Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan
pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut
benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat
dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku
bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga
yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program
asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan anuitas dalam asuransi jiwa?
2. Bagaimana ketentuan dan teknis pelaksanaan asuransi jiwa?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui peranan/pengaruh anuitas dalam asuransi jiwa.
2. Mengetahui bagaimana ketentuan dan teknis pelaksanaan dalam asuransi jiwa.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada para pembaca sebagai bahan
untuk memperoleh pengetahuan mengenai anuitas dan asuransi jiwa.

BAB II
ISI
Menurut istilah asuransi, istilah anuitas itu berarti kontrak yang menyediakan
deretan waktu pembayaran berkala. Yang disebut periode anuitas (annuity period) adalah
jarak waktu pembayaran berlaku dari anuitas tersebut. Waktu bayar tahunan mempunyai
periode anuitas satu tahun dan disebut sebagai anuitas tahunan.
Suatu anuitas yang menyediakan santunan setiap bulan, mempunyai periode
anuitas satu bulan dan disebut sebagai anuitas bulanan. Orang yang menerima
pembayaran manfaat anuitas dikenal sebagai anuitan (penerima bayaran deretan
waktu).
Sebagian besar perusahaan asuransi jiwa memasarkan anuitas untuk perorangan
dan kumpulan. Perusahaan asuransi jiwalah yang pertama menyebarluaskan pemasaran
anuitas, walau bebrapa organisasi lain juga melakukannya. Anuitas dapat dibedakan
menurut (1) awal pemberian manfaat anuitas, (2) cara pembelian, (3) cara pembelian, (3)
jangka waktu pembayaran manfaat anuitas, (4) jum lah pihak yang ditunjuk dan (5)
jumlah besarnya manfaat anuitas (tetap/bervariasi).
1. Awal pemberian manfaat anuitas
Kontrak anuitas itu dapat diklasifikasikan sebagai immediate annuity anuitas
segera dan deffered annuity (anuitas ditunda), tergantung dari saat dimulai pemberian
bayaran berkala itu dijadwalkan.
a. Anuitas segera (immediate annuity)
Menurut ketentuan, pembayaran anuitas segera dimulai satu periode sesudah anuitas
dibeli. Apabila periode anuitas itu satu tahun, manfaat anuitas dijadwalkan untuk
dibayarkan kepada penerimanya setiap tahun dan pembayaran manfaat anuitas pertama
dilakukan satu tahun setelah anuitas itu dibeli. Apabila anuitas mempunyai periode satu

bulan, manfaat anuitas akan dibayarkan kepada penerimanya setiap bulan, dan manfaat
anuitas tersebut dibayarkan pertama kali adalah satu bulan sesudah anuitas dibeli.
Misalnya Carl Reed membeli anuitas segera pada 1 Februari, dan pembayaran
manfaat anuitas dijadwalkan bulanan. Diak akan menerima pembayaran mafaat anuitas
pertama satu bulan kemudian, yaitu pada 1 Maret.
b. Anuitas ditunda (deferred annuity)
Anuitas ditunda adalah anuitas dengan periode pembayaran dijadwalkan untuk
dimulai pada beberapa waktu kemudian. Beberapa waktu ini harus lebih dari satu periode
sesudah tanggal pembelian. Anuitas ditunda seringkali dibeli sewaktu seseorang masih
dalam masa kerja, guna mengantisipasi kebutuhan penghasilan pada masa pensiun.
Dalam hal ini, pembayaran manfaat anuitas biasanya dijadwalkan dimulai pada saat
diperkirakan pensiun. Apabila calon anuitan meniggal sebelum anuitas itu dibayarkan,
jumlah anuitas yang dibayarkan, tambah bunganya, akan dibayarkan kepada pihak yang
ditunjuk oleh pembeli anuitas.
Pembeli anuitas ditunda umumnya boleh mengubah waktu pembayaran anuitas
dimulai; syarat-syarat untuk mengadakan perubahan tersebut, disebutkan dalam kont][rak
anuitas. Perubahan waktu dari yang sudah dijadwalkan ini juga aka merubah jumlah
santunan yang akan diterima.
2. Cara membeli anuitas
Anuitas, sebagaimana polis asuransi jiwa, dibeli dengan cara membayar premi.
Jumlah santunan yang dapat dibeli dengan nilai premi tertentu, tergantung dari
:masa/jangka waktu pembayaran santunan, bunga yang diperoleh perusahaan atas premi
yang diinvestasikan, serta biaya administrasi yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi.
Pembeli anuitas dapat membayar premi dengan tiga cara (1) satu kali, atau premi tunggal;
(2) secara berkala, dengan jumlah premi yang tetap/sama; atau (3) secara berkala, dengan
jumlah premi yang fleksibel.

a. Premi tunggal
Anuitas, seperti polis asuransi jiwa, dapat dibeli dengan cara membayar premi
tunggal. Anuitas seperti ini biasanya disebut Anuitas Premi Tunggal. Baik Anuitas Segera
mapun Ditunda, dapat dibeli dengan cara membayar premi tunggal. Para pensiunan
seringkali membeli anuitas segera premi tunggal (single-premium immediate annuity)
dengan dana yang diterima dari program bagi-hasil pegawai, hasil tabungan, polis
dwiguna habis kontrak, nilai tunai polis asuransi jiwa atau hasil penjualan rumah.
Mereka yang mempunyai banyak uang dan mengantisipasi kebutuhan pemasukan
tetap di kemudian hari biasanya membeli anuitas ditunda dengan premi tunggal. Anuitas
ditunda premi tunggal (single-premium deferred annuity) ini memberikan pembayaran
anuitas lebih besar dari pada anuitas segera premi tunggal (single premium immediate
annuity) dengan nilai premi tunggal yang sama karena jumlah yang dibayar untuk anuitas
ditunda akan mendapatkan bunga selama periode ditunda berlangsung.
b. Premi tetap periodic
Pada anuitas premi tetap periodik, pembeli membayar premi dengan jumlah yang
sama, dengan jarak waktu tetap, seperti bulanan atau tahunan, sampai dengan waktu
pembayaran manfaat anuitas yang sudah dijadwalkan tiba. Periode pembayaran premi itu
disebut accumulation period (periode akumulasi). Anuitas premi tetap periodic selalu
merupakan deferred annuity karena pembayaran manfaat anuitas akan dimulai pada
waktu yang ditentukan di kemudian hari. Sekiranya calon anuitan meniggal sebelum
waktu pembayaran manfaat anuitas mulai, premi yang sudah dibayar, ditambah dengan
bunganya, akan dikembalikan kepada pihak yang ditunjuk.
c. Premi fleksibel periodik
Pada anuitas premi fleksibel, premi dibayar selama periode tertentu. Anuitas premi
fleksibel selalu merupakan anuitas ditunda. Pada dasarnya anuitas premi fleksibel serupa
dengan anuitas premi tetap periodic. Namun, pembeli anuitas premi fleksibel mempunyai
pilihan untuk mengubah jumlah premi antara minimum dan maksimum yang akan

dibayarnya. Misalnya, pembeli boleh membayar premi antara Rp 250.000,- (minimum)


dan Rp 1.000.000,- (maksimum) setiap tahun. Jumlah premi yang sebenarnya dibayar
tidak harus sama pada tahun-tahun selanjutnya, asalkan masih berkisar antara jumlah
miimum dan maksimum yang ditentukan dalam kontrak.
3. Pembayaran manfaat anuitas
Seorang anuitan dapat memilih dua bentuk jangka waktu pembayaran anuitas yaitu
selama jangka waktu tertentu atau seumur hidup. Anuitas yang dibayarkan untuk suatu
jangka waktu tertentu, baik anuitan hidup atau sudah meninggal, disebut Anuitas Pasti
(annuity certain). Anuitas yang dibayarkan hanya sampai anuitan meninggal disebut
Anuitas Hidup (life annuity). Anuitas yang dibayarkan sampai anuitan meninggal atau
sampai akhir suatu jangka waktu tertentu, disebut sebagai Anuitas Hidup Sementara
(temporary life annuity).
1

Anuitas pasti (annuity certain)


Anuitas Pasti menyediakan sejumlah santunan yang besarnya telah
ditentukan. Periode pembayaran santunan ini disebut periode pasti (certain
period). Pembayaran akan berhenti pada akhir periode pasti, walaupun anuitan
masih hidup. Apabila anuitan meninggal sebelum periode pasti berakhir,
santunan anuitas yang masih tersisa akan dibayarkan kepada Ahliwaris yang
ditunjuk oleh anuitan dalam kontrak. Anuitas pasti ini serupa dengan pilihan
periode pasti untuk cara penyelesaian santunan dalam polis asuransi jiwa.
Anuitas pasti ini sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan
penghasilan untuk jangka waktu tertentu. Misalnya, anuitas empat tahun dapat
digunakan untuk membayar biaya pendidikan universitas. Anuitas pasti dapat
juga digunakan sebgai persiapan untuk memperoleh penghasilan dalam jangka
waktu tertentu, sambil menunggu sumber pendapatan lain, seperti uang pensiun.
Karena santunan anuitas pasti ini akan berhenti pada akhir waktu tertentu, tidak
peduli anuitan masih hidup, anuitas pasti ini tidak tepat digunakan sebagai satusatunya sumber penghasilan seorang pensiunan.

Anutias hidup (life annuities)


Suatu anuitas hidup menjamin bahwa manfaat pasti diberikan paling tidak
sampai anutan meninggal dunia. Karenanya, dalam menetapkan jumlah santunan
anuitas yang akan diberikan dengan pembayaran premi tertentu, perusahaan
yang mengadakan plan anuitas hidup harus memperhatikan harapan hidup calon
penerima. Lazimnya, hanya perusahaan asuransi jiwalah yang diberi wewenang
untuk membuat kontrak dengan memasukkan perkiraan harapan hidup seseorang
ke dalam perhitungan.
Dalam penetuan anuitas hidup, Penanggung berpatokan pada table mortalita
khusus anuitas untuk menetukan tingkat premi bagi anuitas hidup. Table
mortalita anuitas memproyeksikan daftar tingkat mortalita mereka yang membeli
anuitas. Table mortalita anuitas ini tidak sama dengan table mortalita yang
dipakai untuk menentukan premi asuransi jiwa; karena ada perbedaan penting
antara tingkat mortalita yang dialami oleh mereka yang membeli asurnsi jiwa
dengan tingkat mortalita yang dialami oleh mereka yang membeli anuitas.
Umumnya, table mortalita ini menggambarkan bahwa anuitan sebgai kelompok
mempunyai harapan hidup lebih panjang disbanding mereka yang membeli
asuransi jiwa.
Harapan hidup lebih panjang yang dialami anuitan sebagai anggota
kelompok antara lain diperoleh dari kenyataan, bahwa orang orang yang kondisi
kesehatannya baik dan mempunyai harapan hidup lebih lama, lebih tertarik
membeli abuitas dengan manfaat seumur hidup (life income annuity) dibanding
mereka yang kondisi kesehatannya buruk. Bentuk anti seleksi ini berlawanan
dengan bentuk anti-seleksi pada asuransi jiwa. Orang yang kondisi kesehatannya
buruk atau karena alasan lain diperkirakan harapan hidup lebih pendek dari pada
yang kondisinya kesehatannya baik. Karena tingkat premi anuitas hidup akan
turun apabila angka mortalita naik, pemakaian table mortalita asuransi jiwa
untuk menghitung premi anuitas akan mengakibatkan tingkat premi anuitas tidak
cukup untuk penyediaan manfaat anuitas hidup yang telah dijanjikan.

Statistic mortalita anuitas, sebgaimana statistic mortalita asuransi jiwa,


menggambarkan bahwa wanita sebagai kelompok mempunyai harapan hidup
lebih lama daripada pria sebgai kelompok. Karena itu, penanggung harus
membayar manfaat anuitas hidup kepada wanita sebagai kumpulan dalan kurun
waktu lebih panjang dibandingkan dengan membayar manfaat anuitas hiudp
kepada pria sebagai kelompok.
Oleh sebab itu, tingkat premi anuitas untuk wanita umumnya lebih tinggi
dibandingkan pria dalam usia yang sama. Dengan kata lain, penanggung
memperhitungkan tingkat mortalita anuitan wanita lebih rendah, dengan
menerapkan tingkat premi anuitas lebih tinggi daripada pria. Walau beberapa
penaggung menetapkan premi berbeda, lebih tinggi, sebagian lainnya
menetapkan premi wanita sama besar dengan premi pria yang empat sampai lima
tahun lebih muda. Sebagai alternative beberapa perusahaan menyusun table
unisex dengan penerapan premi yang sama bagi anuitas hidup pria dan wanita.
4. Anuitas bersama kehidupan akhir (joint and survivor annuity)
Menurut joint dan survivor annuity, yang disebut anuitas bersama kehidupan akhir
(joint and last survivorship annuities), adalah deretan pembayaran yang diberikan kepada
dua orang anuitan atau lebih dan manfaat anuitas terus berlangsung sampai keduanya atau
semua anuitan meninggal. Anuitas ini biasa dibeli oleh pasangan suami-istri sehinggal
apabila salah seorang meninggal, yang masih hidup akan terus menerima manfaat anuitas
sepanjang hidupnya.
Sebagian besar anuitas bersama kehidupan akhir menentukan bahwa manfaat
anuitas akan tetap sama besarnya selama jangka waktu pembayaran manfaat anuitas,
walau ada beberapa yang menetapkan bahwa manfaat anuitas akan berkurang apabila slah
satu anuitan meniggal. Misalnya, manfaat anuitas kepada yang masih hidup akan
dikurangi 1/3-nya sesudah anuitan pertama meninggal. Premi untuk kontrak anuitas yang
manfaat anuitasnya menurun sesudah anuitan pertama meninggal, lebih rendah daripada
premi untuk kontrak yang manfaat anuitasnya tetap sama selama masa manfaat anuitas.

Premi untuk anuitas bersama kehidupan akhir, lebih tinggi dibandingkan dengan
premi anuitas untuk satu orang, karena kemungkinan periode pembayaran manfaat
anuitas lebih panjang daripada jaminan untuk satu orang. Anuitas bersama kehidupan
akhir dapat dikeluarkan sebgai anuitas seumur hidup (straight life annuity) atau anuitas
seumur hidup periode pasti (life income with period certain annuity) atau anuitas seumur
hidup periode pasti (life income with period certain annuity) atau anuitas seumur hidup
dengan pengembalian manfaat (life income with refun annuity).
5. Anuitas berubah-ubah (variable annuities)
Sejauh ini, yang dibahas hanyalah anuitas yang memberikan santunan tertentu
dengan premi tertentu. Untuk anuitas tersebut, anuitan dijamin menerima sejumlah
manfaat anuitas selama jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak. Anuitas lain yang
disebut Anuitas Variabel tidak memberikan jaminan pembayaran

manfaat anuitas.

Anuitas berubah-ubah menyediakan pembayaran anuitas yang berubah-ubah sesuai


dengan perolehan investasi dari dana khusus, yang disebut rekening terpisah (separate
account). Dana rekening terpisah ini biasanya ditempatkan oleh penanggung pada bidang
investasi hasilnya bervariasi seperti saham dan ekuitas.
ASURANSI JIWA
1. Pengertian Asuransi Jiwa
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
Dalam Undang Nomor 2 Tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi yang lebih
lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992:
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu
peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ini mencakup
2 (dua) jenis asuransi, yaitu:
a. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahul dan rumusan:
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang dmarapkan, atau tanggung jawab hukuin kepada
pihak ket/ga yang rnungkin ahan diderita oleh terlanggung.
b. Ansuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial,
dapat diketahui dari rumusan:
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka fokus pembahasan diarahkan
pada jenis asuransi, butir (b). Apabila Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 di persempit hanya melingkupi jenis asuransi jiwa, maka urusannya adalah:
Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana
pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang diasuransikan. Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi
jiwa selanjutnya.
Sebelum berlakunya Undang Nomor 2 Tahun 1992, asuransi jiwa diatur dalam
Ordonantie op het Levensverzekering Bedrijf (Staatsblad Nomor 101 Tahun 1941).
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf Ordonansi tersebut:

Ovoroenkomstem van levensvorzekering de overeenkomsten tot het doon van


geldelijke uitkeringen, tegen genot van premie en in verband met het leven of den dood
van den menschs. Overeenkomsten van herverzekering daaronder begrepen, met dien
verstande, dat overeenkomsten van ongevallenverzokerinq niet als overeenkomsten van
levensverzekerinq worden berschouwd.
Terjemahnnnya. Asuransi jiwa adalah perjanjian untuk membayar sejumlah uang
karena telah diterimanya premi yang herhubungan dengan hidup atau matinya seseorang,
rensuransi termasuk di dalamnya, sedangkan asuransi kecelakaan tidak termasuk dalam
asuransi jiwa.
Dalam Pasal 27 Undang Nomor 2 Tahun 1992 ditentukan bahwa dengan
berlakunya undang-undang ini, maka Ordonantie op het Levens Verzekering Bedrijf
dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun yang dimaksud dengan undang-undang ini adalah
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Oleh karena itu, tidak perlu lagi membahas
asuransi jiwa berdasarkari Ordonansi ini karena sudah tidak berlaku lagi, dan pengertian
asuransi jiwa sudah tercakup dalam Pasal 1 angka (1) nomor 2 Undang-Undang Tahun
1992.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302. pasal 308
KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh) pasa. Akan tetapi tidak 1 (satu) pasalpun yang memuat
rumusan definisi asuransi jiwa. Dengan demikian sudah tepat jlka definisi asuransi dalam
Pasat 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dijadikan titik totak pembahasan
dan ini ada hubungannya dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303 KUHD yang
membolehkan orang mengasuransikan jiwanya.
Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD: Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu
yang ditentukan dalam perjanjian.

Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan: Orang yang berkepentingan


dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang
diasuransikan jiwanya.
Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat
mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak
ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu
yang dtetapkan dalam perjanjian.
Sehubungan

dengan

uraian

pasal-pasal

perundang-undangan

di

atas,

Purwosutjipto memperjelas lagi pengertian asuransi jiwa dengan mengemukakan definisi:


Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil)
asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan
diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung,
sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya
dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan,
mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk
oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya.
Dalam rumusan definisinya, Purwosutjipto menggunakan istilah penutup
(pengambil) asuransi dan penangung.
Definisi Purwosutjipto berbeda dengan definisi yang terdapat dalam Pasal angka
(1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1 92. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dengan tegas di nyatakan bahwa pihakpihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan
tertanggung, sedangkan Purwosutjipto menyebutnya penutup (pengambil) asuransi
dan penanggung.
b. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dinyatakan bahwa penanggung dengan
menerima premi memberikan pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang yang

ditunjuk sebagai penikmnya. Purwosutjipto menyebutkan membayar l orang yang


ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya. Kesannya hanya
untuk asuransi jiwa selama hidup, tidak termasuk untuk yang berjangka waktu
tertentu.
Polis Asuransi Jiwa
Bentuk dan isi Polis
Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asruransi jiwa harus diadakan secara
tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304 KUHD,
polis asuransi jiwa memuat:
a. Hari diadakan asuransi
Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi. Hal ini penting
untuk mengetahui kapan asuransi itu mulai berjalan dan dapat diketahui pula sejak
hari dan tanggal itu risiko menjadi beban penanggung.
b. Nama tertanggung
Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang wajib
membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila terjadi evenemen atau apabila
jangka waktu berlakunya asuransi berakhir, tertanggung berhak menerima sejumlah
uang santunan atau pengembalian dari penanggung. Selain tertanggung, dalam praktik
asuransi jiwa dikenal pula penikmat (beneficiary). yaitu orang yang berhak menerima
sejumlah uang tertentu dan penanggung karena ditunjuk oleh tertanggung atau karena
ahli warisnya, dan tercantum dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak
ketiga yang berkepentingan.
c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan
Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan. Jiwa tanpa
badan tidak ada, sebaliknya badan tanpa jiwa tidak ada arti apa-apa bagi asuransi

Jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek asuransi yang tidak berwujud, yang hanya
dapat dlkenal melalui wujud badannya. Orang yang punya badan itu mempunyai
nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung ataupun sebagai
pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu harus dicantumkan dalam polis.
Dalam hal ini, tertanggung dan orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.
d. Saat mulai dan berakhirriya evenemen
Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku asuransi.
artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung, misalnya mulai
tanggal 1 januari 1990 sampai tanggal 1 Januari 00, apabila dalam jangka waktu itu
terjadi evenemen, maka penanggung berkewajiban membayar santunan kepada
tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai penikmat (beneficiary).
e. Jumlah Asuransi
Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat
diadakan asuransi sebagai jumlah santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada
penikmat dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian kepada tertanggung sendiri
dalam hal berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenemen. Menurut ketentuan
Pasal 305 KUHD, perkiraan jumlah dan syarat-syarat asuransi sama sekali ditentukan
oleh perjanjian bebas antara tertanggung dan penanggung. Dengan adanya perjanjian
bebas tersebut, asas kepentingan dan asas keseimbangan alam.asuransi jiwa
dikesampingkan.
f. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada
penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi
berlangsung. Besarnya jumlah premi asuransi tergantung pada jumlah asuransi yang
disetujui oleh tertanggung pada saat diadakan asuransi.
g. Penanggung, Tertanggung, Penikmat

Dalam hukum asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penanggung dan
tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menanggung beban risiko sebagai imbalan
premi yang diterimanya dari tertanggung. Jika terjadi evenemen yang menjadi beban
penanggung, maka penanggung berkewajiban mengganti kerugian. Dalam asuransi jiwa,
jika terjadi evenemen matinya tertanggung, maka penanggung wajib membayar uang
santunan, atau jika berakhirnya jangka waktu usuransi tanpu terjadi evenemen, maka
penanggung wajib membayar sejumlah uang pengembalian kepada tertanggung.
Penanggung adaiah Perusahaan Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam
penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau matinya seseorang yang
diasuransikan. Perusahaan Asuransi Jiwa merupakan badan hukum milik swasta atau
badan hukum milik negara.
Asuransi dapat juga diadakan untuk kepentingan pihak ketiga dan ini harus
dicantumkan dalam polis. Menurut teori kepentingan pihak ketiga (the third party interest
theory), dalam asuransi jiwa, pihak ketiga yang berkepentingan itu disebut penikmat.
Penikmat ini dapat berupa orang yang ditunjuk oieh tentanggung atau ahli waris
tertanggung. Munculnya penikmat ini apabila terjadi evenemen meninggalnya
tertanggung. Dalam hal ini, tertanggung yang meninggal itu tidak mungkin dapat
menikmati santunan, tetapi penikmat yang ditunjuk atau ahli waris tertanggunglah
sebagai yang berhak menikmati santunan. Akan tetapi, bagaimana halnya jika asuransi itu
berakhir tanpa terjadi evenemen meninggalnya tertanggung?. Dalam hal ini tertanggung
sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat karena dia sendiri masih hidup dan berhak
menikmati pengembalian sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung.
Apabila tertanggung bukan penikmat, maka hal ini dapat disamakan dengan
asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga. Penikmat selaku pihak ketiga tidak
mempunyai kewajiban membayar premi terhadap penanggung. Asuransi diadakan untuk
kepentingannya,

tetapi

tidak

atas

tanggung

jawabnya.

Apabila

tertanggung

mengasuransikan jiwanya sendiri, maka tentanggung sendiri berkedudukan sebagai


penikmat yang berkewajiban membayar premi kepada penanggung. Dalam hal ini
tertanggung adalah pihak dalam asuransi dan sekaligus penikmat yang berkewajiban

membayar premi kepada penanggung. Asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga
(penikmat) harus dicantumkan dalam polis.
h. Evenemen Dan Santunan
1. Evenemen dalam Asuransi Jiwa
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada ketentuan
keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa berbeda dengan
asuransi kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi polis mengharuskan
Pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban penanggung. Mengapa tidak ada
keharusan mencantumkan bahnya yang menjadi beban penanggung dalam polis
asuransi jiwa?. Dalam asuransi jiwa yang dimaksud dengan hahaya adalah
meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu
merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami
kematian. Akan tetapi kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan. lnilah
yang disebut peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.
Evenemen ini hanya 1 (satu), yaitu ketidak pastian kapan meniggalnya
seseorang sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi asuransi jiwa.
Karena evenemen ini hanya 1 (satu), maka tidak perlu di cantumkan dalam polis.
Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang jiwanya
diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban penanggung dalam asuransi
jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu bersisi 2 (dua), yaitu meninggalnya itu
benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi, dan benar-benar tidak terjadi sampai
jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-duanya menjadi beban penanggung.
2. Uang Santunan dan Pengembalian
Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung
kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan kesepakatan
yang tercantum dalam polis. Penikmat yang di maksud adalah orang yang ditunjuk
oleh tertanggung atau orang yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak

menerima dan menikmati santunan sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung.
Pembayaran santunan merupakan akibat terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya
tertanqgung dalam jangka waktu berlaku asuransi jiwa.
Akan tetapi, apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa tidak
terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak dalam
asuransi jiwa, berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang dan penanggung
yang jumlahnya telah ditetapkan berdasarkan perjanjian dalam hal ini terdapat
perbedaan dengan asuraransi kerugian. Pada asuransi kerugian apabila asuransi
berakhir tanpa terjadi evenemen, premi tetap menjadi hak penanggung, sedangkan
pada asuransi jiwa, premi yang telah diterima penanggung dianggap sebagai tabungan
yang dikembalikan kepada penabungnya, yaitu tertanggung.
Asuransi Jiwa Berakhir
1. Karena Terjadi Evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban
penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan
asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang
diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung
berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh
tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang
santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.
Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan
sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen)? Menurut hukum perjanjian,
suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masingmasing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi
jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan
meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi
evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.

2. Karena Jangka Waktu Berakhir


Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu
terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu
berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko
penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung
akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak
jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang
kepada tertanggung.
3. Karena Asuransi Gugur
Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD:
Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata
sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui
kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain,
Kata-kata bagian akhir pasal ini kecuali jika diperjanjiknn lain memberi peluang
kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan pasal ini,
misalnya asuransi yang diadakan untuk tetap dinyalakan sah asalkan tertanggung
betul-betul tidak mengetahui telah meninggalnya itu. Apablia asuransi jiwa itu gugur,
bagaimana dengan premi yang sudah dibayar karena penanggung tidak menjalani
risiko? Hal ini pun diserahkan kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal
306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga.
Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan:
Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman
mati, maka asuransi jiwa itu gugur.
Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini?. Menurut Purwosutjipto,
penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa

ditutup dengan sebuah klausul yang membolehkan penanggung melakukan


prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dan badan tertanggung asalkan
peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu 2 (dua) tahun sejak diadakan asuransi.
Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi jiwa lebih supel lagi.
4. Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir.
Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran
premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri.
Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah
premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar,
tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau
beberapa kali pembayaran (secara bulanan), bagaimana cara penyelesaiannya? Karena
asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada
kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis
Di negara negara maju seperti Amerika dan berbagai negara di belahan Eropa,
mayoritas penduduknya sudah memiliki kesadaran akan pentingnya peranan asuransi
sehingga tanpa harus ditawari pun mereka akan mencari sendiri produk asuransi yang
cocok bagi mereka. Sebaliknya, di negara negara berkembang seperti Indonesia,
kesadaran orang mengenai pentingnya asuransi belum terlalu diutamakan. Karena itu,
dalam modul ini kita akan membahas pengertian asuransi itu sendiri dan apa manfaat
yang bisa kita dapatkan dengan memiliki asuransi.
Contoh pihak yang memiliki insurable interest adalah sebagai berikut:
Orang Tua dan Anak. Kedua belah pihak memiliki insurable interest karena adanya
hubungan darah.
Suami dan Istri. Keduanya memiliki insurable interest karena mereka berdua terikat
dalam suatu hubungan pernikahan yang sah menurut hukum yang berlaku.

Sebagian orang menganggap bahwa membayar premi sama dengan membuang uang
dengan sia sia karena tidak terlihat manfaatnya secara nyata. Sebenarnya anggapan
itu salah total karena sebenarnya manfaat uang pertanggungan yang akan diterima
jauh lebih besar daripada jumlah premi yang dibayarkan.
MANFAAT ASURANSI JIWA
Kita tidak pernah berharap sesuatu yang buruk akan terjadi dalam kehidupan
kita ataupun pada keluarga kita namun walaupun kita sudah berusaha untuk menjaga diri
kita dan keluarga kita sebaik baiknya tentunya resiko untuk mengalami hal hal yang
tidak diinginkan seperti penyakit, kecelakaan atau bahkan kematian tidak dapat
dihindari.di sinilah asuransi jiwa memainkan peranannya dalam kehidupan kita.
Dengan memiliki asuransi jiwa untuk diri kita sendiri dan keluarga kita, berarti
kita me-manage resiko yang akan kita hadapi dengan mempersiapkan sejumlah dana yang
nantinya akan bermanfaat bagi keluarga kita apabila terjadi sesuatu yang tidak terduga
pada kita.
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai keuntungan yang bisa kita
dapatkan dari asuransi jiwa marilah kita melihat ke beberapa contoh kasus yang ada di
bawah ini :
Contoh kasus pertama, kecelakaan yang mengakibatkan terjadinya cacat seumur
hidup untuk korban. Misalnya saja tanpa diduga seseorang mengalami kecelakaan
dan mengalami cacat tubuh sehingga tidak memungkinkan baginya untuk dapat
bekerja lagi. Bila orang tersebut memiliki asuransi jiwa, orang tersebut tidak perlu
khawatir mengenai bagaimana keluarganya akan mendapatkan biaya hidupnya
karena orang tersebut akan menerima uang pertanggungan sebagai bekal hidup di
masa yang akan datang dari pihak penanggung yang dalam hal ini adalah perusahaan
asuransi.
Contoh kasus kedua, menderita penyakit kritis dan harus dirawat di rumah sakit.
Misalnya saja ada seseorang yang tadinya kelihatan sehat dan tidak menunjukkan

gejala penyakit apapun tiba tiba terdiagnosa menderita penyakit kritis. Bila orang
tersebut memiliki asuransi jiwa, maka perusahaan asuransi akan membayarkan
sejumlah uang untuk meringankan biaya pengobatannya. Perusahaan asuransi juga
akan mengganti jumlah uang yang orang tersebut keluarkan selama dirawat di rumah
sakit. Jumlah uang yang diganti oleh perusahaan asuransi tergantung dengan
perjanjian dan produk asuransinya.
Contoh kasus ketiga, meninggal dunia. Kematian tidak dapat dihindari dalam
kehidupan manusia. Bila seseorang sudah memiliki asuransi jiwa maka saat orang
tersebut meninggal dunia, ahli waris dari orang tersebut akan menerima sejumlah
uang pertanggungan dari pihak penanggung yaitu perusahaan asuransi sebagai bekal
bagi keluarga yang ditinggalkan. Hal ini akan sangat berguna apabila orang yang
meninggal juga adalah tulang punggung keluarga.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung,
antara lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian
biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk
memperoleh kredit, sebagai tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat
penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan kegiatan usaha.
Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga keuangan, dalam
usaha perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah. Asuransi syariah merupakan
sebuah

sistem

dimana

para

partisipan/

anggota/

peserta

mendonasikan/

menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk


membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/
anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional
perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/
dilimpahkan kepada perusahaan.
B. Saran

Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena program ini


memiliki banyak manfaat bagi pihak tertanggung, seperti yang telah penulis
uraikan dalam materi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1626
http://id.scribd.com/doc/49219587/MAKALAH-ASURANSI-JIWA#scribd
http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2008/07/makalah-asuransi-jiwa.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16750/3/Chapter%20II.pdf
http://www.kompasiana.com/syarif1970/anuitas-apa-danbagaimana_552817ff6ea834792e8b45a0
http://latincs-mariberasuransi.blogspot.co.id/2010/01/program-anuitas-seumur-hidup.html
http://www.car.co.id/id/layanan-nasabah/dplk/prosedur-dan-ketentuan-dplk-car/anuitasseumur-hidup

Anda mungkin juga menyukai