Anda di halaman 1dari 5

Contoh Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) Pegawai Tidak Tetap/ Tenaga Kerja

Lepas Upah Harian

Berikut diberikan contoh cara menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap/
Tenaga Kerja Lepas upah harian, upah satuan, dan upah borongan dalam situasi Pegawai Tidak Tetap/
Tenaga Kerja Lepas dengan upah Harian/ Satuan/ Borongan yang dibayar Harian/ Satuan/ Borongan dan
situasi dimana Pegawai Tidak Tetap/ Tenaga Kerja Lepas dengan upah Harian/ Satuan/ Borongan yang
dibayar bulanan

Upah Harian
Contoh 1
Jarwo dengan status belum menikah pada bulan Januari 20xx bekerja sebagai buruh harian PT Gubel. la
bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp200.000,00. Hitung PPh 21!

Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:
Upah sehari Rp 200.000,00
Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan Rp 450.000,00(-
pemotongan PPh )
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 0,00
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari Rp 0,00
Sampai dengan hari ke-22, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp4.500.000,00
maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong. Pada hari ke-23 jumlah kumulatif upah yang
diterima melebihi Rp4.500.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah
dikurangi PTKP yang sebenarnya.

Upah s.d hari ke-23 (Rp200.000,00 x 23) Rp 4.600.000,00


PTKP sebenarnya 23 x (Rp54.000.000,00/ 360) Rp 3.450.000,00(-
)
Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-23 Rp 1.150.000,00
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-23 5% x Rp 57.500,00
Rp1.150.000,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-22 Rp 0,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-23 Rp 57.500,00
Sehingga pada hari ke-23, upah bersih yang diterima Jarwo sebesar: Rp200.000,00 - Rp57.500,00=
Rp142.500,00

Misalkan Jarwo bekerja selama 24 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari
ke-24 adalah sebagai berikut :
Pada hari kerja ke-24, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:

Upah sehari Rp 200.000,00


PTKP sehari
- untuk WP sendiri (Rp 54.000.000,00: Rp 150.000,00(-
360) )
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000,00
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp50.000,00 =Rp 2.500,00
Sehingga pada hari ke-12, Jarwo menerima upah bersih sebesar: Rp200.000,00 - Rp2.500,00 =
Rp17.500,00

Contoh 2
Jufon (belum menikah) pada bulan Maret 20xx bekerja pada perusahaan PT Gudel, menerima upah
sebesar Rp500.000,00 per hari. Hitung PPh 21 !

Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21

Upah sehari Rp500.000,00


Upah sehari di atas Rp450.000,00
adalah: Rp500.000,00 - Rp 50.000,00
Rp450.000,00
PPh Pasal 21 5%xRp 50.000,00 = Rp.2.500,00

Pada hari ke-10 dalam bulan kalender yang bersangkutan, Jufon telah menerima penghasilan sebesar
Rp5.000.000,00, sehingga telah melebihi Rp4.500.000,00. Dengan demikian PPh Pasal 21 atas
penghasilan Jufon pada bulan Maret 2013 dihitung sebagai berikut:

Upah 10 hari kerja Rp 5.000.000,00


(10xRp500.000,00)
PTKP:10 x (Rp54.000.000,00/360) Rp 1.500.000,00(-
)
Penghasilan Kena Pajak Rp 3.500.000,00

PPh Pasal 21 = 5% x Rp 175.000,00


Rp3.500.000,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong
s.d hari ke-9: 9 x Rp2.500,00 Rp 22.500,00(-)
PPh Pasal 21 yang harus dipotong
pada hari ke-10 Rp 152.500,00
Jumlah sebesar Rp152.500,00 ini dipotongkan dari upah harian sebesar Rp500.000,00 sehingga upah
yang diterima Jufon pada hari kerja ke-10 adalah:
Rp500.000,00 - Rp152.500,00 = Rp347.500,00

Pada hari kerja ke-11 dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan, jumlah PPh Pasal 21
per hari yang dipotong adalah:

Upah sehari Rp 500.000,00


PTKP
- untuk WP sendiri (Rp54.000.000,00 : Rp 150.00,00(-)
360)
Penghasilan Kena Pajak Rp 350.000,00
PPh Pasal 21 terutang adalah 5% x Rp350.000,00 = Rp17.500,00

Upah yang diterimakan pada hari ke-11 sebesar Rp500.000,00 - Rp17.500,00 = Rp482.500,00
. Upah Pegawai tidak tetap dibayar secara bulanan
Dasar pengenaan pajak untuk pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan adalah
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 bulan kalender telah melebihi PTKP perbulan.

Contoh 1 (upah satuan):


Solmet belum menikah bekerja sebagai operator pabrik Tas pada PT. XYZ, Pada bulan Januari
2013 Solmet bekerja selama 24 hari, menyelesaikan 96 buah tas dan mendapatkan upah satuan Rp
35.500,-..
perhitungan PPh 21;
Upah Januari 2013 : 96 x Rp 35.500 = Rp 3.408.000,-
Penghasilan netto disetahunkan = Rp 40.896.000
PTKP setahun .................................= Rp 24.300.000,- (-)
Penghasilan kena pajak disetahunkan.= Rp 16.596.000,-
PPh disetahunkan 5% x 16.596.000..= Rp 829.800,-
PPh terutang Januari 829.800/12 ..... = Rp 69.150,-
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.

Contoh 2 (upah harian):


Jika Solmet pada contoh 1 menerima upah harian dengan upah Rp 130.000 per hari, berikut adalah
ilustrasi perhitungan PPh 21 nya;
Upah Januari 2013 : 24 hari x Rp 130.000 = Rp 3.120.000
Penghasilan netto disetahunkan .................= Rp 37.440.000
PTKP setahun..........................................= Rp 24.300.000
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan.......= Rp 13.140.000
PPh disetahunkan ..........5% x 1.095.000 = Rp 657.000
PPh terutang .......................................... = Rp 54.750
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.

2. Upah Pegawai tidak tetap dibayar tidak secara bulanan


Atas penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang tidak dibayar secara bulanan
atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 2.025.000, berlaku
ketentuan sebagai berikut sesuai pasal 12 PER-31/PJ./2012:

 tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata
penghasilan sehari belum melebihi Rp200.000,
 dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan
sehari melebihi Rp200.000, dan jumlah sebesar Rp200.000 tersebut merupakan jumlah yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah
satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender
melebihi Rp2.025.000, maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar
PTKP yang sebenarnya. PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang
sebenarnya yaitu PTKP setahun dibagi 360 hari.
Sedangkan jika jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender sudah melebihi Rp 7.000.000
PPh pasal 21 dihitung berdasarkan tarif pasal 17 ayat 1 UU KUP atas jumlah penghasilan kena pajak
yang disetahunkan (dikali 12).

Contoh 3 (upah satuan):


Jika pada contoh 1 diatas upah Solmet dibayar tidak secara bulanan dan dalam bulan Januari 2013
tersebut menyelesaikan dalam waktu 24 hari dan perhari menyelesaikan rata-rata 4 buah sepatu maka
perhitungan nya adalah sebagai berikut:
penghasilan perhari adalah 4 x Rp 35.500 = Rp 142.000

1. Pada hari pertama tidak dilakukan pemotongan karena tidak melebihi Rp 200.000
2. Begitu pula pada hari ke-14 tidak dilakukan pemotongan karena jumlah kumulatif dalam 1 bulan
tidak melebihi Rp 2.025.000 ( 4 buah x 14 hari x 35.500 = Rp 1.988.000 )
3. Sedangkan pada hari ke-15 karna telah melebihi jumlah kumulatif dalam 1 bulan melebihi Rp
2.025.000 harus dilakukan pemotongan dengan perhitungan sebagai berikut:
Upah hari ke-15: 4 buah x 15 hari x Rp 35.500 = Rp 2.130.000
PTKP sebenarnya 24.300.000 / 360 x 15 = Rp 1.012.500 (-)
Penghasilan kena pajak Rp 1.117.000 (dibulatkan)
PPh terutang sampai hari ke-15 5% x 1.117.000 = Rp 55.850

Jadi penghasilan seluruhnya yang harus dipotong selama 1 bulan adalah:


Upah selama satu bulan 4 buah x 24 hari x Rp 35.500 = Rp 3.408.000
PTKP sebenarnya 24.300.000 / 360 x 24 = Rp 1.620.000 (-)
Penghasilan kena pajak Rp 1.788.000
PPh terutang 5% x Rp 1.788.000 = Rp 89.400
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.

Contoh 4 (upah harian):


Jika pada contoh 2 diatas upah Solmet dibayar tidak secara bulanan, berikut perhitungan pph 21 nya.
Upah sehari .................... = Rp 130.000
batas upah harian ............ = Rp 200.000 (-)
Phkp ...............................= Rp 0
(pada hari pertama tidak dikenakan PPh karena tidak melebihi batas upah harian)

Solmet baru dilakukan pemotongan pph 21 pada hari ke-16 karena jumlah upah kumulatif nya pada hari
itu sudah lebih dari Rp 2.025.000.
Upah s/d hari ke-16 ........16 hari x Rp 130.000 = Rp 2.080.000
PTKP sebenarnya ........ 24.300.000 / 360 x 16 = Rp 1.080.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak ................................... = Rp 1.000.000
PPh terutang samapai hari ke-16 5% x 1.000.000= Rp 50.000

Jadi penghasilan seluruhnya yang harus dipotong selama 1 bulan adalah:


Upah selama satu bulan 24 hari x Rp 130.000 = Rp 3.120.000
PTKP sebenarnya 24.300.000 / 360 x 24 = Rp 1.620.000 (-)
Penghasilan kena pajak Rp 1.500.000
PPh terutang 5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.

Contoh 5 (upah mingguan)


Memet bekerja pada sebuah pabrik dengan menerima upah satu bulan sebesar Rp 7.000.000. selama
sebulan ini dia diberikan libur setiap hari minggu hingga hari tersebut di manfaatkan untuk pergi ke
rumah pacarnya yang letaknya lima langkah dari kontrakannya. Pada bulan September ini tidak
memperoleh lembur, sedangkan pembayaran upah dilakukan setiap akhir pekan ke-2 dan ke-4.
Berikut perhitungan pajak yang dipotong oleh pabrik dimana Memet bekerja.

a) Penghasilan yang terutang sebulan adalah;


Upah sebulan ................................................................... Rp 7.000.000
Upah yang disetahunkan (12 x Rp 7.000.000) Rp 84.000.000
PTKP ............................................................................ Rp 24.300.000 (-)
Penghasilan kena pajak disetahunkan ............... Rp 59.700.000
Tarif pasal 17 ayat 1 KUP ......................................... Rp 3.955.000
(5% x 50.000.000) + (15% x (59.700.000 - 50.000.000))
Penghasilan sebulan adalah (3.955.000 / 12) .... Rp 329.583

b) Pemotongan akhir pekan ke-2:


Upah minggu pertama dan kedua ...................... Rp 3.500.000
PTKP ..........................12 x ( 24.300.000 / 360) = Rp 810.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak ........................................ Rp 2.690.000
PPh yang dipotong .................................................... Rp 134.500

c) Pemotongan akhir pekan ke-4:


Penghasilan yang terutang sebulan (a) .............. Rp 329.583
Pemotongan ahkir pekan ke-2 (b) ........................ Rp 134.500 (-)
PPh yang dipotong ................................................... Rp 195.038

Bukti potong yang diterima oleh Memet pada bulan ini sebanyak satu buah bukti potong pph 21 tidak
final dengan jumlah penghasilan bruto sebesar Rp 7.000.000 dan PPh yang terutang Rp 329.583. PPh
terutang tersebut wajib disetor oleh pemberi kerja ke bank persepsi paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya (bukan hari libur).

Anda mungkin juga menyukai