PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan
pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut
benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat
dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku
bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga
yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program
asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan anuitas dalam asuransi jiwa?
2. Bagaimana ketentuan dan teknis pelaksanaan asuransi jiwa?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui peranan/pengaruh anuitas dalam asuransi jiwa.
2. Mengetahui bagaimana ketentuan dan teknis pelaksanaan dalam asuransi jiwa.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada para pembaca sebagai bahan
untuk memperoleh pengetahuan mengenai anuitas dan asuransi jiwa.
BAB II
ISI
Menurut istilah asuransi, istilah anuitas itu berarti kontrak yang menyediakan
deretan waktu pembayaran berkala. Yang disebut periode anuitas (annuity period) adalah
jarak waktu pembayaran berlaku dari anuitas tersebut. Waktu bayar tahunan mempunyai
periode anuitas satu tahun dan disebut sebagai anuitas tahunan.
Suatu anuitas yang menyediakan santunan setiap bulan, mempunyai periode
anuitas satu bulan dan disebut sebagai anuitas bulanan. Orang yang menerima
pembayaran manfaat anuitas dikenal sebagai anuitan (penerima bayaran deretan
waktu).
Sebagian besar perusahaan asuransi jiwa memasarkan anuitas untuk perorangan
dan kumpulan. Perusahaan asuransi jiwalah yang pertama menyebarluaskan pemasaran
anuitas, walau bebrapa organisasi lain juga melakukannya. Anuitas dapat dibedakan
menurut (1) awal pemberian manfaat anuitas, (2) cara pembelian, (3) cara pembelian, (3)
jangka waktu pembayaran manfaat anuitas, (4) jum lah pihak yang ditunjuk dan (5)
jumlah besarnya manfaat anuitas (tetap/bervariasi).
1. Awal pemberian manfaat anuitas
Kontrak anuitas itu dapat diklasifikasikan sebagai immediate annuity anuitas
segera dan deffered annuity (anuitas ditunda), tergantung dari saat dimulai pemberian
bayaran berkala itu dijadwalkan.
a. Anuitas segera (immediate annuity)
Menurut ketentuan, pembayaran anuitas segera dimulai satu periode sesudah anuitas
dibeli. Apabila periode anuitas itu satu tahun, manfaat anuitas dijadwalkan untuk
dibayarkan kepada penerimanya setiap tahun dan pembayaran manfaat anuitas pertama
dilakukan satu tahun setelah anuitas itu dibeli. Apabila anuitas mempunyai periode satu
bulan, manfaat anuitas akan dibayarkan kepada penerimanya setiap bulan, dan manfaat
anuitas tersebut dibayarkan pertama kali adalah satu bulan sesudah anuitas dibeli.
Misalnya Carl Reed membeli anuitas segera pada 1 Februari, dan pembayaran
manfaat anuitas dijadwalkan bulanan. Diak akan menerima pembayaran mafaat anuitas
pertama satu bulan kemudian, yaitu pada 1 Maret.
b. Anuitas ditunda (deferred annuity)
Anuitas ditunda adalah anuitas dengan periode pembayaran dijadwalkan untuk
dimulai pada beberapa waktu kemudian. Beberapa waktu ini harus lebih dari satu periode
sesudah tanggal pembelian. Anuitas ditunda seringkali dibeli sewaktu seseorang masih
dalam masa kerja, guna mengantisipasi kebutuhan penghasilan pada masa pensiun.
Dalam hal ini, pembayaran manfaat anuitas biasanya dijadwalkan dimulai pada saat
diperkirakan pensiun. Apabila calon anuitan meniggal sebelum anuitas itu dibayarkan,
jumlah anuitas yang dibayarkan, tambah bunganya, akan dibayarkan kepada pihak yang
ditunjuk oleh pembeli anuitas.
Pembeli anuitas ditunda umumnya boleh mengubah waktu pembayaran anuitas
dimulai; syarat-syarat untuk mengadakan perubahan tersebut, disebutkan dalam kont][rak
anuitas. Perubahan waktu dari yang sudah dijadwalkan ini juga aka merubah jumlah
santunan yang akan diterima.
2. Cara membeli anuitas
Anuitas, sebagaimana polis asuransi jiwa, dibeli dengan cara membayar premi.
Jumlah santunan yang dapat dibeli dengan nilai premi tertentu, tergantung dari
:masa/jangka waktu pembayaran santunan, bunga yang diperoleh perusahaan atas premi
yang diinvestasikan, serta biaya administrasi yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi.
Pembeli anuitas dapat membayar premi dengan tiga cara (1) satu kali, atau premi tunggal;
(2) secara berkala, dengan jumlah premi yang tetap/sama; atau (3) secara berkala, dengan
jumlah premi yang fleksibel.
a. Premi tunggal
Anuitas, seperti polis asuransi jiwa, dapat dibeli dengan cara membayar premi
tunggal. Anuitas seperti ini biasanya disebut Anuitas Premi Tunggal. Baik Anuitas Segera
mapun Ditunda, dapat dibeli dengan cara membayar premi tunggal. Para pensiunan
seringkali membeli anuitas segera premi tunggal (single-premium immediate annuity)
dengan dana yang diterima dari program bagi-hasil pegawai, hasil tabungan, polis
dwiguna habis kontrak, nilai tunai polis asuransi jiwa atau hasil penjualan rumah.
Mereka yang mempunyai banyak uang dan mengantisipasi kebutuhan pemasukan
tetap di kemudian hari biasanya membeli anuitas ditunda dengan premi tunggal. Anuitas
ditunda premi tunggal (single-premium deferred annuity) ini memberikan pembayaran
anuitas lebih besar dari pada anuitas segera premi tunggal (single premium immediate
annuity) dengan nilai premi tunggal yang sama karena jumlah yang dibayar untuk anuitas
ditunda akan mendapatkan bunga selama periode ditunda berlangsung.
b. Premi tetap periodic
Pada anuitas premi tetap periodik, pembeli membayar premi dengan jumlah yang
sama, dengan jarak waktu tetap, seperti bulanan atau tahunan, sampai dengan waktu
pembayaran manfaat anuitas yang sudah dijadwalkan tiba. Periode pembayaran premi itu
disebut accumulation period (periode akumulasi). Anuitas premi tetap periodic selalu
merupakan deferred annuity karena pembayaran manfaat anuitas akan dimulai pada
waktu yang ditentukan di kemudian hari. Sekiranya calon anuitan meniggal sebelum
waktu pembayaran manfaat anuitas mulai, premi yang sudah dibayar, ditambah dengan
bunganya, akan dikembalikan kepada pihak yang ditunjuk.
c. Premi fleksibel periodik
Pada anuitas premi fleksibel, premi dibayar selama periode tertentu. Anuitas premi
fleksibel selalu merupakan anuitas ditunda. Pada dasarnya anuitas premi fleksibel serupa
dengan anuitas premi tetap periodic. Namun, pembeli anuitas premi fleksibel mempunyai
pilihan untuk mengubah jumlah premi antara minimum dan maksimum yang akan
Premi untuk anuitas bersama kehidupan akhir, lebih tinggi dibandingkan dengan
premi anuitas untuk satu orang, karena kemungkinan periode pembayaran manfaat
anuitas lebih panjang daripada jaminan untuk satu orang. Anuitas bersama kehidupan
akhir dapat dikeluarkan sebgai anuitas seumur hidup (straight life annuity) atau anuitas
seumur hidup periode pasti (life income with period certain annuity) atau anuitas seumur
hidup periode pasti (life income with period certain annuity) atau anuitas seumur hidup
dengan pengembalian manfaat (life income with refun annuity).
5. Anuitas berubah-ubah (variable annuities)
Sejauh ini, yang dibahas hanyalah anuitas yang memberikan santunan tertentu
dengan premi tertentu. Untuk anuitas tersebut, anuitan dijamin menerima sejumlah
manfaat anuitas selama jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak. Anuitas lain yang
disebut Anuitas Variabel tidak memberikan jaminan pembayaran
manfaat anuitas.
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu
peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ini mencakup
2 (dua) jenis asuransi, yaitu:
a. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahul dan rumusan:
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang dmarapkan, atau tanggung jawab hukuin kepada
pihak ket/ga yang rnungkin ahan diderita oleh terlanggung.
b. Ansuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial,
dapat diketahui dari rumusan:
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka fokus pembahasan diarahkan
pada jenis asuransi, butir (b). Apabila Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 di persempit hanya melingkupi jenis asuransi jiwa, maka urusannya adalah:
Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana
pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang diasuransikan. Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi
jiwa selanjutnya.
Sebelum berlakunya Undang Nomor 2 Tahun 1992, asuransi jiwa diatur dalam
Ordonantie op het Levensverzekering Bedrijf (Staatsblad Nomor 101 Tahun 1941).
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf Ordonansi tersebut:
dengan
uraian
pasal-pasal
perundang-undangan
di
atas,
Jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek asuransi yang tidak berwujud, yang hanya
dapat dlkenal melalui wujud badannya. Orang yang punya badan itu mempunyai
nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung ataupun sebagai
pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu harus dicantumkan dalam polis.
Dalam hal ini, tertanggung dan orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.
d. Saat mulai dan berakhirriya evenemen
Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku asuransi.
artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung, misalnya mulai
tanggal 1 januari 1990 sampai tanggal 1 Januari 00, apabila dalam jangka waktu itu
terjadi evenemen, maka penanggung berkewajiban membayar santunan kepada
tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai penikmat (beneficiary).
e. Jumlah Asuransi
Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat
diadakan asuransi sebagai jumlah santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada
penikmat dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian kepada tertanggung sendiri
dalam hal berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenemen. Menurut ketentuan
Pasal 305 KUHD, perkiraan jumlah dan syarat-syarat asuransi sama sekali ditentukan
oleh perjanjian bebas antara tertanggung dan penanggung. Dengan adanya perjanjian
bebas tersebut, asas kepentingan dan asas keseimbangan alam.asuransi jiwa
dikesampingkan.
f. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada
penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi
berlangsung. Besarnya jumlah premi asuransi tergantung pada jumlah asuransi yang
disetujui oleh tertanggung pada saat diadakan asuransi.
g. Penanggung, Tertanggung, Penikmat
Dalam hukum asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penanggung dan
tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menanggung beban risiko sebagai imbalan
premi yang diterimanya dari tertanggung. Jika terjadi evenemen yang menjadi beban
penanggung, maka penanggung berkewajiban mengganti kerugian. Dalam asuransi jiwa,
jika terjadi evenemen matinya tertanggung, maka penanggung wajib membayar uang
santunan, atau jika berakhirnya jangka waktu usuransi tanpu terjadi evenemen, maka
penanggung wajib membayar sejumlah uang pengembalian kepada tertanggung.
Penanggung adaiah Perusahaan Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam
penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau matinya seseorang yang
diasuransikan. Perusahaan Asuransi Jiwa merupakan badan hukum milik swasta atau
badan hukum milik negara.
Asuransi dapat juga diadakan untuk kepentingan pihak ketiga dan ini harus
dicantumkan dalam polis. Menurut teori kepentingan pihak ketiga (the third party interest
theory), dalam asuransi jiwa, pihak ketiga yang berkepentingan itu disebut penikmat.
Penikmat ini dapat berupa orang yang ditunjuk oieh tentanggung atau ahli waris
tertanggung. Munculnya penikmat ini apabila terjadi evenemen meninggalnya
tertanggung. Dalam hal ini, tertanggung yang meninggal itu tidak mungkin dapat
menikmati santunan, tetapi penikmat yang ditunjuk atau ahli waris tertanggunglah
sebagai yang berhak menikmati santunan. Akan tetapi, bagaimana halnya jika asuransi itu
berakhir tanpa terjadi evenemen meninggalnya tertanggung?. Dalam hal ini tertanggung
sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat karena dia sendiri masih hidup dan berhak
menikmati pengembalian sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung.
Apabila tertanggung bukan penikmat, maka hal ini dapat disamakan dengan
asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga. Penikmat selaku pihak ketiga tidak
mempunyai kewajiban membayar premi terhadap penanggung. Asuransi diadakan untuk
kepentingannya,
tetapi
tidak
atas
tanggung
jawabnya.
Apabila
tertanggung
membayar premi kepada penanggung. Asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga
(penikmat) harus dicantumkan dalam polis.
h. Evenemen Dan Santunan
1. Evenemen dalam Asuransi Jiwa
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada ketentuan
keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa berbeda dengan
asuransi kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi polis mengharuskan
Pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban penanggung. Mengapa tidak ada
keharusan mencantumkan bahnya yang menjadi beban penanggung dalam polis
asuransi jiwa?. Dalam asuransi jiwa yang dimaksud dengan hahaya adalah
meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu
merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami
kematian. Akan tetapi kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan. lnilah
yang disebut peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.
Evenemen ini hanya 1 (satu), yaitu ketidak pastian kapan meniggalnya
seseorang sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi asuransi jiwa.
Karena evenemen ini hanya 1 (satu), maka tidak perlu di cantumkan dalam polis.
Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang jiwanya
diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban penanggung dalam asuransi
jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu bersisi 2 (dua), yaitu meninggalnya itu
benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi, dan benar-benar tidak terjadi sampai
jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-duanya menjadi beban penanggung.
2. Uang Santunan dan Pengembalian
Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung
kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan kesepakatan
yang tercantum dalam polis. Penikmat yang di maksud adalah orang yang ditunjuk
oleh tertanggung atau orang yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak
menerima dan menikmati santunan sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung.
Pembayaran santunan merupakan akibat terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya
tertanqgung dalam jangka waktu berlaku asuransi jiwa.
Akan tetapi, apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa tidak
terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak dalam
asuransi jiwa, berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang dan penanggung
yang jumlahnya telah ditetapkan berdasarkan perjanjian dalam hal ini terdapat
perbedaan dengan asuraransi kerugian. Pada asuransi kerugian apabila asuransi
berakhir tanpa terjadi evenemen, premi tetap menjadi hak penanggung, sedangkan
pada asuransi jiwa, premi yang telah diterima penanggung dianggap sebagai tabungan
yang dikembalikan kepada penabungnya, yaitu tertanggung.
Asuransi Jiwa Berakhir
1. Karena Terjadi Evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban
penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan
asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang
diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung
berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh
tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang
santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.
Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan
sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen)? Menurut hukum perjanjian,
suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masingmasing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi
jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan
meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi
evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.
Sebagian orang menganggap bahwa membayar premi sama dengan membuang uang
dengan sia sia karena tidak terlihat manfaatnya secara nyata. Sebenarnya anggapan
itu salah total karena sebenarnya manfaat uang pertanggungan yang akan diterima
jauh lebih besar daripada jumlah premi yang dibayarkan.
MANFAAT ASURANSI JIWA
Kita tidak pernah berharap sesuatu yang buruk akan terjadi dalam kehidupan
kita ataupun pada keluarga kita namun walaupun kita sudah berusaha untuk menjaga diri
kita dan keluarga kita sebaik baiknya tentunya resiko untuk mengalami hal hal yang
tidak diinginkan seperti penyakit, kecelakaan atau bahkan kematian tidak dapat
dihindari.di sinilah asuransi jiwa memainkan peranannya dalam kehidupan kita.
Dengan memiliki asuransi jiwa untuk diri kita sendiri dan keluarga kita, berarti
kita me-manage resiko yang akan kita hadapi dengan mempersiapkan sejumlah dana yang
nantinya akan bermanfaat bagi keluarga kita apabila terjadi sesuatu yang tidak terduga
pada kita.
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai keuntungan yang bisa kita
dapatkan dari asuransi jiwa marilah kita melihat ke beberapa contoh kasus yang ada di
bawah ini :
Contoh kasus pertama, kecelakaan yang mengakibatkan terjadinya cacat seumur
hidup untuk korban. Misalnya saja tanpa diduga seseorang mengalami kecelakaan
dan mengalami cacat tubuh sehingga tidak memungkinkan baginya untuk dapat
bekerja lagi. Bila orang tersebut memiliki asuransi jiwa, orang tersebut tidak perlu
khawatir mengenai bagaimana keluarganya akan mendapatkan biaya hidupnya
karena orang tersebut akan menerima uang pertanggungan sebagai bekal hidup di
masa yang akan datang dari pihak penanggung yang dalam hal ini adalah perusahaan
asuransi.
Contoh kasus kedua, menderita penyakit kritis dan harus dirawat di rumah sakit.
Misalnya saja ada seseorang yang tadinya kelihatan sehat dan tidak menunjukkan
gejala penyakit apapun tiba tiba terdiagnosa menderita penyakit kritis. Bila orang
tersebut memiliki asuransi jiwa, maka perusahaan asuransi akan membayarkan
sejumlah uang untuk meringankan biaya pengobatannya. Perusahaan asuransi juga
akan mengganti jumlah uang yang orang tersebut keluarkan selama dirawat di rumah
sakit. Jumlah uang yang diganti oleh perusahaan asuransi tergantung dengan
perjanjian dan produk asuransinya.
Contoh kasus ketiga, meninggal dunia. Kematian tidak dapat dihindari dalam
kehidupan manusia. Bila seseorang sudah memiliki asuransi jiwa maka saat orang
tersebut meninggal dunia, ahli waris dari orang tersebut akan menerima sejumlah
uang pertanggungan dari pihak penanggung yaitu perusahaan asuransi sebagai bekal
bagi keluarga yang ditinggalkan. Hal ini akan sangat berguna apabila orang yang
meninggal juga adalah tulang punggung keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung,
antara lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian
biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk
memperoleh kredit, sebagai tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat
penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan kegiatan usaha.
Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga keuangan, dalam
usaha perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah. Asuransi syariah merupakan
sebuah
sistem
dimana
para
partisipan/
anggota/
peserta
mendonasikan/
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1626
http://id.scribd.com/doc/49219587/MAKALAH-ASURANSI-JIWA#scribd
http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2008/07/makalah-asuransi-jiwa.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16750/3/Chapter%20II.pdf
http://www.kompasiana.com/syarif1970/anuitas-apa-danbagaimana_552817ff6ea834792e8b45a0
http://latincs-mariberasuransi.blogspot.co.id/2010/01/program-anuitas-seumur-hidup.html
http://www.car.co.id/id/layanan-nasabah/dplk/prosedur-dan-ketentuan-dplk-car/anuitasseumur-hidup