Anda di halaman 1dari 15

TATA CARA PERHITUNGAN

PEMOTONGAN PPH PASAL 21 UNTUK


PEGAWAI TETAP

Nama Kelompok :
1. Sifah Nurhafifah
2. Adinda Dwiarti
3. Ahmad Yoga Erlangga
MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN (PPH)
PASAL 21 PEGAWAI TETAP GROSS UP

• Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima penghasilan dalam


jumlah tertentu secara teratur untuk waktu tidak tertentu. Untuk
penghitungan pajak penghasilan pegawai tetap Pasal 21, bisa
dilakukan dengan beberapa metode. Salah satunya adalah dengan
metode gross up, yaitu dengan tunjangan pajak.
SEKILAS PENGANTAR CARA
MENGHITUNG PPH 21

• Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima
oleh pegawai, bukan pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan lain sebagainya.
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak (PER) Nomor PER-16/PJ/2016, Dasar Pengenaan dan
Pemotongan PPh 21 adalah sebagai berikut:
• 1. Penerima penghasilan kena pajak, antara lain:
• Pegawai tetap
• Penerima pensiun berkala
• Pegawai tidak tetap dengan penghasilan per bulan melewati Rp 4.500.000
• Bukan pegawai seperti yang dimaksud dalam PER-16/PJ/2016 Pasal 3(c) yang menerima
imbalan yang sifatnya berkesinambungan.
• 2. Seseorang yang menerima penghasilan melebihi Rp 450.000 per hari, yang berlaku bagi
pegawai tidak tetap atau tenaga lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 bulan
kalender belum melebihi Rp 4.500.000.
• 3.  50% dari penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud
dalam PER-16/PJ/2016 Pasal 3(c) yang menerima imbalan yang tidak bersifat
berkesinambungan.
• 4. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima
penghasilan, sebagaimana yang dimaksud dalam tiga poin di atas.
• Selain dasar pengenaan dan pemotongan, perhitungan PPh 21 juga didasarkan atas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
PERHITUNGAN PPH 21 DENGAN PTKP

• Perhitungan PPh 21 selalu disesuaikan dengan tarif PTKP yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
PTKP yang tercantum pada Pasal 17 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008.
 adalah sebagai berikut:
• Rp 54.000.000 per tahun atau setara dengan Rp 4.500.000 per bulan untuk wajib pajak orang pribadi.
• Rp 4.500.000 per tahun atau setara Rp 375.000 per bulan tambahan untuk wajib pajak yang kawin (tanpa
tanggungan).
• Rp 4.500.000 per tahun atau setara Rp 375.000 per bulan tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus atau anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 (orang) untuk setiap keluarga.
• Adanya penyesuaian tarif PTKP membuat cara penghitungan PPh 21 juga mengalami perubahan.
• Ada 3 metode perhitungan PPh 21 yang paling umum, yaitu:
• 1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)
• Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang menanggung
PPh 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai tersebut belum dipotong PPh 21.
• Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai Rp
10.000.000, maka perhitungannya sebagai berikut:
• Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun

• Tarif PPh: 15%


• PPh 21 (yang ditanggung sendiri): Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
• Gaji bersih (take home pay): Rp 9.175.000
• 2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
• Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang diberikan
tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak yang dipotong.
• Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai Rp
10.000.000, maka perhitungannya:
• Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
•Tarif PPh: 15%
•Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
•Total gaji bruto: 10.825.000
•Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
•Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
•3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
•Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang mendapatkan
gaji bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan.
•Misalnya jika Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan sejumlah Rp
10.000.000, maka: perhitungannya:
•Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
•Total gaji bruto: Rp 10.000.000
•Tarif PPh 21: 15%
•Pajak yang ditanggung perusahaan: Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
•Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
•Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
CARA PERHITUNGAN PPH 21 KARYAWAN TETAP

• karyawan tetap adalah karyawan yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur atau pegawai yang berstatus kontrak dalam jangka waktu yang telah ditentukan, yang
menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
• Contoh Soal:
• Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika dengan status menikah dan mempunyai tiga
anak.
• Suami Sita merupakan pegawai negeri sipil di Kementrian Komunikasi & Informatika. Sita menerima gaji Rp
6.000.000 per bulan.
• PT. Onix Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan.
• Perusahaan membayarkan iuran pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni
senilai Rp 60.000 per bulan.
• Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,70%
dari gaji, sedangkan Sita membayar iuran (JHT) setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji.
• Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing sebesar 0,24% dan 0,3% dari gaji.
• Pada bulan Juli 2016, di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang lembur
(overtime) senilai Rp 2.000.000.

• Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :


• Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :

Gaji Pokok   6.000.000

(i) Tunjangan Lainnya (jika ada)   2.000.000

(ii) JKK 0,24%   14.400

JK 0,3%   18.000

Penghasilan Bruto   8.032.400

Pengurangan:    

1. (iii) Biaya jabatan 5% x 8.032.400 401.620  

2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok 120.000  

3. (iv) Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok 60.000  

    (581.620)
Penghasilan neto (bersih) sebulan   7.450.780

     

(v) Penghasilan neto setahun 12 x 7.450.780   89.409.360

(vi) PTKP 54.000.000  

    (54.000.000)

Penghasilan Kena Pajak Setahun   35.409.360

(vii) Pembulatan ke bawah   35.409.000

PPh Terutang 5% x 35.409.000   1.770.450

     

PPh Pasal 21 Bulan Juli: 1.770.450/12   147.538


CARA PERHITUNGAN PPH 21 KARYAWAN
DENGAN TUNJANGAN PAJAK

• Contoh Perhitungan PPh 21 secara manual untuk karyawan yang menerima tunjangan
pajak adalah sebagai berikut:
• Fahri bekerja pada PT Kartika Kawashima. Status-nya belum menikah dan tidak
mempunyai tanggungan dengan gaji bersih senilai Rp 5.500.000 sebulan.
• Perusahaan tempatnya bekerja memberikan tunjangan pajak penuh kepada Fahri
sejumlah Rp 35.167. Sementara, iuran pensiun yang dibayar Fahri adalah Rp
55.000 sebulan.
• Jadi, Contoh Hasil Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan Agustus 2016 bagi
Fahri yang tidak menerima penghasilan lain dari PT. Kartika Kawashima selain gaji
adalah:
Gaji Pokok            5.500.000

(i) Tunjangan Pajak                 35.167

Penghasilan bruto (kotor) sebulan            5.464.833

Pengurangan    

1. (iii) Biaya Jabatan: 5% x 5.464.833,00 = 276.758,00           276.758  

2. Iuran/Jaminan Pensiun, 1% dari gaji pokok             55.000  

3. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada             60.000  

              (331.758)
v) Penghasilan neto (bersih) sebulan            5.203.408

Penghasilan neto setahun 12 x 5.203.408,00          62.440.900

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)      54.000.000  

    (54.000.000)

(vii) Penghasilan Kena Pajak Setahun            8.440.000

PPh Terutang    

5% x 8.440.000,00               422.000

     

PPh Pasal 21 Bulan September = 422.000 / 12                 35.167

Jika wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka PPh 21 perlu dikalikan 120%, sehingga PPh
21 terutangnya menjadi Rp 35.167 x 120% = Rp 42.200.
CARA PERHITUNGAN PPH 21 KARYAWAN TIDAK
TETAP TIDAK BERKESINAMBUNGAN

• Berikut ini adalah cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tidak tetap
yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan:
• Ardi adalah pegawai tenaga lepas untuk desain grafis di PT. Cahaya Kurnia dengan
penghasilan Rp 5.000.000.
• Besarnya PPh 21 yang terutang adalah:
• 5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 125.000.
• Bila Aditya tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
• 120% x 5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 150.000.

Anda mungkin juga menyukai