Anda di halaman 1dari 8

Materi RPS 3 AKUNTANSI DASAR II

Oleh:
Nama : Putu Devi Agustina Permatasari
NIM : 202331122007
Kelas : KHG1

UNIVERSITAS WARMADEWA
Piutang Dagang dan Piutang Wesel
A. Jenis-jenis Piutang
Piutang adalah tagihan yang ditujukan baik itu kepada individu-individu maupun
kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas (Slamet Sugiri,
2009 : 43) Piutang menurut Al Haryono Jusup (2005 : 52) merupakan hak untuk
menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena
adanya suatu transaksi. Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit
kepada perusahaan lain. Piutang dagang adalah uang yang harus dibayarkan
kepada perusahaan untuk barang atau jasa yang dikirim atau digunakan tetapi
belum dibayar oleh pelanggan. Piutang dagang dicatat di neraca sebagai aset
lancar. Piutang dagang adalah sejumlah uang yang terutang oleh pelanggan untuk
pembelian yang dilakukan secara kredit. Piutang dagang mengacu pada faktur
terutang yang dimiliki perusahaan atau uang yang harus dibayar klien kepada
perusahaan. Frasa mengacu pada akun yang berhak diterima oleh bisnis karena
telah mengirimkan produk atau layanan.

Pada umumnya piutang diklasifikasikan menjadi piutang dagang/usaha, piutang


wesel dan piutang lain-lain.
a. Piutang dagang / piutang usaha Piutang dagang terjadi karena adanya
transaksi penjualan secara kredit kepada pihak lain/perusahaan lain. Piutang
dagang adalah tagihan kepada pelanggan yang sifatnya terbuka, dalam arti bahwa
tagihan ini tidak disertai instrument kredit. Piutang dagang berasal dari penjualan
barang dagangan dan jasa secara kredit dalam operasi usaha normal (Slamet sugiri,
2009 : 43)
b. Piutang wesel Piutang wesel adalah klaim yang dibuktikan dengan
instrument kredit secara formal. Instrument kredit ini mesyaratkan debitor untuk
membayar dimasa yang akan datang pada tanggal yang sudah ditentukan misalnya
minimal 60 hari setelah tanggal penandatanganan wesel (Slamet sugiri, 2009 : 43) .
Piutang wesel merupakan janji tertulis yang dibuat oleh pihak debitor (yang
berutang) kepada pihak kreditor (yang memberi utang) untuk membayar sejumlah
uang seperti yang tertera dalam surat janji tersebut pada waktu yang telah
ditentukan dimasa yang akan datang. Jangka waktu piutang wesel pada umumnya
paling sedikit 60 hari.
c. Piutang lain-lain Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti
pinjaman kepada pejabat perusahaan, pinjaman kepada karyawan maupun
pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha (Slamet sugiri,
2009 : 43). Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak
termasuk dalam piutang dagang maupun piutang wesel. (Al Haryono Jusup, 2005 :
53).

Perbedaan masing-masing jenis piutang


Piutang Dagang Piutang Wesel Piutang lain-lain
Jangka waktu kurang dari Jangka waktu bermacam- Jangka waktu lebih dari
satu tahun macam tapi pada satu tahun atau termasuk
umumnya paling sedikit dalam piutang jangka
60 hari panjang
Dimasukan dalam aktiva Bagian yang jatuh Termasuk dalam piutang
lancar temponya dalam waktu 1 jangka panjang
tahun diperlakukan
sebagai aktiva lancar,
sedangkan yang lebih
dari satu tahun piutang
jangka panjang
Berkaitan dengan operasi Mensyaratkan adanya Tidak berkaitan dengan
utama perusahaan jaminan sehingga jika operasi sehari-hari dan
sehingga harus dapat saat jatuh tempo tidak biasanya dilaporkan di
ditagih dapat melunasi maka neraca sebagai kelompok
jaminan tersebut dapat aktiva tidak lancar
dilunasi

B. Penilaian Piutang Dagang


Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan
dilaporkan dalam neraca sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan
yaitu jumlah piutang setelah dikurangi Cadangan Kerugian Piutang Tak tertagih
(CKP).
Contoh penyajian di neraca
Aktiva Lancar
Piutang dagang Rp. 5.000.000
(-) Cadangan kerugian piutang (CKP) Rp. 500.000
Nilai Realisasi bersih Rp. 4.500.000
Kerugian Piutang
Piutang dagang yang dimiliki oleh perusahaan belum tentu seluruhnya dapat
ditagih. Hal ini disebabkan karena debitur tidak mau membayar utangnya, tidak
mampu membayar atau dinyatakan bangkrut, tidak diketahui keberadaanya dsb.
Piutang usaha yang tidak dapat ditagih biasanya dinamakan kerugian piutang dan
dalam akuntansi dicatat dalam akun kerugian piutang.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian
piutang yaitu : 1. metode cadangan (Allowance method) 2. metode penghapusan
langsung (direct write off method).
1. Metode Cadangan Metode ini digunakan apabila kerugian piutang cukup
besar jumlahnya. Tiga hal yang penting berkaitan dengan metode cadangan yaitu :

 Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui
sebagai biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari
tahun 2010 maka kerugian piutang diakui pada tahun 2010 juga.
 Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan
mengkredit cadangan kerugian piutang melalui jurnal penyesuaian.
 Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet
rekening cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha
pada saat suatu piutang itu dihapus dari pembukuan.

2. Metode Penghapusan Langsung


Dalam metode ini perusahaan tidak perlu melakukan taksiran atas kerugian piutang
sehingga rekening cadangan kerugian piutang tidak digunakan. Apabila suatu
piutang diyakini tidak dapat ditagih lagi, maka kerugian atas piutang tersebut
langsung didebetkan ke dalam rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening
piutang dagang. Dalam metode ini, rekening kerugian piutang hanya akan
menunjukkan jumlah kerugian yang sesungguhny diderita dan piutang dagang akan
dilaporkan dalam neraca sejumlah brutonya, selain itu kerugian seringkali
dilaporkan pada periode yang berbeda dari periode penjuaalannya sehingga tidak
dapat memberikan gambaran tentang nilai piutang bersih yang dapat direalisasi,
oleh karena itu metode ini tidak diakui untuk pelaporan keuangan kecuali bila
kerugian piutangnya jumlahnya tidak material/kecil.
C. Piutang Wesel
Wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari pembuat surat kepada yang
berutang untuk membayar sejumlah uang tertentu. Piutang wesel atau yang dalam
bahasa Inggris sering disebut sebagai promissory notes receivable adalah sebuah
aset piutang bagi sebuah perusahaan yang memiliki hak untuk menerima sejumlah
pembayaran seperti yang tertera dalam dokumen (wesel) dari perusahaan lain yang
belum memiliki ketersediaan uang kas saat melakukan transaksi. Wesel dibedakan
menjadi dua yaitu wesel berbunga dan tak berbunga.
 Wesel berbunga atau Interest bearing note adalah utang wesel jangka
panjang yang dilampiri kupon tertentu. Jadi pihak penerima pinjaman
nantinya harus mengembalikan dana sesuai dengan tingkat kupon tersebut
hingga pada masa jatuh tempo. Sedangkan bunga pinjaman tercermin dalam
bentuk persentase dan dibayarkan berdasarkan pada nilai nominal wesel.
Bunga pinjaman dapat dibayarkan setiap bulan, per kuartal, per semester,
atau sebagaimana ditentukan dalam notes payable. Utang wesel berbunga
(interest bearing note) memiliki beberapa karakteristik, di antaranya sebagai
berikut.
o Diterbitkan sesuai dengan nilai nominal yang tertera pada wesel
o Berisi kewajiban penerima dana untuk mengembalikan dana sesuai
dengan tingkat kupon tertentu yang telah disepakati hingga pada saat
jatuh tempo pembayaran
o Beban bunga diakui dan dicatat secara periodik dengan cara
mengalikan nilai nominal dengan tingkat kupon pembayaran
o Utang wesel berbunga menyebabkan adanya aliran kas keluar secara
rutin sesuai dengan periode tertentu dan hal ini berdampak pada
rendahnya risiko piutang tak tertagih bagi investor atau pemberi
pinjaman
o Bagi perusahaan yang menerbitkan utang wesel berbunga, jenis ini
dipilih apabila mereka mampu membayar angsuran secara rutin
selama periode tertentu

 Wesel tak berbunga atau Zero interest bearing note adalah jenis utang wesel
jangka panjang yang tidak dilampiri kupon pembayaran tertentu, sehingga
pihak penerima pinjaman tidak harus mengembalikan dana secara periodik
dalam jumlah tertentu. Utang wesel tidak berbunga ini juga dikenal sebagai
zero coupon bonds. Karena pembayarannya tidak dilakukan secara periodik,
maka utang wesel tidak berbunga biasanya diterbitkan dengan harga nominal
yang telah dikenakan diskon serta jangka waktu pembayaran yang sifatnya
fixed atau tetap. Saat jatuh tempo pembayaran tiba, maka penerima pinjaman
harus mengembalikan dana atau pokok pinjaman sesuai dengan harga diskon
yang sudah disepakati. Utang wesel tidak berbunga (zero interest bearing
note) memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
o Diterbitkan pada harga nominal yang telah didiskon pada tingkat suku
bunga tertentu
o Berisi kewajiban penerima dana untuk membayar kembali sesuai
dengan harga nominal yang telah didiskon pada saat jatuh tempo
pembayaran
o Perbedaan antara face value dan harga yang diterbitkan nantinya akan
dicatat sebagai diskon pada saat pelunasan dan diamortisasi
o Tidak ada pembayaran secara periodik pada jumlah tertentu sehingga
berdampak pada tingginya risiko di sisi investor
o Bagi perusahaan penerbit, utang wesel tidak berbunga ini dapat
menjadi alternatif untuk mengurangi beban bunga dalam satu periode
akuntansi

D. Penyajian Piutang dalam Neraca

Contoh penerapan metode cadangan. Pada tahun 2017, penjualan kredit PT


Hamidah mencapai Rp1.200.000.000. Dari angka tersebut, sejumlah
Rp200.000.000 belum tertagih hingga 31 Desember. Manajer kredit PT Hamidah
mengestimasi Rp12.000.000 dari penjualan sejumlah Rp200.000.000 yang belum
tertagih tersebut tidak akan tertagih. Ayat jurnal penyesuaian untuk mengakui
estimasi tersebut adalah sebagai berikut:

Setelah pengakuan beban dan cadangan tersebut, bagian aset lancar laporan posisi
keuangan PT Hamidah per 31 Desember 2017 akan tersaji sebagai berikut (dalam
ribuan):
Pada saat penghapusan. Pada tanggal 1 Maret 2018, manajer kredit PT Hamidah
menyetujui penghapusan saldo akun piutang atas nama Raden Ayu Widya sebesar
Rp500.000. Persetujuan tersebut memiliki pengaruh secara keuangan sebagaimana
ditunjukkan dengan ayat jurnal umum berikut:

Ayat jurnal di atas menunjukkan bahwa penghapusan piutang hanya


mempengaruhi akun-akun laporan posisi keuangan (neraca). Piutang usaha
menjadi bersaldo Rp199.500.000 [Rp1.200.000.000 – Rp500.000], sedangkan
Cadangan Piutang Tak Tertagih menjadi bersaldo Rp11.500.000 [Rp12.000.000 –
Rp500.000].
Nilai realisasi neto sebelum penghapusan adalah sebesar Rp188.000.000
[Rp200.000.000 – Rp12.000.000]. Jumlah tersebut tetap sama setelah
penghapusan, yaitu Rp188.000.000 [Rp199.500.000 – Rp11.500.000].
Pada saat pemulihan. Pada tanggal 1 Juli 2018, Raden Ayu Widya membayar
sejumlah Rp500.000 yang sebelumnya telah dianggap sebagai akun tak tertagih
oleh PT Hamidah. Pemulihan akun piutang yang sebelumnya dianggap tak tertagih
berdampak sebaliknya dari saat penghapusan.
Penerimaan kas dari Raden Ayu Widya direkam dalam sistem akuntansi PT
Hamidah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai