Asuransi Syariah
Pembagian premi biasanya mengacu kemanfaatan produk dan proteksi yang akan diterima oleh
pemegang polis yang bersangkutan. Penentuan besarnya tarif premi asuransi syariah
didasarkan oleh beberapa faktor seperti tabel mortalitas untuk asuransi jiwa, dan tabel
morbiditas untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba di dalamnya.
Mekanismenya pengembalian pada unsur tabungan:
1. Setiap premi yang dibayarkan dengan unsur tabungan ini akan dipisahkan ke dalam dua
rekening dana yang berbeda, yaitu rekening dana tabungan dan rekening dana tabarru’.
2. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila
yang bersangkutan mengajukan klaim, baik berupa nilai tunai ataupun klaim manfaat
asuransi.
3. Dana pada rekening dana tabarru’ ini adalah dana dari kumpulan peserta asuransi.
5. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi beban asuransi (klaim dan premi
6. Presentasi pembagian mudharabah (bagi hasil) dibuat dalan suatu perbandingan tetap
7. besarnya premi disesuaikan dengan kebutuhan pada saat polis jatuh tempo, dan
8. besarnya bagian dana tabungan bagi peserta tergantung lamanya masa perjanjian dan
2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru’ dan
3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana tabarru’ peserta yang dapat
menginvestasikan dana tabarru’ ini yang bagi hasilnya juga akan dimasukkan ke dalam
4. Produk dengan unsur tabarru’ dananya akan dimasukkan kedalam rekening dana
tabarru’ yang akan dialokasikan sesuai denga fungsi dana tabarru’ itu sendiri.
2.) Jelaskan bagaimana alokasi keuntungan investasi yang bersumber dari dana tabarru
pada asuransi syariah dan dari premi yang peserta bayarkan pada asuransi
konvensional?
Jawab:
Asuransi Syariah:
Dalam asuransi syariah semua dana kontribusi menjadi hak milik nasabah. Dana
tersebut nantinya digunakan untuk membayar klaim yang diajukan peserta asuransi.
Ketika nilai kontribusi lebih besar dari nilai klaim, maka akan didapat surplus keuntungan.
Sebaliknya, jika nilai kontribusi lebih kecil dari nilai klaim maka akan terjadi defisit keuntungan.
Asuransi Konvensional:
Pada asuransi konvensional, tertanggung harus membayar sejumlah premi sampai perjanjian
polis berakhir. Jika tertanggung tidak melakukan klaim hingga polis berakhir, maka perusahaan
akan diuntungkan. Kondisi ini dikenal dengan istilah surplus underwriting. Sementara itu, apabila
peserta asuransi mengajukan klaim dalam jumlah yang besar dan waktu yang dekat, maka
perusahaan akan merugi. Kondisi ini disebut defisit underwriting.
3.) Jelaskan konsekwensi bagi peserta yang telat membayar kewajibannya (premi) baik
pada asuransi konvensional maupun pada asuransi syariah!
Jawab:
1. Status sebagai nasabah ditangguhkan
Ketika mendaftarkan diri di perusahaan asuransi, kita akan tercatat sebagai nasabah
yang berhak atas manfaat sesuai dengan produk perlindungan yang dipilih. Misalnya,
Anda memiliki asuransi kesehatan rawat inap. Namun bila pada suatu saat kita telat
Waktu penangguhan ini berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan proteksi
lainnya. Alhasil, Anda tidak bisa mendapatkan manfaat dari asuransi tersebut bila
sewaktu-waktu memerlukan.
Kita tidak dapat mengajukan klaim untuk biaya perawatan yang sudah dilakukan bila
Beberapa perusahaan proteksi biasanya memiliki batas waktu toleransi untuk kondisi
lapse, atau telat bayar. Nah status kita sebagai nasabah bisa dinonaktifkan bila lapse
dan melewati batas waktu yang sudah ditentukan. Sehingga saat kita hendak