Kelas : 1K34A
Matkul : Manajemen Perpajakan
Dosen : Irsan Lubis., S.E.,Ak.,M.Acc.,CA
Jawaban UTS
1. Prof. Smith, status kawin 1 anak, adalah seorang guru berasal dari Finlandia. Universitas
Finlandia mengirim Prof. Smith mengajar di Universitas Bisnis. Sesuai P3B selama 2 (dua)
tahun sejak kedatangannya dibebaskan dari PPh Pasal 21, ia datang di Indonesia pada 1
Desember 2017. Penghasilan neto selama setahun adalah Rp.480.000.000. Fasilitas yang
diperoleh adalah sewa tempat tempat tinggal dan sewa kendaraan yang ditanggung
Universitas Bisnis sebesar Rp.400.000.000/tahun. Sejak 1 Januari 2020 tempat tinggal dan
kendaraan akan diganti dengan tunjangan uang yang besarnya sama. Manakah keputusan
yang menguntungkan bagi Universitas Bisnis dari aspek pajak, apakah tetap memberikan
fasilitas tempat tinggal dan kendaraan atau memberikan tunjangan uang dengan nilai yang
sama ? Penjelasan disertai perhitungan.
Jawab:
Mengacu pada Pasal 4 ayat 1a UU PPh mengenai objek pajak penghasilan bahwa segala jenis
imbalan berupa Benefit in Cash merupakan Objek Pajak Penghasilan.
Mengacu pada Pasal 4 ayat 3d UU PPh mengenai bukan objek pajak penghasilan dimana
jenis imbalan berupa Benefit in kind merupakan bukan Objek Pajak Penghasilan dan tidak
dapat dibiayakan.
Maka keputusan yang menguntungkan bagi Universitas Bisnis adalah tempat tinggal dan
kendaraan diganti dengan tunjangan uang agar bisa dibiayakan dalam Laporan SPT Badan.
Dengan begitu ada potensi penurunan Laba Fiskal sehingga ada potensi penurunan Pajak
sebesar 22% dari IDR 400,000,000 (atau potensi penurunan pajak IDR 88,000,000).
2. Ika (24.855.957.7-412.000), menikah dan punya 3 anak, bekerja di PT. Jaya Abadi. Suaminya
PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Ika menerima gaji Rp.5.000.000,- sebulan.
Perusahaan mengikuti Program Pensiun dan BPJS Kesehatan. Setiap bulan perusahaan
membayar iuran pensiun sebesar Rp.60.000,- dan Ika membayar iuran pensiun sebesar
Rp.50.000,- Kemudian setiap bulan perusahaan membayar iuran Jaminan Hari Tua (JHT)
sebesar 3,7% dari gaji dan Ika membayar iuran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 2% dari gaji.
Premi Jaminan Kecelakaan (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) dibayar perusahaan dengan
jumlah sebesar 1% dan 0,3% dari gaji. Ika menerima uang lembur sebesar Rp.2.000.000,-
Apabila PT Jaya Abadi sedang mempertimbangkan penggunaan metode Gross dan Gross up
dalam menghitung PPh Pasal 21. Manakah metode yang lebih menguntungkan bagi
perusahaan dari aspek PPh 21. Jelaskan alas an disertai perhitungan
Jawab:
Karena Ika memiliki suami yang bekerja, maka status PTKPnya adalah TK/0.
Contoh perhitungan dengan metode Gross
Jika hanya mengacu pada PPh 21 perusahaan akan lebih untung dengan penggunaan
metode Gross karena PPh 21 akan lebih kecil dibanding dengan Gross UP. Selain itu
dengan metode grossup berarti perusahaan harus menanggung beban PPh21 dan
menambahkannya menjadi tunjangan PPh ke karyawan jadi akan lebih menguntungkan
bagi perusahaan menggunakan metode GROSS
3. Berikan saran kepada Anton, mana yang lebih menguntungkan dari aspek perpajakan
apakah Bentuk Usaha Perorangan atau Badan Hukum Perseroan Terbatas ? Berikan ilustrasi
penghitungannya.
JAWAB
Beban
Gaji, Komisi, dan lain lain 310,000,000 - 10,000,000 300,000,000
Premi Asuransi 17,500,000 - 1,000,000 16,500,000
Biaya Listrik dan telepon 58,000,000 - 2,000,000 56,000,000
Biaya Perjalanan Dinas 55,000,000 - 20,000,000 35,000,000
Biaya iklan dan promosi 50,000,000 - 10,000,000 40,000,000
Biaya Pemeliharaan 27,000,000 - 1,500,000 25,500,000
Penyusutan 220,125,000 220,125,000
Pajak dan Retribusi 22,000,000 - 16,500,000 5,500,000
Biaya Pengeluaran Lainnya 10,000,000 - 1,000,000 9,000,000
Total Beban 769,625,000 707,625,000
Anton lebih baik memilih usaha berbadan hukum daripada bentuk usaha perorangan. Hal
ini karena usaha berbadan hukum (Rp.85.453.500) memiliki beban PPh terutang lebih
rendah daripada bentuk usaha perorangan (Rp. 117.612.500). Jika dilihat dari persentase
juga lebih rendah badan Hukum (13%) disbanding perorangan (18%)