Anda di halaman 1dari 17

1.

PPH PASAL 21
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.

Kategori jenis penghasilan yang dikenakan PPh 21, seperti:


a. Penghasilan bagi Pegawai Tetap
b. Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap
c. Penghasilan bagi Bukan Pegawai
d. Penghasilan yang dikenakan PPh 21 Final
e. Penghasilan Lainnya

Wajib Pajak atas PPh Pasal 21


a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari akuntan, arsitek,
pengacara, dokter, konsultan, aktuaris, penilai, dan notaris.
b. Bintang film, pemain musik, penyanyi, pembawa acara, bintang iklan, bintang
sinetron, peragawan, kru film, sutradara, foto model, pelukis, pemain drama, penari,
pemahat, dan seniman lainnya.
c. Olahragawan, pelatih, penyuluh, pengajar, penasihat, moderator, dan penceramah.
d. Peneliti, pengarang, dan penerjemah.
e. Penyedia jasa komputer dan sistem aplikasi, fotografi, teknik, telekomunikasi,
ekonomi, elektronika, sosial dan penyedia jasa kepanitiaan.
f. Petugas dinas luar asuransi, direct selling, distributor perusahaan multi-level
marketing, petugas penjaja barang dagangan.
g. Dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap perusahaan atau
anggota dewan komisaris. Penerima penghasilan atas keikutsertaan dalam kegiatan
seperti peserta perlombaan dan seni dalam segala bidang termasuk perlombaan
olahraga,ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ketangkasan dan jenis perlombaan
lainnya.
h. Peserta pertemuan, sidang, konferensi, kunjungan kerja, dan peserta rapat. Peserta
pendidikan dan pelatihan, peserta kegiatan lainnya.
i. Mantan pegawai.
Objek Pajak PPh Pasal 21
A. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan
pembayaran lain sejenis.
4) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan.
5) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
6) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

B. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21


1) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
2) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan
yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh
Pemerintah, merupakan penerimaan.
3) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau Badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
4) Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari Badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
5) Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (3) huruf l Undang-
Undang Pajak Penghasilan.

NB: Bagi pihak penerima penghasilan yang belum memiliki NPWP, perhitungan dilakukan
dengan mengalikan 120% dengan total pajak yang terutang.
Contoh Soal:
 Penghasilan Tetap

Bapak Adi merupakan pegawai pada perusahaan PT. X, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji Rp8.000.000.

PT. X mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan
premi Jaminan Kematian yang dibayarkan oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.

PT. X menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Adi membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.
Di samping, itu PT X juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.

PT X membayar iuran pensiun untuk Adi ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 200.000
Sedangkan Adi membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000 Pada bulan Juli 2016 Adi
hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2016
adalah sebagai berikut:

Jawaban:
Gaji : Rp 8,000,000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja : Rp 8,000,000 x 0.50% : Rp 40,000
Premi Jaminan Kematian : Rp 8,000,000 x 0.30% : Rp 24,000
Penghasilan Bruto : Rp 8,064,000
Pengurangan
 Biaya Jabatan 5% x 8,064,000 : Rp 403,200
 Iuran Pensiun : Rp 100,000
 Iuran Jaminan Hari Tua : Rp 160,000
: Rp 663,200
Penghasilan Neto Sebulan : Rp 7,400,800
Penghasilan Neto Setahun 12 x Rp 7,400,800 : Rp 88,809,600
PTKP
 WP : Rp 54,000,000
 Nikah : Rp 4,500,000
: Rp 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) : Rp 30,309,600
PPh Pasal 21 Terhutang
 5% x Rp 30,309,600 : Rp 1,515,480
PPh Pasal 21 Bulan Januari
 Rp 1,515,480 / 12 : Rp 126,290
 Pegawai Tidak Tetap

Tabel tarif dan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang dikenakan pada karyawan
tidak tetap atau karyawan lepas harian/borongan

Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Sebulan Tarif dan DPP


< Rp 450,000 < Rp 4,500,000 Tidak ada PPh 21
> Rp 450,000 < Rp 4,500,000 5% x (Upah – Rp 450,000)
< Rp 450,000
> Rp 4,500,000 5% x (Upah – (PTKP / 360)
> Rp 450,000
< Rp 450,000
> Rp 10,200,000 Tarif sesuai UU PPh Pasal 17
> Rp 450,000

Upah Harian

Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai
buruh harian PT Cita Indonesia. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian
sebesar Rp 450.000. Berapa PPh 21 yang dikenakan?

Jawaban:
Upah Sehari : Rp 450,000
Batas upah harian yg tidak dikenakan pajak : (Rp 450,000)
Penghasilan Kena Pajak Sehari :0
Hari ke-10:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 4,500,000 maka tidak
ada PPh Pasal 21 yang dipotong.
Hari ke-11:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 4,500,000 maka perhitungan
PPh 21 Nurcahyo adalah:
Upah s/d hari ke-11 : 11 x Rp 450,000 : Rp 4,950,000
PTKP sebenarnya : 11 x (Rp 54,000,000 / 360) :(Rp 1,650,000)
PKP s/d hari ke-11 : Rp 3,300,000
PPh 21 terutang : 5% x Rp 3,300,000 : Rp 165,000
PPh 21 yang dipotong s/d hari ke-10 :0
PPh 21 yang dipotong hari ke-11 : Rp 165,000
Sehingga pada hari ke-11, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 450,000 – Rp 165,000 = Rp 285,000

Hari ke-12:
Jika Nurcahyo bekerja sampai hari ke-12, maka perhitungan PPh 21 nya adalah:
Upah sehari : Rp 450,000
PTKP sebenarnya : Rp 54,000,000 / 360 : (Rp 150,000)
PKP : Rp 300.000

PPh 21 terutang : 5% x Rp 300,000 : Rp 15,000


Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
Rp 450,000 – Rp 15,000 = Rp 435,000

Upah Mingguan
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada suatu perusahaan elektronika. Perolehan upah Rizal Fahmi dihitung berdasarkan jumlah
unit pekerjaan yang dapat diselesaikan yaitu sebesar Rp 125,000 per TV dan dibayarkan setiap
minggu. Dalam 1 minggu (6 hari kerja), Rizal Fahmi dapat menyelesaikan pekerjaan sebanyak
24 buah TV dengan upah Rp 3,000,000. Berapa PPh 21nya?

Jawaban:
Upah sehari : Rp 3,000,000 / 6 : Rp 500,000
Upah di atas Rp 450,000 : Rp 500,000 – Rp 450,000 : Rp 50.000
PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50,000) = Rp 15,000

Upah Borongan
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp 950,000
pekerjaan yang diselesaikan dalam 2 hari. Berapa PPh 21nya?

Jawaban:
Upah borongan sehari : Rp 950,000 / 2 : Rp 475,000
Upah di atas Rp 450,000 : Rp 475,000 – Rp 450,000 : Rp 25,000
PPh 21 terutang: 2 x (5% x Rp 25,000) = Rp 2,500

Upah Harian / Satuan / Borongan / Honorarium / yang Diterima Tenaga Lepas yang
dibayarkan Bulanan
Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang
dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2016 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari dan upah
sehari sebesar Rp 250,000. Bagus sudah menikah tapi belum memiliki anak. Berapa PPh 21
bulan Januari?
Jawaban:
Upah Januari 2016 : 20 x Rp 250,000 : Rp 5,000,000
Penghasilan neto setahun : Rp 5,000,000 x 12 : Rp 60,000,000
PTKP
 WP : Rp 54,000,000
 Nikah : Rp 4,500,000
: Rp 58,500,000
PKP : Rp 1,500,000

PPh 21 terutang setahun : 5% x Rp 1,500,000 : Rp 75,000


PPh 21 terutang sebulan : Rp 75,000 / 12 : Rp 6,250

Pada bulan yang sama (Januari), Bagus Hermanto menerima bonus kerja dari perusahaan
sebesar Rp 6,000,000. Berapa total PPh 21 terutang bulan Januari?

Jawaban:
Upah Januari 2016 : 20 x Rp 250,000 : Rp 5,000,000
Penghasilan setahun : Rp 5,000,000 x 12 : Rp 60,000,000
Bonus : Rp 6,000,000
Penghasilan neto setahun : Rp 66,000,000
PTKP
 WP : Rp 54,000,000
 Nikah : Rp 4,500,000
: Rp 58,500,000
PKP : Rp 7,500,000

PPh 21 terutang Gaji + Bonus : 5% x Rp 7,500,000 : Rp 375,000


PPh 21 terutang Bonus : Rp 375,000 – Rp 75,000 : Rp 300.000
Sehingga total PPh 21 Bambang Hermanto pada bulan Januari adalah sebesar:
PPh 21 terutang bulan Januari : Rp 300,000 + Rp 6,250 : Rp 306,250
Jenis Profesi Bukan Pegawai
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, seperti Pengacara, Akuntan, Arsitek,
Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, serta Aktuaris.
2. Pemain Musik, Pembawa Acara, Penyanyi, Pelawak, Artis, Sutradara, Kru Film, Foto
Model, Peragawan/Peragawati, Pemain Drama, Penari, Pemahat, Pelukis, dan seniman
lainnya.
3. Olahragawan.
4. Penasihat, Pengajar, Pelatih, Penceramah, Penyuluh, serta Moderator.
5. Pengarang, Peneliti, serta Penerjemah.
6. Para pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial.
7. Agen periklanan.
8. Pengawas serta Pengelola Proyek.
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantaranya.
10. Para petugas penjaja barang dagangan.
11. Para petugas dinas luar asuransi.
12. Distributor perusahaan multilevel marketing (MLM) atau kegiatan sejenis lainnya.

Tarif PPh Pasal 21 Bukan Pegawai


1. PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan Memperoleh PTKP, dihitung secara
kumulatif dengan rumus ((50% x Penghasilan Bruto)-PTKP Sebulan) x Tarif Pasal
17.
2. PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan Tidak Memperoleh PTKP, dihitung
secara kumulatif dengan rumus (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17.
3. Dan PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan, dihitung dengan rumus
(50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17.

Contoh Kasus Bukan Pegawai Menerima Penghasilan Berkesinambungan Memperoleh


Pengurang PTKP

Dina Aulia adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Sehat Abadi. Suami Dina Aulia
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai NPWP. Dina Aulia telah menyampaikan
fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu keluarga kepada pemotong
pajak. Dina Aulia hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar
asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut kepada PT.
Sehat Abadi. Pada tahun 2016, penghasilan yang diterima oleh Dina Aulia sebagai petugas dinas
luar asuransi dari PT. Sehat Abadi adalah sebagai berikut:
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2016 adalah:

 
Contoh Kasus Bukan Pegawai Menerima Penghasilan Berkesinambungan Tidak
Memperoleh Pengurang PTKP

Dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan
rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Abdul
Gopar, Sp.JP pada setiap akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr.
Abdul Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP
telah memiliki NPWP. Pada tahun 2016, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr.
Abdul Gopar, Sp.JP di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat adalah sebagai berikut:

 
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2016 adalah:
 

PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan

Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dibayar atau terutang hanya satu kali dalam satu tahun kalender
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Contoh Kasus Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan

Mulyadi Santoso melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Komputer Canggih


dengan fee sebesar Rp 5,000,000
 
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
5% x 50% Rp 5,000,000 : Rp 125,000

Dalam hal Mulyadi Santoso tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang
menjadi sebesar:
120% x 5% x 50% Rp 5,000,000 : Rp 150,000
Contoh penghitungan PPh 21 atas honorarium pengacara tidak berkesinambungan
Andre adalah seorang pengacara. Dalam menangani sebuah kasus, Andre mendapatkan
honorarium sebesar Rp 450,000,000 dari PT Gerindo.

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh pasal 21 atas honorarium Andre dihitung sebagai berikut:
50% × Rp 450,000,000 = Rp 225,000,000

PPh pasal 21 yang terutang adalah sebesar Rp 28,750,000 dihitung sebagai berikut:
1. Penerapan tarif PPh lapisan pertama:
5% × Rp 50,000,000 = Rp 2,500,000

2. Penerapan tarif PPh lapisan kedua:


15% × Rp 175,000,000 = Rp 26,250,000

3. PPh 21 terutang:
Rp 2,500,000 + Rp 26,250,000 = Rp28.750.000

Jika Andre tidak memiliki NPWP, besarnya PPh 21 yang terutang menjadi Rp 34,500,000
dihitung sebagai berikut:

1. Penerapan tarif PPh lapisan pertama:


120% × 5% × Rp 50,000,000 = Rp 3,000,000

2. Penerapan tarif PPh lapisan kedua:


120% × 15% × Rp 175,000,000 = Rp 31,500,000

3. PPh 21 terutang:
Rp 3,000,000 + Rp 31,500,000 = Rp 34,500,000
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli Dengan Penghasilan Berkesinambungan.
A. Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Lebih Dari Satu Pemberi Kerja.
Sebagai ilustrasi pada Tahun 2016, Saudari dr. Rahmayanti adalah seorang dokter
umum yang membuka praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Atas jasa
tersebut sesuai dengan perjanjian tertulis, Beliau mendapatkan bagi hasil (Profit Sharing)
sebesar 75%, sisanya 25% adalah bagian penerimaan untuk rumah sakit RSCM tersebut.
Selain itu Beliau juga membuka praktek dokter di RS Islam Jakarta.

Data penghasilan bruto yang diperoleh dr. Rahmayanti dari praktek di Rumah Sakit
RSCM selama Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Bulan Penghasilan Bruto Jumlah
January 45.000.000 45.000.000
February 38.000.000 83.000.000
March 28.000.000 111.000.000
April 44.000.000 155.000.000
May 48.000.000 203.000.000
June 65.000.000 268.000.000
July 57.500.000 325.500.000
August 45.000.000 370.500.000
September 48.000.000 418.500.000
October 49.000.000 467.500.000
November 48.000.000 515.500.000
December 67.000.000 582.500.000
Total 582.500.000 582.500.000

Rumus Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli Penghasilan Berkesinambungan Yang Menerima


Penghasilan Lebih Dari Satu Pemberi Kerja:

(Penghasilan Bruto X 50%) X Tarif Pasal 17


Penghasilan Bruto dihitung secara kumulatif
Perhitungan PPh 21 Tenaga Ahli Penghasilan Berkesinambungan Yang Menerima
Penghasilan Lebih Dari Satu Pemberi Kerja 

(Dalam Ribuan Rupiah)


(6) = (3) X
(1) (2) (3) (4) (5) (5)
Bulan PB PKP PKP Tarif PPh 21
Kumulatif Pasal 17 Terutang
Jan 45.000 22.500 22.500 5% 1.125
Feb 38.000 19.000 41.500 5% 950
Mar 28.000 8.500 50.000 5% 425
- 5.500 55.500 15% 825
Apr 44.000 22.000 77.500 15% 3.300
May 48.000 24.000 101.500 15% 3.600
Jun 65.000 32.500 134.000 15% 4.875
Jul 57.500 28.750 162.750 15% 4.313
Aug 45.000 22.500 185.250 15% 3.375
Sept 48.000 24.000 209.250 15% 3.600
Oct 49.000 24.500 233.750 15% 3.675
Nov 48.000 16.250 250.000 15% 2.438
- 7.750 257.750 25% 1.938
Dec 67.000 33.500 291.250 25% 8.375
TOTAL 582.500 291.250 291.250 42.813
Catatan:
PB: Penghasilan Bruto
PKP: Penghasilan Kena Pajak

Total pajak penghasilan PPh 21 adalah sebesar Rp. 42,812,500

Angsuran pembayaran PPh 21 Terutang dilakukan sesuai dengan jumlah nominal per bulannya,
dengan masa jatuh tempo adalah paling lambat setiap Tanggal 10 pada bulan berikutnya.

Apabila pada Tanggal 10 tersebut bersamaan dengan hari libur dan cuti bersama nasional, maka
jadwal pembayarannya dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran angsuran pph 21 ini adalah sebesar 2% per


bulan dihitung sejak tanggal jatuh tempo.

Perhitungan Cepat Total PPh 21 Terutang


Sebagai gambaran ringkas dan pemahaman tentang perhitungan PPh 21 Tenaga Ahli diatas,
Anda bisa melakukan perhitungan secara global untuk memeriksa apakah perhitungan tersebut
nilainya adalah benar.

Terutama pada saat pelaporan SPT Tahunan, Anda juga bisa memeriksa seberapa besar nilai PPh
21 Terutang yang belum Anda bayar.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Penghasilan Kena  Tarif PPh 21
Deskripsi Penghasilan Pajak Pasal 17 Terutang
sd 50 Juta 50,000,000 5% 2,500,000
50 sd 250 juta 200,000,000 15% 30,000,000
250 sd 500 Juta 41,250,000 25% 10,312,500
Total 291,250,000 42,812,500

B. Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Hanya Dari Satu Pemberi Kerja.
Apabila dalam satu Tahun Periode Pajak Tenaga Ahli tersebut memperoleh
penghasilan berkesinambungan hanya dari satu pemberi kerja, maka mereka bisa
mengajukan pengurangan penghasilan kena pajak berupa Tunjangan PTKP.

Syarat utama Tenaga Ahli yang mendapat tunjangan PTKP tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mendapatkan penghasilan hanya dari satu pemberi kerja ;
2. Memiliki NPWP;
3. Fotocopy NPWP Suami bagi wanita kawin beserta Surat Nikah, dan Kartu Keluarga ;

Sebagai ilustrasi dari data dr. Rahmayanti diatas. Beliau memiliki suami yang
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak serta memiliki NPWP dan bekerja di PT. Anugrah. dr.
Rahmayanti melampirkan fotocopy NPWP Suami, Surat Nikah dan Kartu Keluarga. dr.
Rahmayanti hanya bekerja membuka praktek di Rumah Sakit RSCM saja, dan memiliki
Surat Pernyataan secara tertulis kepada rumah sakit tersebut.

Rumus Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli Penghasilan Berkesinambungan yang Memperoleh


Penghasilan Hanya Dari Satu Pemberi Kerja 

(Penghasilan Bruto X 50%) – PTKP) X Tarif Pasal 17


Penghasilan Bruto Dihitung Secara Kumulatif
Perhitungan PPh 21 Tenaga Ahli Penghasilan Berkesinambungan yang Memperoleh
Penghasilan Hanya Dari Satu Pemberi Kerja

(Dalam Ribuan Rupiah)


(1) (2) (3) (4) (5) = (3) - (4)
Bulan  PB PB X 50% PTKP PKP
 
Jan 45.000 22.500 4.500 18.000
Feb 38.000 19.000 4.500 14.500
Mar 28.000 14.000 4.500 9.500
Apr 44.000 22.000 4.500 8.000
9.500
May 48.000 24.000 4.500 19.500
Jun 65.000 32.500 4.500 28.000
Jul 57.500 28.750 4.500 24.250
Aug 45.000 22.500 4.500 18.000
Sep 48.000 24.000 4.500 19.500
Oct 49.000 24.500 4.500 20.000
Nov 48.000 24.000 4.500 19.500
Dec 67.000 33.500 4.500 29.000
TOTAL 582.500 291.250 54.000 237.250

(Dalam Ribuan Rupiah)


(1) (5) (6) (7) (8) = (5) x (7)
Bulan (Pindahan) Kumulatif Tarif PPh 21
PKP Pasal 17 Terhutang
Jan 18.000 18.000 5% 900
Feb 14.500 32.500 5% 725
Mar 9.500 42.000 5% 475
Apr 8.000 50.000 5% 400
9.500 59.500 15% 1.425
May 19.500 79.000 15% 2.925
Jun 28.000 107.000 15% 4.200
Jul 24.250 131.250 15% 3.638
Aug 18.000 149.250 15% 2.700
Sep 19.500 168.750 15% 2.925
Oct 20.000 188.750 15% 3.000
Nov 19.500 208.250 15% 2.925
Dec 29.000 237.250 15% 4.350
TOTAL 237.250 237.250 30.588
Catatan:
PB: Penghasilan Bruto
PKP: Penghasilan Kena Pajak
PTKP: Penghasilan Tidak Kena Pajak
Perhitungan Cepat Total PPh 21 Terutang
Cross-check Data Pajak PPh 21 Terutang dari tabel diatas dengan menghitung Total Penghasilan
Kena Pajak dikalikan dengan Tarif PPh Pasal 17:

Penghasilan Kena  Tarif PPh 21


Deskripsi Penghasilan Pajak Pasal 17 Terutang
sd 50 Juta 50.000.000 5% 2.500.000
50 sd 250 juta 187.250.000 15% 28.087.500
Total 237.250.000 30.587.500

Penghitungan PPh Pasal 21 Mantan Pegawai

PPh Pasal 21: Penghasilan Bruto Kumulatif x Tarif PPh Pasal 17

PT. Ortax Indonesia melakukan pembayaran Uang Pesangon kepada Reno Purnomo (Ber-
NPWP) secara bertahap dengan jadwal pembayaran sebagai berikut:

01 Januari 2014 Rp 240,000,000


07 Juni 2015 Rp 120,000,000
25 Juli 2015 Rp 120,000,000
01 Januari 2016 Rp 120,000,000

Dengan demikian, Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebagai berikut:
a. Pada Tanggal 01 Januari 2014:
0% x Rp 50,000,000 : Rp 0
5% x Rp 50,000,000 : Rp 2,500,000
15% x Rp 140,000,000 : Rp 21.000.000 (+)
: Rp 23,500,000

b. Pada Tanggal 07 Juni 2015:


15% x Rp 120,000,000 : Rp 18,000,000

c. Pada Tanggal 25 Juli 2015:


15% x Rp 120,000,000 : Rp 18,000,000

d. Pada Tanggal 01 Januari 2016:

Oleh karena pembayaran Uang Pesangon sudah memasuki tahun ketiga maka tarif
PPh Pasal 21 untuk Uang Pesangon yang dibayarkan pada bulan Januari 2016 adalah
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan dan pemotongan PPh
21 pada bulan Januari 2016 tidak bersifat Final. Berikut Perhitungan PPh Pasal 21 untuk
bulan Januari 2016:
5% x Rp 50,000,000 : Rp 2,500,000
15% x Rp 70,000,000 : Rp 10.500.000 (+)
: Rp 13,000,000
Contoh Kasus Uang Manfaat Pensiun:

Anies Tambunan (Ber-NPWP) berhak atas manfaat pensiun sebesar Rp 300,000,000 dari
Dana Pensiun PT. Ortax Indonesia. Anies meminta pembayaran sekaligus atas manfaat pensiun
sebesar 20% dari manfaat pensiun dan sisanya (80% dari manfaat pensiun) dibayarkan secara
bulanan. Dana pensiun PT. Ortax Indonesia membayarkan Uang Manfaat Pensiun yang
dibayarkan sekaligus sebesar 20% x Rp 600,000,000: Rp 120,000,000

Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat pensiun yang
dibayarkan secara sekaligus:
0% x Rp 50,000,000 : Rp 0
5% x Rp 70,000,000 : Rp 3.500.000 (+)
: Rp 3,500,000

Anda mungkin juga menyukai