PPH PASAL 21
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
NB: Bagi pihak penerima penghasilan yang belum memiliki NPWP, perhitungan dilakukan
dengan mengalikan 120% dengan total pajak yang terutang.
Contoh Soal:
Penghasilan Tetap
Bapak Adi merupakan pegawai pada perusahaan PT. X, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji Rp8.000.000.
PT. X mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan
premi Jaminan Kematian yang dibayarkan oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
PT. X menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Adi membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.
Di samping, itu PT X juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.
PT X membayar iuran pensiun untuk Adi ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 200.000
Sedangkan Adi membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000 Pada bulan Juli 2016 Adi
hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2016
adalah sebagai berikut:
Jawaban:
Gaji : Rp 8,000,000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja : Rp 8,000,000 x 0.50% : Rp 40,000
Premi Jaminan Kematian : Rp 8,000,000 x 0.30% : Rp 24,000
Penghasilan Bruto : Rp 8,064,000
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x 8,064,000 : Rp 403,200
Iuran Pensiun : Rp 100,000
Iuran Jaminan Hari Tua : Rp 160,000
: Rp 663,200
Penghasilan Neto Sebulan : Rp 7,400,800
Penghasilan Neto Setahun 12 x Rp 7,400,800 : Rp 88,809,600
PTKP
WP : Rp 54,000,000
Nikah : Rp 4,500,000
: Rp 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) : Rp 30,309,600
PPh Pasal 21 Terhutang
5% x Rp 30,309,600 : Rp 1,515,480
PPh Pasal 21 Bulan Januari
Rp 1,515,480 / 12 : Rp 126,290
Pegawai Tidak Tetap
Tabel tarif dan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang dikenakan pada karyawan
tidak tetap atau karyawan lepas harian/borongan
Upah Harian
Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai
buruh harian PT Cita Indonesia. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian
sebesar Rp 450.000. Berapa PPh 21 yang dikenakan?
Jawaban:
Upah Sehari : Rp 450,000
Batas upah harian yg tidak dikenakan pajak : (Rp 450,000)
Penghasilan Kena Pajak Sehari :0
Hari ke-10:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 4,500,000 maka tidak
ada PPh Pasal 21 yang dipotong.
Hari ke-11:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 4,500,000 maka perhitungan
PPh 21 Nurcahyo adalah:
Upah s/d hari ke-11 : 11 x Rp 450,000 : Rp 4,950,000
PTKP sebenarnya : 11 x (Rp 54,000,000 / 360) :(Rp 1,650,000)
PKP s/d hari ke-11 : Rp 3,300,000
PPh 21 terutang : 5% x Rp 3,300,000 : Rp 165,000
PPh 21 yang dipotong s/d hari ke-10 :0
PPh 21 yang dipotong hari ke-11 : Rp 165,000
Sehingga pada hari ke-11, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 450,000 – Rp 165,000 = Rp 285,000
Hari ke-12:
Jika Nurcahyo bekerja sampai hari ke-12, maka perhitungan PPh 21 nya adalah:
Upah sehari : Rp 450,000
PTKP sebenarnya : Rp 54,000,000 / 360 : (Rp 150,000)
PKP : Rp 300.000
Upah Mingguan
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada suatu perusahaan elektronika. Perolehan upah Rizal Fahmi dihitung berdasarkan jumlah
unit pekerjaan yang dapat diselesaikan yaitu sebesar Rp 125,000 per TV dan dibayarkan setiap
minggu. Dalam 1 minggu (6 hari kerja), Rizal Fahmi dapat menyelesaikan pekerjaan sebanyak
24 buah TV dengan upah Rp 3,000,000. Berapa PPh 21nya?
Jawaban:
Upah sehari : Rp 3,000,000 / 6 : Rp 500,000
Upah di atas Rp 450,000 : Rp 500,000 – Rp 450,000 : Rp 50.000
PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50,000) = Rp 15,000
Upah Borongan
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp 950,000
pekerjaan yang diselesaikan dalam 2 hari. Berapa PPh 21nya?
Jawaban:
Upah borongan sehari : Rp 950,000 / 2 : Rp 475,000
Upah di atas Rp 450,000 : Rp 475,000 – Rp 450,000 : Rp 25,000
PPh 21 terutang: 2 x (5% x Rp 25,000) = Rp 2,500
Upah Harian / Satuan / Borongan / Honorarium / yang Diterima Tenaga Lepas yang
dibayarkan Bulanan
Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang
dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2016 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari dan upah
sehari sebesar Rp 250,000. Bagus sudah menikah tapi belum memiliki anak. Berapa PPh 21
bulan Januari?
Jawaban:
Upah Januari 2016 : 20 x Rp 250,000 : Rp 5,000,000
Penghasilan neto setahun : Rp 5,000,000 x 12 : Rp 60,000,000
PTKP
WP : Rp 54,000,000
Nikah : Rp 4,500,000
: Rp 58,500,000
PKP : Rp 1,500,000
Pada bulan yang sama (Januari), Bagus Hermanto menerima bonus kerja dari perusahaan
sebesar Rp 6,000,000. Berapa total PPh 21 terutang bulan Januari?
Jawaban:
Upah Januari 2016 : 20 x Rp 250,000 : Rp 5,000,000
Penghasilan setahun : Rp 5,000,000 x 12 : Rp 60,000,000
Bonus : Rp 6,000,000
Penghasilan neto setahun : Rp 66,000,000
PTKP
WP : Rp 54,000,000
Nikah : Rp 4,500,000
: Rp 58,500,000
PKP : Rp 7,500,000
Dina Aulia adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Sehat Abadi. Suami Dina Aulia
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai NPWP. Dina Aulia telah menyampaikan
fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu keluarga kepada pemotong
pajak. Dina Aulia hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar
asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut kepada PT.
Sehat Abadi. Pada tahun 2016, penghasilan yang diterima oleh Dina Aulia sebagai petugas dinas
luar asuransi dari PT. Sehat Abadi adalah sebagai berikut:
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2016 adalah:
Contoh Kasus Bukan Pegawai Menerima Penghasilan Berkesinambungan Tidak
Memperoleh Pengurang PTKP
Dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan
rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Abdul
Gopar, Sp.JP pada setiap akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr.
Abdul Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP
telah memiliki NPWP. Pada tahun 2016, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr.
Abdul Gopar, Sp.JP di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat adalah sebagai berikut:
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2016 adalah:
Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dibayar atau terutang hanya satu kali dalam satu tahun kalender
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
Dalam hal Mulyadi Santoso tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang
menjadi sebesar:
120% x 5% x 50% Rp 5,000,000 : Rp 150,000
Contoh penghitungan PPh 21 atas honorarium pengacara tidak berkesinambungan
Andre adalah seorang pengacara. Dalam menangani sebuah kasus, Andre mendapatkan
honorarium sebesar Rp 450,000,000 dari PT Gerindo.
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh pasal 21 atas honorarium Andre dihitung sebagai berikut:
50% × Rp 450,000,000 = Rp 225,000,000
PPh pasal 21 yang terutang adalah sebesar Rp 28,750,000 dihitung sebagai berikut:
1. Penerapan tarif PPh lapisan pertama:
5% × Rp 50,000,000 = Rp 2,500,000
3. PPh 21 terutang:
Rp 2,500,000 + Rp 26,250,000 = Rp28.750.000
Jika Andre tidak memiliki NPWP, besarnya PPh 21 yang terutang menjadi Rp 34,500,000
dihitung sebagai berikut:
3. PPh 21 terutang:
Rp 3,000,000 + Rp 31,500,000 = Rp 34,500,000
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli Dengan Penghasilan Berkesinambungan.
A. Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Lebih Dari Satu Pemberi Kerja.
Sebagai ilustrasi pada Tahun 2016, Saudari dr. Rahmayanti adalah seorang dokter
umum yang membuka praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Atas jasa
tersebut sesuai dengan perjanjian tertulis, Beliau mendapatkan bagi hasil (Profit Sharing)
sebesar 75%, sisanya 25% adalah bagian penerimaan untuk rumah sakit RSCM tersebut.
Selain itu Beliau juga membuka praktek dokter di RS Islam Jakarta.
Data penghasilan bruto yang diperoleh dr. Rahmayanti dari praktek di Rumah Sakit
RSCM selama Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Bulan Penghasilan Bruto Jumlah
January 45.000.000 45.000.000
February 38.000.000 83.000.000
March 28.000.000 111.000.000
April 44.000.000 155.000.000
May 48.000.000 203.000.000
June 65.000.000 268.000.000
July 57.500.000 325.500.000
August 45.000.000 370.500.000
September 48.000.000 418.500.000
October 49.000.000 467.500.000
November 48.000.000 515.500.000
December 67.000.000 582.500.000
Total 582.500.000 582.500.000
Angsuran pembayaran PPh 21 Terutang dilakukan sesuai dengan jumlah nominal per bulannya,
dengan masa jatuh tempo adalah paling lambat setiap Tanggal 10 pada bulan berikutnya.
Apabila pada Tanggal 10 tersebut bersamaan dengan hari libur dan cuti bersama nasional, maka
jadwal pembayarannya dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Terutama pada saat pelaporan SPT Tahunan, Anda juga bisa memeriksa seberapa besar nilai PPh
21 Terutang yang belum Anda bayar.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Penghasilan Kena Tarif PPh 21
Deskripsi Penghasilan Pajak Pasal 17 Terutang
sd 50 Juta 50,000,000 5% 2,500,000
50 sd 250 juta 200,000,000 15% 30,000,000
250 sd 500 Juta 41,250,000 25% 10,312,500
Total 291,250,000 42,812,500
B. Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Hanya Dari Satu Pemberi Kerja.
Apabila dalam satu Tahun Periode Pajak Tenaga Ahli tersebut memperoleh
penghasilan berkesinambungan hanya dari satu pemberi kerja, maka mereka bisa
mengajukan pengurangan penghasilan kena pajak berupa Tunjangan PTKP.
Syarat utama Tenaga Ahli yang mendapat tunjangan PTKP tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mendapatkan penghasilan hanya dari satu pemberi kerja ;
2. Memiliki NPWP;
3. Fotocopy NPWP Suami bagi wanita kawin beserta Surat Nikah, dan Kartu Keluarga ;
Sebagai ilustrasi dari data dr. Rahmayanti diatas. Beliau memiliki suami yang
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak serta memiliki NPWP dan bekerja di PT. Anugrah. dr.
Rahmayanti melampirkan fotocopy NPWP Suami, Surat Nikah dan Kartu Keluarga. dr.
Rahmayanti hanya bekerja membuka praktek di Rumah Sakit RSCM saja, dan memiliki
Surat Pernyataan secara tertulis kepada rumah sakit tersebut.
PT. Ortax Indonesia melakukan pembayaran Uang Pesangon kepada Reno Purnomo (Ber-
NPWP) secara bertahap dengan jadwal pembayaran sebagai berikut:
Dengan demikian, Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebagai berikut:
a. Pada Tanggal 01 Januari 2014:
0% x Rp 50,000,000 : Rp 0
5% x Rp 50,000,000 : Rp 2,500,000
15% x Rp 140,000,000 : Rp 21.000.000 (+)
: Rp 23,500,000
Oleh karena pembayaran Uang Pesangon sudah memasuki tahun ketiga maka tarif
PPh Pasal 21 untuk Uang Pesangon yang dibayarkan pada bulan Januari 2016 adalah
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan dan pemotongan PPh
21 pada bulan Januari 2016 tidak bersifat Final. Berikut Perhitungan PPh Pasal 21 untuk
bulan Januari 2016:
5% x Rp 50,000,000 : Rp 2,500,000
15% x Rp 70,000,000 : Rp 10.500.000 (+)
: Rp 13,000,000
Contoh Kasus Uang Manfaat Pensiun:
Anies Tambunan (Ber-NPWP) berhak atas manfaat pensiun sebesar Rp 300,000,000 dari
Dana Pensiun PT. Ortax Indonesia. Anies meminta pembayaran sekaligus atas manfaat pensiun
sebesar 20% dari manfaat pensiun dan sisanya (80% dari manfaat pensiun) dibayarkan secara
bulanan. Dana pensiun PT. Ortax Indonesia membayarkan Uang Manfaat Pensiun yang
dibayarkan sekaligus sebesar 20% x Rp 600,000,000: Rp 120,000,000
Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat pensiun yang
dibayarkan secara sekaligus:
0% x Rp 50,000,000 : Rp 0
5% x Rp 70,000,000 : Rp 3.500.000 (+)
: Rp 3,500,000