Anda di halaman 1dari 4

BUATLAH CONTOH KASUS PERENCANAAN PAJAK:

1. PPh 21 di gross up dibanding dgn ditanggung perusahaan , hitung berapa


pengematan pajaknya?
Jawab :
a. Metode ‘Nett’

Perhitungan PPh 21 dengan menggunakan metode Nett adalah pemotongan


pajak dimana perusahaan yang menanggung pajak karyawannya.

Contoh,:

Pak Somad seorang lajang yang melamar kerja di PT. BUANA MERDEKA.
Dia mengajukan gaji sebesar Rp10.000.000 Nett dan perusahaan
menyetujuinya.

Sehingga potongan PPh 21 yang dikenakan pada Pak Somad dari


penghitungan jumlah gaji tersebut adalah di luar dari jumlah nominal
Rp10.000.000 itu.

Artinya, PPh 21 dari perhitungan nilai gaji Rp10.000.000 ditanggung oleh


perusahaan yang mempekerjakan Pak Nasrul.

Ilustrasi penghitungan metode Nett,

Ilustrasi tanpa penghitungan pengurang dari tunjangan, BPJS dan lainnya.

Gaji Pokok setahun = Rp10.000.000 x 12 bulan = Rp120.000.000

Biaya Jabatan setahun = 5% x Rp10.000.000 = Rp500.000 sebulan

= Rp500.000 x 12 bulan = Rp6.000.000 (-)

Penghasilan Neto = Rp119.000.000

PTKP (TK/0) = Rp54.000.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak = Rp65.400.000

PPh 21 Terutang:

5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000

15% x Rp16.400.000 = Rp2.310.000 (+)

PPh 21 Terutang setahun = Rp4.810.000

PPh 21 Terutang sebulan = Rp4.810.000 / 12 bulan = Rp400.833


Gaji yang diterima per bulan = Rp 400.833 dibayarkan oleh perusahaan = Rp10.000.000

b. Metode ‘Gross Up’

Cara menghitung pajak penghasilan dengan metode gross up ini artinya


memberikan tunjangan kepada karyawan sejumlah potongan pajak yang
ditentukan.

Contoh :

Pak Somad melamar kerja di PT. GEMA SAKTI dan masih lajang dengan
kesepakatan gaji adalah Rp10.000.000 dengan metode Gross Up. Ada biaya
jabatan dan tunjangan pajak.

Maka, penghasilan yang akan diterima Pak Somad nantinya mengikuti jumlah
tunjangan pajak yang diberikan perusahaan berdasarkan lapisan penghitung
yang digunakan untuk menentukan jumlah mendapatkan jumlah tunjangan
pajak tersebut.

Tunjangan Pajak ini dihitung berdasarkan besar Penghasilan Kena Pajak


dengan mengikuti formula Lapisan Penghasilan Kena Pajak, yaitu:

 Lapisan 1 => Penghasilan Kena Pajak Rp0 – Rp47.500.000


(Penghasilan Kena Pajak setahun – 0) x 5/95 + 0
 Lapisan 2 => Penghasilan Kena Pajak Rp47.500.000 – Rp217.500.000
(Penghasilan Kena Pajak setahun – Rp47.000.000 (Penghasilan Kena
Pajak setahun – Rp217.500.000) x 15/85 + Rp2.500.000
 Lapisan 3 => Penghasilan Kena Pajak lebih dari Rp217.500.000
(Penghasilan Kena Pajak setahun – Rp405.000.000 (Penghasilan Kena
Pajak setahun – Rp217.500.000) x 25/75 + 32.500.000
 Lapisan 4 => Penghasilan Kena Pajak lebih dari Rp405.000.000
(Penghasilan Kena Pajak setahun – Rp405.000.000) x 30/70 +
Rp95.000.000

Ilustrasi penghitungan metode Gross Up,


Berikut ilustrasi cara menghitung gaji dengan metode gross up dari gaji Pak
Somad yang sebesar Rp10.000.000 per bulan yang masih berstatus tidak
kawin dan tanpa tanggungan (TK/0):

Gaji Pokok setahun = Rp10.000.000 x 12 bulan = Rp120.000.000

Biaya Jabatan setahun = Rp10.000.000 x 5% = Rp500.000 (sebulan)

= Rp500.000 x 12 bulan = Rp6.000.000 (-)

Penghasilan Neto setahun = Rp114.000.000

PTKP (TK/0) = Rp54.000.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak = Rp60.000.000

= Rp60.000.000 – Rp47.500.000 x 15/85 +


Lapisan 2 = Rp4.705.882
Rp2.500.000

Tunjangan Pajak sebulan = Rp4.705.882 / 12 bulan = Rp392.156

Penghasilan Pokok: = (Gaji Pokok + Tunjangan PPh 21)

= Rp10.000.000 + Rp392.156 = Rp10.392.156

Penghasilan Bersih sebulan = (Gaji Pokok – Biaya Jabatan sebulan)

= Rp10.392.156 – Rp500.000 = Rp9.892.156

Penghasilan Bersih setahun = Rp10.392.156 x 12 bulan = Rp118.345.872

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Bersih – PTKP

= Rp118.345.872 – Rp54.000.000 = Rp64.345.872

PPh 21 Terutang:

5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000

15% x Rp14.345.872 = Rp2.151.880,8 (+)

= Rp4.651.880,8

PPh 21 Terutang sebulan = Rp4.651.880,8 / 12 = Rp387.656,7

Gaji yang diterima = Rp10.000.000 – Rp387.656,7 = Rp9.612.343,3

Kesimpulan :

Menurut saya dari kedua metode tersebut yang paling menguntungan yaitu tergantung
kondisi perusahaan, dan lapisan gaji karyawan. Jika kondisi perusahaan Rugi, maka
gross up tidak menguntungkan, karena pph 21 yang digross up bisa dibiayakan,
namun perusahaanya rugi tidak mengurangi pph badan, sebaliknya laba, maka gross
up menguntungkan. Lapisan gaji jika sudah diatas tarif 25 % (tarif pph badan) maka
gross up tidak menguntungkan, tetapi jika dibawah 25 % maka menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai