PPH FINAL
DOSEN PENGAMPU
NANDA WAHYU INDAH KIRANA ,SE.,M.AK.
DISUSUN OLEH
ILHAM BAIHTUL R {210301131}
M.VIKI HADIANSYAH {210301158}
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1,1 Latar belakang …………………………………………………ii
1,2 Rumusan masalah ………………………………………………iii
1,3 Tujuan masalah …………………………………………………IV
BAB 2
2,1 pembahasan ……………………………………………………V
BAB 3 PENUTUP
3,1 kesimpulan ……………………………………………………….VI
3,2 Daftar pustaka ………………………………………………….VII
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita kepada ALLAH Swt,saya panjatkan sebagai bukti dari
selesainya tugas makalah ini pada mata kuliah perpajakan
Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan
didalam makalah ini,oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dari
dosen pengampuh agar bisa mengkritik kekurangan dari makalah ini agar
sesuai dengan apa yang kita harapkan.
i
BAB 1 PENDAHULUAN
IV
BAB 2
2,1 PEMBAHASAN
2, kebijakan baru pajak penghasilan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah atau
UMKM berlaku mulai 2022, seiring terbitnya Undang-Undang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan atau UU HPP. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara
menjelaskan bahwa UU HPP mengubah berbagai peraturan perpajakan, termasuk
sejumlah ketentuan pajak penghasilan (PPh). Salah satu perubahan terjadi dalam
batas peredaran bruto atau omzet usaha untuk perhitungan PPh. Dia menjelaskan
bahwa UU HPP menetapkan pembebasan PPh untuk omzet usaha hingga Rp500
juta per tahun. Artinya, pelaku usaha, khususnya UMKM hanya akan dikenakan
pajak apabila omzetnya dalam satu tahun melebihi Rp500 juta.
Dia memberikan contoh perhitungan PPh untuk usaha kecil, yakni pemilik usaha
dapat menghitung omzet per bulan dan menjumlahkan nilainya dalam satu tahun.
Jika total omzet itu berada di bawah Rp500 juta maka UMKM terkait tidak
dikenakan pajak, sedangkan jika di atas Rp500 juta maka pajak dikenakan atas
selisih dari batas minimal omzet tersebut. Suahasil mencontohkan UMKM yang
mencatatkan omzet Rp1,2 miliar dalam satu tahun. Adanya ketentuan batas
peredaran bruto Rp500 juta, maka hanya Rp700 juta omzet usaha tersebut yang
dikenakan pajak.
V
BAB 3 PENUTUP
3,1 KESIMPULAN
DJP setingkat KPP Pratama, Pemanfaatan insentif PPh final PP 23 DTP di KPP
Pratama XYZ masih belum optimal. Insentif PPh final PP 23 DTP hanya berhasil
dimanfaatkan oleh 12,8% Wajib Pajak PP 23/2018 atau 404 dari 3.551 Wajib
Pajak. Pengaruh nominal realisasi terhadap total penerimaan PPh PP 23/2018
hanya sekitar 27% hingga 30% pada masing-masing Masa Pajak April hingga
Masa Pajak November 2020. Terdapat beberapa kendala yang muncul dalam
pelaksanaan insentif PPh final PP 23 DTP di KPP Pratama XYZ. Beberapa Wajib
Pajak PP 23/2018 kurang proaktif dalam mencari tahu kebijakan perpajakan
terkini sehingga Wajib Pajak tersebut tidak mengetahui keberadaan insentif pajak.
Sementara itu, beberapa Wajib Pajak PP 23/2018 yang telah mengetahui
keberadaan insentif tersebut tidak memahami adanya kewajiban lanjutan yang
harus dilaksanakan berupa penyampaian laporan realisasi. Beberapa Wajib Pajak
menganggap bahwa insentif pajak akan otomatis didapatkan ketika Wajib Pajak
mengajukan permohonan SKET. Terkait kewajiban pelaporan realisasi,
Kurangnya sarana pelaporan dan kompleksitas prosedur pelaporan memicu Wajib
Pajak untuk tidak memanfaatkan insentif
VI
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, R., & Sari, D. P. (2021). Insentif PMK 86/2020 Di Tengah Pandemi
Covid 19: Apakah Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Surabaya?
Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 21(02), 349–366. 349–366.
https://doi.org/10.29040/jap.v21i02.1597
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220120/259/1491481/ini-simulasi-perhitungan-
pajak-umkm-sesuai-aturan-terbaru
VII