Anda di halaman 1dari 16

NAMA : DEVANILA LISANTI JUNIELA

ABSEN/KLS : 03/1B

NIM : 203141414111037

TUGAS 3 HUKUM BISNIS

ASPEK HUKUM TRANSAKSI HUTANG PIUTANG

1. DEFINISI HUTANG PIUTANG


 HUTANG
Hutang atau utang adalah uang tunai dan non tunai atau barang yang yang
dipinjam dan merupakan hak milik pihak orang lain dan peminjam memiliki
kewajiban mengembalikan.
Hutang secara akuntansi disebut sebagai debitur atau pinjaman modal. Hutang juga
berada di tempat yang dipandang negatif dalam sudut pandang akuntansi karena
berupa kredit dan berupa uang pasiva. Uang pasiva adalah uang yang tidak bisa
menghasilkan. Namun, akan berbeda jika uang tersebut adalah pinjaman modal
untuk usaha, maka uang tersebut akan menghasilkan.

 PIUTANG
Piutang menurut pandangan akuntansi adalah sebuah pemberian pinjaman
berupa uang tunai atau nontunai kepada orang lain atau perusahaan. Piutang lebih
cenderung pada hal yang lebih positif dari pada hutang. Piutang juga berupa
pinjaman yang kita pinjamkan atau berikan kepada orang lain atau perusahaan,
sebuah tagihan yang belum dilunasi, dan gaji yang masih tertunda pemberiannya.

2. ASPEK-ASPEK HUTANG PIUTANG


Hutang piutang menurut hukum perdata aturan yang mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan orang yang lainnyadengan menitik beratkan pada
kepentingan perseorangan atau pribadi. Dalam hutang piutang terdapat sekurangnya
dua pihak kreditur (yang berpiutang) dan debitur (yang berhutang). Hutang piutang di
anggap sah secara hukum apabila dibuat suatu perjanjian tertulis atau lisan dengan
saksi.
Debitur wajib untuk melunasi hutang atau tidak berbuat ingkar janji pada
hutangnya. Prestasi itu harus tertentu dan dapat ditentukan, wajib di ketahui dan
ditetapkan (perjanjian jelas), prestasi harus mungkin dan halal, serta prestasi harus
berupa perbuatan satu kali dengan sifat sepintas lalu (ada sebuah benda atau berulang-
ulang/terus menerus contohnya pada sewa menyewa dan perjanjian kerja). Tanggung
jawab perdata penghutang sifatnya menurun pada keluarga penghutang. Sifat hukum
pidana penghutang jika ada tuntutan maka berhenti sampai pada penghuutang, tidak
ke keluarganya.Pemenuhan perutangan itu bertanggung jawab dengan seluruh harta
kekayaannya dan atausesuai dengan harga yang dijaminkan.
Eksekusi piutang tidak bisa dilakukan paksa dengan penyanderaan barang atau
orang. Namun, yang benar adalan dengan sitaan jaminan yang diputuskan oleh
pengadilan. Tidak boleh ada ancaman terhadap penghutang, aka nada masalah pidana
yang mana akan menghanguskan hutang. Perhutangan tidak berhenti sendiri
melainkan bersama sama dengan berakibat hukum dengan perutangan lainnya.

3. JENIS-JENIS HUTANG PIUTANG


 JENIS HUTANG
Hutang adalah kewajiban perusahaan yang timbul karena transaksi waktu yang
lalu dan harus dibayar dengan uanng, barang, atau jasa pada waktu yang akan
datang. Utang di kelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Hutang Jangka Pendek atau kewajiban Lancar


Merupakan utang yang diharapkan harus dibayar dalam jangka waktu
satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Perusahaan harus memberikan
perhatian khusus pada utang jangka pendek ini. Jika hutang jangka pendek/
kewajiban lancar lebih besar dari pada aktiva lancar maka perusahaan berada
dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Ini berarti perusahaan tidak bisa
membayar seluruh utang jangka pendeknya.
Macam-macam hutang jangka pendek:
 Utang Dagang
Merupakan hutang yang timbul akibat adanya transaksi
pembelian barang atau jasa dari pihak luar. Barang dan jasa tersebut
bisa untuk penjualan kembali, atau untuk kelancaran kegiatan
perusahaan, misalkan pembelian perlengkapan kantor atau jasa
cleaning service dan maintenance peralatan.

 Utang Wesel
Merupakan hutang dalam bentuk uang tunai kepada pihak
tertentu, dengan menggunakan perjanjian hitam diatas putih sebagai
bentuk bukti, tanpa menggunakan jaminan apapun.

 Pendapatan Diterima Dimuka


Hutang ini terjadi ketika konsumen telah membayar sejumlah
uang kepada perusahaan, namun belum menerima barang atau jasa
dari perusahaan. Hutang jangka pendek jenis ini tidak dalam bentuk
uang, tetapi tetap termasuk dalam golongan utang, karena adanya
kewajiban perusahaan yang belum terselesaikan.

 Utang Gaji
Biaya gaji yang sudah merupakan kewajiban perusahaan untuk
membayarkan kepada karyawan, tetapi jumlah yang harus dibayarkan
tersebut belum dibayarkan perusahaan, sehingga masih merupakan
utang perusahaan terhadap karyawannya.

 Utang Pajak
Utang pajak merupakan pajak yang masih harus dibayar,
termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Utang pajak menjadi dasar dilakukannya penagihan pajak oleh juru
sita pajak.

 Utang Bunga
Utang Bunga (Accrued Interest) adalah biaya bunga yang telah
terjadi dan belum dibayar yang harus diakui dan dicatat pada setiap
akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang
berkaitan.

b. Hutang Jangka Panjang


Utang jangka panjang (long term liabilities) adalah kewajiban yang
harus dibayar dan dilunasi dalam tempo waktu yang relatif lama, bisa
mencapai satu periode akuntansi (satu tahun) atau bahkan lebih. Secara
lebih terperinci, utang jangka panjang dapat dijabarkan sebagai suatu
kewajiban atau beban di masa depan yang harus dibayarkan sebagai akibat
dari penundaan pembayaran yang seharusnya dilakukan dalam satu tahun
lebih atau siklus operasional perusahaan.
Pembayaran atau pelunasan utang jangka panjang dilakukan dengan
menggunakan dana yang bersumber dari aktiva tidak lancar. Aktiva tidak
lancar adalah seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan yang umumnya
memiliki nilai waktu ekonomis lama atau bersifat permanen sehingga
dapat dimanfaatkan selama lebih dari satu tahun.
Macam-macam hutang jangka panjang:
 Hutang Hipotek
Merupakan hutang yang dananya sesuai dengan perjanjian
awal, dan sebagai jaminan hutang ini akan menggunakan jaminan dari
harta tetap si pengaju hutang.  

 Hutang Obligasi
Merupakan salah satu hutang terjadi akibat dari perjanjian yang
telah ditentukan dengan adanya dana yang turun melalui surat
obligasi. Surat surat obligasi tersebut merupakan surat surat yang
memiliki jenis dan kesesuaian dalam pengajuan hutang piutang.

 Hutang Wesel Jangka Panjang


Merupakan wesel yang berjangka waktu minimum 30 hari,
biasanya wesel jangka panjang ini ditarik antara 60-90 hari setelah
diterbitkan.

 Hutang Muka dari Perusahaan Afiliasi


Utang kepada perusahaan afiliasi adalah utang yang berasal
dari pinjaman atau dari transaksi-transaksi lain dari perusahaan
afiliasi, misalnya pembelian barang atau jasa.Utang kepada pemegang
saham atau perusahaan afiliasi dapat merupakan kewajiban lancar
atau kewajiban jangka panjang tergantung pada jangka waktu
pengembaliannya.

 Hutang Kredit Bank Jangka Panjang


Kredit bank adalah produk bank dimana bank menyediakan
sejumlah uang untuk dipinjamkan kepada nasabah, dengan pemberian
bunga. Jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun.

 JENIS PIUTANG
Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca
perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang,  jasa atau pemberian
kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo
30 hari sampai dengan 90 hari. Macam-macam piutang, yaitu:

 Piutang Dagang
Piutang dagang atau account receivable (AR) adalah hak atau tagihan
dari sebuah perusahaan kepada pihak lainnya yang akan ditagih sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Biasanya, hal ini terjadi ketika ada transaksi
dari pihak perusahaan yang menjual barang atau jasa kepada pelanggan
secara kredit. Piutang dagang dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Wesel Tagih
Merupakan sebuah aset dari perusahaan yang berisi janji untuk
membayar kepada pihak tertentu berdasarkan tanggal tertentu.
Ketika debitur yang bersangkutan untuk melakukan pelunasan akan
jumlah yang ditentukan, notes receivables bisa diperjual belikan.
Jika diperjual belikan, yang berhak menerima pembayarannya
adalah pemilik dari notes receivables.

b. Piutang Usaha
Piutang ini tidak dijamin oleh rekening terbuka. Biasanya,
piutang ini merupakan perluasan dari kredit jangka pendek untuk
pelanggan dan memiliki tempo waktu pembayaran selama 30-90
hari.

 Piutang Non Dagang


Piutang non dagang adalah tagihan kepada pihak lain yang timbul bukan
karena penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Yang termasuk
piutang non dagang, yaitu:

a. Piutang biaya (biaya di bayar dimuka/prepaid expense)


Yaitu piutang yang timbul karena adanya pembayaran di muka
atas biaya-biaya yang seharusnya belum menjadi beban periode yang
bersangkutan.
Contoh:
- Sewa di bayar dimuka (prepaid rent)
- Gaji dibayar dimuka (prepaid wages)
- Iklan dibayar dimuka (prepaid advertising)
- Asuransi dibayar dimuka (prepaid insurance)

b. Piutang penghasilan (penghasilan yang masih harus


diterima/accrued income)
Yaitu suatu pendapatan yang seharusnya sudah diterima tetapi
kenyataannnya akan diterima pada masa yang akan datang.
contoh : -piutang bunga, piutang sewa, piutang jasa servis,dll

c. Uang Muka Pembelian


Yaitu uang persekot yang dibayarkan untuk pesanan suatu
barang yang akan dibeli. 

d. piutang lain-lain
Yaitu tagihan yang timbul kepada pihak ketiga secara khusus,
seperti kelebihan pembayaran pajak, bon karyawan, dll
 Jenis Piutang Negara
Piutang yang berasal dari badan Negara di atur secara khusus dalam
UU No. 49 Prp. 1960 tentang PUPN. Didalam Pasal 8 Undang-undang
Nomor 49 Prp tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara
disebutkan bahwa :
“ Yang dimaksud piutang Negara atau hutang kepada negara ini ialah, uang
yang wajib dibayar kepada atau Badan-Badan yang baik secara langsung
atau tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu peaturan,
perjanjian atau sebab apapun”.
Macam-macam Piutang Negara:

a. Piutang Negara Perbankan

Piutang negara perbankan adalah piutang yang timbul dari


pelaksanaan kegiatan perbankan yang dilakukan oleh bank-
bank pemerintah maupun oleh bank-bank swasta yang
mendapatkan dana tertentu dari pemerintah (bank sentral).
Piutang jenis ini biasanya berupa kredit macet bank-bank
pemerintah dan penunggakan pengembalian bantuan dana
(kredit) likuiditas kepada bank sentral.

b. Piutang Negara Non Perbankan

Piutang negara nonperbankan adalah piutang yang menjadi


beban negara untuk menagihnya yang berasal dari
transaksitransaksi yang dilakukan institusi pemerintah selain
perbankan. Piutang jenis ini berasal dari operasionalisasi
perusahaan negara (BUMN dan BUMD), kewajiban
perpajakan, tuntutan ganti rugi pegawai negeri/pejabat negara,
dan pelaksanaan kegiatan pemerintahan lainnya, seperti
pelaksanaan kegiatan di bidang kesehatan, pertanian,
kehutanan, pertambangan, proyek-proyek pembangunan, dan
sebagainya.
4. PASAL YANG MENGATUR PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG

a. Pasal 1313 KUH Perdata


Pasal 1313 KUHPerdata berbunyi: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih.”Suatu hal itu adalah prestasi (saling menguntungkan dan tidak saling
dirugikan).

Prestasi dapat berupa:


1. Sepakat bagaimana menyerahkan/berbagi sesuat
2. Melakukan sesuatu
3. Tidak melakukan sesuatu

b. Pasal 1320 KUH Perdata

Suatu perjanjian dinyatakan sah, apabila memenuhi 4 (empat) syarat


sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sebagai berikut:

a) Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri

Suatu perjanjian dikatakan tidak memenuhi unsur kebebasan apabila


mengandung tiga unsur, yaitu:

 Unsur paksaan
 Unsur kekeliruan

 Unsur penipuan

b) Kecakapan untuk emmbuat suatu perikatan

Seseorang dikatakan cakap hukum apabila telah berumur minimal 21


tahun, atau apabila belum berumur 21 tahun namun telah melangsungkan
perkawinan. Selain itu seseorang itu tidaklah boleh sedang ditaruh dalam
pengampuan (curatele), yaitu orang yang telah dewasa tetapi dianggap
tidak mampu sebab pemabuk, gila, atau boros.
c) Suatu hal tertentu

Hal tertentu yang menyangkut objek hukum dan bendanya. Hal


tertentu mengenai objek benda oleh para pihak biasanya ditegaskan dalam
perjanjian mengenai jenis barang, kualitas dan mutu barang, buatan pabrik
dan dari negara mana, jumlah barang, warna barang, dan lain sebagainya.

d) Suatu sebab yang halal

Sebab yang halal/causa yang halal mengandung pengertian bahwa pada


benda (objek hukum) yang menjadi pokok perjanjian itu harus melekat hak
yang pasti dan diperbolehkan menurut hukum sehingga perjanjian itu kuat.

c. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang


perbankan, yang dalam pasal 1 angka 11 disebutkan bahwa:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

5. PENGAKUAN HUTANG

Akta pengakuan hutang adalah akta yang berisi pengakuan hutang sepihak,
dimana debitur mengakui bahwa dirinya mempunyai kewajiban membayar kepada
kreditur sejumlah uang dengan jumlah yang pasti (tetap).
Akta pengakuan hutang biasanya berupa Grosse Akta Pengakuan Hutang, yaitu
salinan dari suatu akta pengakuan hutang notariil yang diberikan kepada yang
berkepentingan. Suatu Grosse akta yang pada bagian aktanya dicantumkan irah-irah:
“ Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mempunnyai kekuatan
yang mengikat dan mempunyai eksteritorial, dimana apabila pihak debitur
wanprestasi, pihak debitur dapat langsung memohon eksekusi kepada Ketua
Pengadilan Negeri tanpa melalui proses gugatan perdata.
Berdasarkan pasal 224 HIR, suatu grosse akta harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
 Syarat Formiil, yaitu berbentuk notarial dan memuat title esksekutorial
 Syarat Materil, yaitu membuat rumusan pernyataan sepihak dari debitur,
pengakuan berhutang pada kreditur, dan pengakuan kewajiban membayar
pada waktu yang ditentukan. Serta tidak memuat ketentuan perjanian
jaminan jumlah hutang yang sudah pasti, meliputi hutang pokok dan
bunganya (ganti rugi).

6. PENANGGUNGAN HUTANG

Penanggungan hutang diatur dalam Pasal 1820-1850 KUH Perdata. Alasan


adanya perjanjian penanggungan utang ini antara lain karena si penanggung
mempunyai persamaankepentingan ekonomi dalam usaha dari peminjam (ada
hubungan kepentingan antara penjamin dan peminjam), misalnya sipenjamin sebagai
direktur perusahaan selaku pemegang saham terbanyak secara pribadi ikut menjamin
hutang-hutang perusahaan tersebut secara pribadi ikut menjamin hutang-hutang
perusahaan itu dan kedua perusahaan induk ikut menjamin hutang perusahaan cabang.

Penanggungan tidak dapat menuntut supaya barang milik debitur lebih dahulu
disita dan dijual untuk melunasi hutangnya, jika:

 Dia (penanggung utang) telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut


barang-barang debitur lebihdahulu disita dan dijual;
 Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama secara
tanggung menanggung, dalam hal itu akibat-akibat perikatannya diatur
menurut asas asas utang-utang tanggung-menanggung;

 Debitur dapat mengajukan suatu eksepsi yang hanya mengenai dirinya sendiri
secara pribadi;

 Debitur dalam keadaan pailit;

 Dalam hal penanggungan yang diperintahkan hakim (pasal 1832KUHPerdata)

Disamping itu, pihak penanggung brehak menuntut hal berikut, seperti:

 Pokok dan bunga


 Penggantian biaya,kerugian,dan bunga.

 Penanggung juga dapat menuntut debitur untuk diberikan ganti rugi atau untuk
dibebaskan dari suatu perikatannya bahkan sebelum ia membayar utangnya:

a. Bila ia digugat dimuka hakim untuk membayar

b. Bila debitur berjanjiuntuk membebaskannya dari penanggungannya


pada suatu waktu tertentu

c. Bila utangnya sudah dapat ditagih karena lewatnya jangka waktu yang
telah ditetapkan untukpembayarannnya

d. Setelah lewat waktu 10 tahun, jika perikatan pokoktidak mengandung


suatu jangka waktutertentu untuk pengakhirannya, kecuali bila
perikatan pokok sedemikian sifatnya, sehingga tidak dapat diakhiri
sebelumlewat waktu tertentu.

7. HAPUSNYA PENANGGUNGAN UTANG

Didalam pasal 1381 KUH Perdata, ditentukan 10 cara berakhirnya perjanjian


penanggungan utang yaitu:

 Pembayaran
 Penawaran pembayaran tunai

 Diikuti dengan penyimpangan atau penitipan

 Pembaruan hutang

 Kompensasi hutang

 Pencampuran hutang

 Pembebasan utang

 Musnahnya barang terutang


 Kebatalan atau pembatalan

 Berlakunya syarat pembatalan

8. JAMINAN HUTANG

Menurut Pasal 1316 KUH Perdata, istilah jaminan perorangan berasal dari kata
borgtocht, dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah jaminan imateriil. Unsur
jaminan perorangan, yaitu:

 Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu;


 Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu;

 Terhadap harta kekayaan deitur umumnya.

Jenis-Jenis Jaminan Perorangan:

 Jaminan penanggungan (borgtocht) adalah kesanggupan pihak ketiga untuk


menjamin debitur
 Jaminan garansi (garansi bank) (Pasal 1316 KUH Perdata), yaitu bertanggung
jawab guna kepentingan pihak ketiga.

 Jaminan Perusahaan

 Fidusia

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar


kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Jaminan Fidusia
adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia
terhadap kreditor lainnya.
9. PELUNASAN HUTANG

Dalam pelunasan hutang terdiri dari pelunasan dengan jaminan yang bersifat umum
dan jaminan yang bersifat khusus.

a. Jaminan Umum

Dalam pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan bahwa segala kebendaan debitur
baik yang ada maupun yang akan ada, baik bergerakmauun yang tidak bergerak,
merupakan jaminan pelunasan hutang yang dibuatnya. Sedangkan pasal 1132
KUHPerdata menyebutkan, harta kekayaan debitur menjadi jaminan secara
bersama-sama bagi semua kreditur yang memberikan hutang kepadanya.
Benda yang dapat dijadikan jaminan umum apabila telah memenuhi persyaratan,
yaitu:
1. Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang).
2. Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya kepada pihak lain

b. Jaminan Khusus

Pelunasan hutang dengan jaminan khusus merupakan hak khusus pada


jaminan tertentu bagi pemegang gadai, hipotik, hak tanggungan.

c. Gadai

Dalam pasal 1150 KUHPerdata disebutkan bahwa gadai adalah hak yang
diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh
debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang. Sifat-sifat
gadai yakni:

 Gadai adalah suatu benda bergerak baik yang bewujud maupun yang tidak
berwujud.
 Gadai bersifat accessoir artinya merupakan tambahan dari perjanjian
pokok yang dimaksudkan untuk menjaga jangan sampai debitur itu lalai
membayar hutangnya kembali.
 Adanya sifat kebendaan.

 Syarat inbezitz telling, artinya benda gadai harus keluar dari kekusaan
pemberi gadai atau benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada
pemegang gadai.

 Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.

 Hak Preferensi (hak unutk didahuukan).

 Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi artinya sebagian hak gadai tidak akan
menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dari hutang,oleh karena itu
gadai tetap melekat atas selruh bendanya.

10. PENYELESAIAN HUTANG PIUTANG

Hubungan hutang piutang dalam dunia usaha tidak luput pula dari adanya
friksi, namun setiap friksi senantiasa diupayakan untuk diselesaikan melalui
musyawarah dan apabila tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah maka
penyelesaian melalui badan peradilan merupakan suatu upaya terakhir yang dapat
ditempuh. Pengadilan niaga merupakan badan peradilan negara yang dipergunakan
untuk mnyelesaikan sengeta atau para pelaku usaha khususnya masalah yang
berkaitan dengan utang piutang yang bukan karena wanprestasi.

Cara penyelesaian atau penagihan hutang piutang yang dibenarkan menurut hukum :

a. Peneguran debitur secara baik,baik dengan lisan, baik secara musyawarah


untuk mufakat ataupun mediasi penyelesaian.
b. Surat somasi atau surat teguran.

c. Pemberitahuan kepada keluarganya akan sanksi hutang secara perdata dan


pidana jika debitur sulit ditagih.

d. Memperbaharui perjanjian hutang.

e. Gugatan ke pengadilan
f. Penyelesaian hutang piutang dengan paksa badan

Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2000, paksa


badan (Gijzeling), difungsikan kembali mengingat selama pembekuan
lembaga gijzeling ternyata malah disalahgunakan mereka-mereka para debitur,
penanggung atau penjamin hutang yang tidak memenuhi kewajibannya untuk
membayar kembali hutang-hutangnya, padahal ia mampu melaksanakannya.
Proses pemohonan penetapan paksa badan dapat diajukan bersamaan dengan
pengajuan gugatan, dalam arti, putusan tentang paksa badan ditetapkan
besama-sama dengan putusan pokok perkara atau diajukan dan dilaksakan
berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri.

DAFTAR PUSTAKA:

https://kantorhukumperkumpulanlembagaperlindungankonsumenmitrasejahtera.food.blog/20
19/02/05/aspek-hukum-dalam-hutang-piutang/

https://accurate.id/akuntansi/hutang-piutang-dalam-akuntansi/

https://www.bukukas.co.id/hutang-pengertian-ciri-ciri-jenis-dan-cara-pengelolaannya/

Anda mungkin juga menyukai