reksa dana dll

Diskonto dari Obligasi


02 dengan kupon
TARIF PPh BUNGA OBLIGASI

a. Bunga dari Obligasi dengan kupon (Interesrt Bearing Bond) sebesar:

• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap; dan

• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap,

dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan


Obligasi
b. Diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:

• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap,

dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;
c. Diskonto dari Obligasi tanpa bunga (Zero Coupon Bond) sebesar:

• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap,

dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi; dan
d. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh
Wajib Pajak reksadana dan Wajib Pajak dana investasi infrastruktur
berbentuk kontrak investasi kolektif, dana investasi real estat berbentuk
kontrak investasi kolektif, dan efek beragun aset berbentuk kontrak
investasi kolektif yang terdaftar atau tercatat pada Otoritas Jasa
Keuanganyang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan sebesar:

• 5% (lima persen) untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020; dan
• 10% (sepuluh persen) untuk tahun 2021 dan seterusnya.
Pemotong Pajak

a. Penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas
bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon pada saat
jatuh tempo Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa
bunga pada saat jatuh tempo Obligasi; dan/atau
b. Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli,
atas bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi.
PENGECUALIAN
Ketentuan di atas tidak berlaku dalam hal penerima penghasilan berupa Bunga Obligasi adalah:
a. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h Undang-
Undang PPh; dan
b. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Penghasilan berupa Bunga Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak bank yang didirikan di

Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia, dikenai Pajak Penghasilan
berdasarkan tarif umum sesuai Undang-Undang PPh.
Pajak Penghasilan Atas Diskonto
Surat Perbendaharaan Negara
Diskonto SPN
Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah

Surat Utang Negara yang berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran
bunga secara diskonto.

Diskonto SPN adalah selisih lebih antara :


a. Nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar
Sekunder; atau
b. Harga jual di Pasar Sekunder dengan harga perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar
Sekunder, tidak termasuk Pajak Penghasilan yang dipotong.
Diskonto SPN
1. Objek Pajak
Atas penghasilan tertentu dari Wajib Pajak berupa Diskonto SPN dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan
yang bersifat final.

2. Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa Diskonto SPN adalah :
a. 20% (dua puluh persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT); dan
b. 20% (dua puluh persen) atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
yang berlaku bagi Wajib Pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri; dari Diskonto SPN.
(Pasal 4 (2) a UU PPh jo PP No. 16 tahun 2009)
Diskonto SPN
3. Pemotong Pajak
Pemotongan Pajak dilakukan oleh :
a. Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayar,
atas Diskonto SPN yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo; atau
b. Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara maupun
selaku pembeli, atas Diskonto SPN yang diterima di Pasar Sekunder.
Diskonto SPN
4. Pengecualian
Pemotongan pajak tidak dilakukan atas Diskonto SPN yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak:
a. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
b. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
c. Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian
izin usaha.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan
Berupa Bunga Simpanan yang
dibayarkan
oleh Koperasi kepada Anggota
Koperasi Orang Pribadi
BUNGA SIMPANAN ANGGOTA KOPERASI

Objek Pajak

Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan


oleh koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota
koperasi orang pribadi dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Tarif

Besarnya Pajak Penghasilan atas Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi adalah :
a. 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000,00 (dua
ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau
b. 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan

(Pasal 4 (2) a & Pasal 17 (7) UU PPh jo PP No. 15 tahun 2009);


Pemotong Pajak

Koperasi yang melakukan pembayaran Bunga simpanan


kepada anggota koperasi orang pribadi, wajib memotong Pajak
Penghasilan yang bersifat final tersebut.
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan
berupa Hadiah Undian

PP No 132 Tahun 2000


Hadiah Undian
Objek Pajak

Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan


dalam bentuk apapun dipotong atau dipungut Pajak Penghasilan
yang bersifat final.
Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut atas penghasilan

berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun adalah 25% (dua

puluh lima persen) dari jumlah bruto hadiah undian

(Pasal 4 (2) b UU PPh jo PP No. 132 tahun 2000).


Pemotong Pajak

Penyelenggara undian wajib memotong atau memungut


PPh Final atas Hadiah Undian.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 395/PJ./2001
Diubah dengan
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 11/PJ/2015

Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diberikan melalui undian;

Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan


yang diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan;

Hadiah sehubungan dengan kegiatan adalah hadiah dengan nama dan


dalam bentuk apapun yang diberikan sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh
penerima hadiah;

Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi dalam


kegiatan tertentu.
hadiah atau penghargaan perlombaan, hadiah
Atas
sehubungan kegiatan, dan penghargaan dikenakan Pajak
penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. dalam hal penerima penghasilan adalah orang pribadi Wajib Pajak dalam negeri,
dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar tarif Pasal 17 UU PPh
Nomor 7 Tahun 1983 dari jumlah penghasilan bruto
b. dalam hal penerima penghasilan adalah Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha
Tetap, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 UU PPh Nomor 7 Tahun
1983 sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto dengan memperhatikan
ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku
c. dalam hal penerima penghasilan adalah Wajib Pajak badan termasuk Bentuk Usaha
Tetap, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 23 ayat (1)
huruf a angka 4) UU PPh Nomor 7 Tahun 1983 sebesar 15% (lima belas persen) dari
jumlah penghasilan bruto.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Penjualan Saham di Bursa Efek

PP No 41 Tahun 1994 diubah dgn PP No 14 Tahun 1997


Penjualan Saham di Bursa Efek

Objek Pajak

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi


atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek
dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Tarif
a. Pemilik Saham Bukan Pendiri, besarnya Pajak Penghasilan adalah 0,1%
(satu per seribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan,
b. Pemilik Saham Pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan sebesar

0,5% (setengah persen) dari nilai saham perusahaan pada saat Penawaran
Umum Perdana (IPO),

(Pasal 4 (2) c UU PPh & PP No. 14 tahun 1997 jo KMK 282/KMK.04/1997).


Pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya
tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas
atau tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
sebelum Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka
penawaran umum perdana ("intial public offering") menjadi
efektif.
Termasuk dalam pengertian pendiri adalah orang pribadi atau
badan yang menerima pengalihan saham dari pendiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena :
a. warisan;
b.hibah yang memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994;
c. cara lain yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan pada saat
pengalihan tersebut.
Termasuk dalam pengertian saham pendiri adalah :
a. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi agio yang
dikeluarkan setelah penawaran umum perdana ("intial public offering);
b. saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.

Tidak termasuk dalam pengertian saham pendiri adalah :


a. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari pembagian dividen dalam
bentuk saham;
b. saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana (intial public
offering") yang berasal dari pelaksanaan hak pemesanan efek terlebih dahulu
(right issue), waran, obligasi konversi dan efek konversi lainnya;
c. saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksa Dana
Pemotong Pajak

Penyelenggara bursa efek wajib memungut Pajak


Penghasilan setiap transaksi penjualan saham di bursa
efek.
Wajib Pajak pemilik saham pendiri yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, atas penghasilan dari transaksi penjualan saham pendiri
dikenakan Pajak Penghasilan sesuai dengan tarif umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994.

Pemilik saham pendiri diberikan kemudahan untuk memenuhi kewajiban pajaknya


berdasarkan perhitungan sendiri sesuai dengan ketentuan di atas. Dalam hal ini,
pemilik saham pendiri untuk kepentingan perpajakan dapat menghitung final atas
dasar anggapannya sendiri bahwa sudah ada penghasilan. Namun apabila pemilik
saham pendiri tidak memanfaatkan kemudahan tersebut, maka penghitungan Pajak
Penghasilannya dilakukan berdasarkan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku umum
sesuai dengan Pasal 17 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1994.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan
Perusahaan Modal Ventura dari
Transaksi Penjualan Saham atau
Pengalihan Penyertaan Modal Pada
Perusahaan Pasangan
Usahanya
Perusahaan Modal Ventura
Objek Pajak
Atas penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final. Perusahaan Pasangan Usaha tersebut adalah
perusahaan yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang melakukan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan perusahaan modal ventura di atas

adalah 0,1% (satu perseribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal (PP No. 4 tahun 1995).
Dalam hal transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal tersebut
dilakukan melalui bursa efek, maka pengenaan Pajak Penghasilannya dilakukan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa
efek.
Pengecualian

Atas penghasilan perusahaan modal Ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha yang tidak memenuhi ketentuan di atas
dikenakan Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Pajak
Penghasilan.
Mengingat perlakuan Pajak Penghasilan atas penghasilan dalam Peraturan Pemerintah ini berbeda
dengan perlakuan atas penghasilan lainnya, maka kepada perusahaan modal ventura diwajibkan
untuk melakukan pembukuan yang terpisah atas penghasilan maupun biaya yang berkaitan
dengan penghasilan dari transaksi penjualan saham ini.
Pajak Penghasilan Atas Dividen
yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri
Objek Pajak
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Tarif
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen) (Pasal 17 (2c) UU PPh).

Pemotong
Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen
Pajak Penghasilan
atas Penghasilan
dari
Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi
Objek Pajak
Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Pemotong
Pajak Penghasilan yang bersifat final di atas:
a. Dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa merupakan
pemotong pajak; atau
b. Disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak.
Jasa Konstruksi
(Pasal 4 (2) d UU PPh jo PP No. 51 Thn 2008 jo PP No. 40 tahun 2009).
Dalam hal Penyedia Jasa adalah bentuk usaha tetap, tarif Pajak Penghasilan tersebut tidak termasuk
Pajak Penghasilan atas sisa laba bentuk usaha tetap setelah Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Besarnya, Pajak Penghasilan yang dipotong atau disetor sendiri adalah:
a. Jumlah pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif Pajak Penghasilan di
atas; atau
b. Jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan taril Pajak
Penghasilan di atas dalam hal Pajak Penghasilan disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.

Jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan pembayaran di atas merupakan bagian


dari Nilai Kontrak Jasa Konstruksi.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Pengalihan Hak Atas Tanah
dan/atau Bangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016


Objek Pajak

a. Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh
pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para
pihak.
b. Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan beserta perubahannya, yaitu
penghasilan dari:
• Pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli pada saat
pertama kali ditandatangani atau
• Pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli sebelum
terjadinya perubahan atau adendum perjanjian pengikatan jual beli, atas terjadinya perubahan
pihak pembeli dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut
Tarif (Pasal 2(1) PP 34 Tahun 2016)

a. 2.5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
selain pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan;

b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa

Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;atau

c. 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah, badan

usaha milik negara yang mendapat penguasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah
yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Pemotong
a. Untuk transaksi penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,
penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain

pemerintah, PPh terutang wajib dibayar sendiri oleh pribadi atau badan yang
bersangkutan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) pada bank persepsi atau Kantor
Pos dan Giro, sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang ditanda
tangani oleh pejabat yang berwenang.
b. Untuk penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain yang
disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan
untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus, PPh terutang

dipungut oleh bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran


atau pejabat yang menyetujui tukar menukar.
Pengecualian
1. Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan denga jumlah bruto pengalihan kurang dari Rp60 juta dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

2. Orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara
hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Pengecualian
3. Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dgn cara hibah
kepada badan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil sepanjang hibah tersebut tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;

4. Pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris;

5. Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka
penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan
untuk menggunakan nilai buku;
Pengecualian

6. Orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan dalam rangka
melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang
milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau

7. Orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan pengalihan harta
berupa tanah dan/atau bangunan.

Pembebasan tersebut diberikan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).


Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Sewa Tanah dan/atau
Bangunan.
PP No.5 tahun 2002 ttdd PP No 34 tahun 2017
Pengertian
1. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan.
2. Penyewa adalah orang pribadi atau badan yang menyewa tanah dan/atau Bangunan dari pemilik atau
pihak yang menyewakan tanah dan/atau Bangunan.
3. Bangun Guna Serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak
atas tanah dan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada
investor untuk mendirikan Bangunan selama masa perjanjian dan mengalihkan kepemilikan Bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah investor mengoperasikan Bangunan tersebut atau
sebelum investor mengoperasikannya.
4. Investor adalah orang pribadi atau badan yang diberikan hak untuk mendirikan suatu Bangunan dan
menggunakan atau mengusahakan Bangunan berdasarkan perjanjian Bangun Guna Serah selama masa
perjanjian Bangun Guna Serah.
Objek Pajak Sewa Tanah dan/atau Bangunan

Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah
susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan, atau gedung
pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, Gudang dan bangunan

industri, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.


Objek Pajak Sewa Tanah dan/atau Bangunan

Termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan
pemegang hak atas tanah dari Investor terkait dengan pelaksanaan perjanjian Bangun
Guna Serah, meliputi:

a. penghasilan atas pembayaran berkala selama masa perjanjian Bangun Guna Serah;
b. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan sebelum perjanjian Bangun
Guna Serah berakhir;
c. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan atau seharusnya diserahkan
pada saat perjanjian Bangun Guna Serah berakhir; dan/atau
d. penghasilan lain terkait perjanjian Bangun Guna Serah, termasuk pembayaran terkait
bagi hasil penggunaan Bangunan dan denda perjanjian Bangun Guna Serah.
Bukan Objek Sewa Tanah dan/atau Bangunan

Tidak termasuk penghasilan yang


diterima atau diperoleh dari jasa pelayanan
penginapan beserta akomodasinya.
Tarif PPh Sewa Tanah dan/atau Bangunan

10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan
atau bangunan.

Jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang
oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan
tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, pemeliharaan, biaya
keamanaan dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun
yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang bersangkutan.
Pemotong
Pemotongan dilakukan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pemerintah, Subjek Pajak
badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Dalam penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak, selain yang tersebut di atas, PPh
disetor sendiri oleh yang menyewakan. Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak
Penghasilan adalah :
a. Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut
adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan; yang telah terdaftar
sebagai Wajib Pajak dalam negeri.
Penghasilan
tertentu lainnya
Penghasilan tertentu lainnya
Contoh :
1. PP No 41 Tahun 2016 Tentang Perlakuan PPh psl 21 atas
Penghasilan Pegawai dari Pemberi Kerja dengan Kriteria
Tertentu.

2. PP No 36 Tahun 2017 Tentang Pengenaan PPh atas


Penghasilan Tertentu berupa Harta bersih yang diperlakukan
atau dianggap sebagai Penghasilan.

3. PP No 29 TAHUN 2020 Tentang Fasilitas PPh dalam rangka


penanganan Covid-19
Penghasilan tertentu lainnya
4. PP No 46 Tahun 2013 diubah dengan PP No 23 Tahun
2018 Tentang : PPh dari Usah yang diterima atau
diperoleh WP yang memliliki Peredaran Bruto
Tertentu.

107/PMK.011/2013 diubah dengan 99/PMK.03/2018

SE - 42/PJ/2013 diubah terakhir dengan SE - 46/PJ/2020


Non Objek PPh
Pasal 4 Ayat (3)
Yang dikecualikan dari objek pajak:
a.1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

a.2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Yang dikecualikan dari objek pajak:
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan
khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;
Yang dikecualikan dari objek pajak

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor;
Yang dikecualikan dari objek pajak:

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf G,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
j. Dihapus; (Sebelumnya di UU No 17 thn 2000 berisi : bunga obligasi yang diterima atau diperoleh
perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian
ijin usaha;
Yang dikecualikan dari objek pajak:

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
• Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
• Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
Yang dikecualikan dari objek pajak:

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
HIBAH, BANTUAN, SUMBANGAN

PMK No 245/PMK.03/2008
TENTANG
BADAN-BADAN DAN ORANG PRIBADI YANG MENJALANKAN USAHA MIKRO DAN KECIL
YANG MENERIMA HARTA HIBAH, BANTUAN, ATAU SUMBANGAN YANG TIDAK
TERMASUK SEBAGAI OBJEK PAJAK PENGHASILAN

PMK No 90/PMK.03/2020
TENTANG BANTUAN ATAU SUMBANGAN, SERTA HARTA HIBAHAN YANG DIKECUALIKAN
SEBAGAI OBJEK PAJAK PENGHASILAN
HIBAH
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.03/2020 TENTANG
BANTUAN ATAU SUMBANGAN, SERTA HARTA HIBAHAN YANG DIKECUALIKAN SEBAGAI OBJEK
PAJAK PENGHASILAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 90/PMK.03/2020
dikecualikan sebagai objek Pajak
Harta hibahan yang diterima oleh : Penghasilan.
a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat;
b. badan keagamaan;
c. badan pendidikan Tidak ada hubungan dengan usaha,
Dgn syarat
d. badan sosial termasuk yayasan pekerjaan, kepemilikan, atau
e. koperasi; atau penguasaan di antara Pihak-Pihak
f. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang bersangkutan.
Sedarah dan Semenda
Yang dimaksud dengan “hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat” adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan
“hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke samping satu
derajat” adalah saudara.

Yang dimaksud dengan “keluarga semenda dalam garis keturunan lurus


satu derajat” adalah mertua dan anak tiri, sedangkan “hubungan keluarga
semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat” adalah ipar.

Adapun ketentuan mengenai keluarga sedarah dan semenda tersebar dalam Pasal 7 dan
Pasal 18 UU PPh; Pasal 2 UU PPN; Pasal 26 UU PPSP; dan Pasal 34, Pasal 51, serta
Pasal 57 UU Pengadilan Pajak.
HIBAH
Dalam hal terdapat hubungan kepemilikan atau penguasaan, harta hibahan
yang diterima tetap dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan sepanjang
Pihak penerima merupakan badan keagamaan, badan pendidikan, atau badan
sosial termasuk yayasan.

Dalam hal terdapat hubungan kepemilikan atau penguasaan, keuntungan


karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan tetap
dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan sepanjang Pihak pemberi dan
Pihak penerima merupakan badan keagamaan, badan pendidikan, atau badan
sosial termasuk yayasan.
HIBAH
Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat merupakan orang tua
kandung dan anak kandung.

Badan keagamaan merupakan badan yang tidak mencari keuntungan dengan kegiatan utamanya
mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan termasuk
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah mengenai Bantuan atau Sumbangan termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan
yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan.

Badan pendidikan sebagaimana merupakan badan yang tidak mencari keuntungan dengan
kegiatan utamanya menyelenggarakan pendidikan.
HIBAH
Badan sosial termasuk yayasan merupakan badan yang tidak mencari keuntungan dengan kegiatan
utamanya menyelenggarakan :
a. pemeliharaan kesehatan;
b. pemeliharaan orang lanjut usia atau panti jompo;
c. pemeliharaan anak yatim dan/atau piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang cacat;
d. santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan sejenisnya;
e. pemberian beasiswa; dan/atau
f. pelestarian lingkungan hidup.
HIBAH
Koperasi merupakan badan sebagaimana diatur dalam ketentuan
perundangan-undangan di bidang perkoperasian.

Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil


merupakan orang pribadi yang memiliki dan menjalankan usaha produktif yang
memenuhi kriteria:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta


rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki peredaran usaha setahun sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah).
CONTOH
Panti Jompo K yang merupakan badan sosial termasuk yayasan memperoleh hibah berupa sebidang
tanah dengan harga pasar tanah Rp600,000.000,00 dan harga perolehan Rp500.000.000,00 dari Yayasan
Q. Terdapat hubungan penguasaan antara Panti Jompo K dan Yayasan Q.

Berdasarkan kasus di atas, perlakuan atas hibah yang diterima Panti Jompo K:
1. Meskipun terdapat hubungan penguasaan antara Panti Jompo K dan Yayasan Q, hibah berupa tanah
tersebut tetap dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan, karena Panti Jompo K memenuhi
ketentuan sebagai badan sosial termasuk yayasan.
2. Tanah tersebut dicatat oleh Panti Jompo K sebesar nilai sisa buku fiskalnya (harga perolehannya)
yaitu Rp500.000.000,00 dan penyusutannya mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
OBJEK PAJAK BUT (Psl 5)
(1)Yang menjadi Obyek Pajak bentuk usaha tetap adalah :
a. penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut
dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai;
b. penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan
yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di
Indonesia;
c. penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima
atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif
antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud.
BUT
(2) Biaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf c boleh dikurangkan dari penghasilan bentuk usaha tetap.

(2) Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap :


a. biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan adalah biaya
yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap, yang besarnya
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
b. pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biaya
adalah :
1) royalti atau imbalan lainnya sehubungan penggunaan harta, paten, atau hak-hak
lainnya;
2) imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya
3) bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;
c. pembayaran sebagaimana tersebut pada huruf b yang diterima atau diperoleh dari
kantor pusat tidak dianggap sebagai Obyek Pajak, kecuali bunga yang berkenaan
dengan usaha perbankan.“
Dasar Perhitungan Pajak

TARIF NORMA NORMA


FINAL PENGHITUNGAN PENGHITUNGAN
UMUM PENGHASILAN KHUSUS
NETO
Psl 4 Ayat (2)
Psl 17 Psl 15
Psl 14
TARIF UMUM
Peredaran Penghasilan
Koreksi Fiskal Kredit Pajak
Bruto Kena Pajak
Psl 9 Psl 28 dan 24
Psl 4

Beban Kompensasi
Kerugian Pajak Terutang
Psl 6 dan 9
Psl 6 ayat (2) Psl 17 ayat (2a)

Pajak yang
kurang/lebih
bayar 28A, 29
PAJAK FINAL

Peredaran Pajak
Bruto Terutang
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
WP OP

Peredaran Pajak
Bruto Terutang
Penghasilan
Netto
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS

Peredaran Pajak
Bruto Terutang
Penghasilan
Netto
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai