Anda di halaman 1dari 5

Pembukuan dan Pencatatan

Pasal 1 ayat 29

“Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.”

“Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan penerimaan
penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.”

Yang Wajib Melakukan Pembukuan dan Pencatatan

Pembukuan

1. WP Badan
2. WP pribadi yang melakukan kegiatan usaha usaha atau pekerjaan bebas

Pencatatan

1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Syarat-syarat Penyelenggaraan Pembukuan atau Pencatatan

 Di selenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan usaha yang sebenarnya.
 Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata
uang rupiah, dan disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam Bahasa asing yang diizinkan
oleh Menteri keuangan.
 Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
 Pembukuan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan
oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
 Pembukuan sekurang kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terhutang.

Tujuan Penyelenggaraan Pembukuanatau Pencatatan

 Pengisian spt
 Penghitungan PPn dan PPnBM
 Penghitungan penghasilan kena pajak
 Untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Ketentuan Pembukuan dalam bahasa Inggris dan Mata Uang Dollar Amerika

 Ketentuan kurs konversi:


o Tahun pertama, konversi nilai rupiah ke dollar dengan kurs yang sebenarnya
berlaku.
o Dalam tahun berjalan: transaksi dengan mata uang lain selain dollar Amerika di
konversi dengan kurs yang sebenarnya berlaku.
Pelaporan Pajak

Pasal 1 ayat 11

“Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) disampaikan dalam bahasa Indonesia dengan format khusus,
yang berisikan mata uang dollar Amerika dan konversi dalam mata uang rupiah disampaikan sesuai
batas waktu.

PEMBAYARAN PAJAK & PELAPORAN PAJAK

Batas waktu pembayaran dan pelaporan pajak

1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (OP)


Pasal 1 ayat 13 “Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.”
a. Batas waktu penyampaian SPT ini paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak
- Tahun Pajak merupakan jangka waktu 1 (satu) tahun kalender. Kecuali wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
- WP OP yang dikecualikan dalam menyampaikan SPT Tahunan adalah mereka yang
dalam satu tahun Pajak memiliki penghasilan neto yang tidak melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP)
2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan
Pasal 1 ayat 13 “Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.”
a. atas waktu penyampaiannya paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak
- Tahun Pajak merupakan jangka waktu 1 (satu) tahun kalender. Kecuali wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
3. SPT Masa
Pasal 1 ayat 12 = “Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Masa Pajak.”
a. Batas waktu penyampaiannya paling lama 20 hari setelah akhir Tahun Pajak.
b. Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak,
paling lama adalah 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak. Batas akhir penyetoran PPh masa yaitu tanggal 10 dan tanggal 15 di bulan
berikutnya. Tanggal 15 sendiri diperuntukkan bagi bukti setor dan tanggal 10 bagi
bukti pemotongan/pemungutan.
Pemeriksaan Pajak dan Verifikasi

Pasal 1 ayat 25 “Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Tujuan pemeriksaan

Menurut pasal 2 ayat 1 PMK tahun 2000, tujuan pemeriksaan ada 2 yaitu

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.


2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan

Verifikasi

Menurut PMK Pasal 1 ayat 2 nomor 146 Tahun 2012

“Verifikasi adalah serangkaian kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau
penghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau berdasarkan data
dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal Pajak, dalam rangka
menerbitkan surat ketetapan pajak, menerbitkan/menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau mengukuhkan/mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.”

Tujuan Verifikasi

Menurut PMK nomor 146 Tahun 2012 BAB 2 pasal 2 tujuan verifikasi adalah

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Verifikasi dalam rangka:

a. menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;


b. menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan atau berdasarkan permohonan
Wajib Pajak;
c. mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan;
d. mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak;
e. mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan atau berdasarkan permohonan
Pengusaha Kena Pajak; dan/atau
f. menerbitkan surat ketetapan pajak.

SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN PAJAK

Menurut UU NRI Tahun 2021

“Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar.”
Fungsi Surat Ketetapan Pajak

1. Menagih kekurangan pajak


2. Mengembalikan kalau ada kelebihan bayar pajak
3. Menginformasikan pada WP ketika ada jumlah pajak terutang
4. Menjatuhkan sanksi administrasi perpajakan

JENIS-JENIS SURAT KETETAPAN PAJAK

1. Surat Tagihan Pajak (STP)


surat untuk menagih pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
surat yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak yang
masih harus dibayar
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Secara
sederhana, SKPLB diterbitkan karena wajib pajak lebih membayar pajak terutang dari yang
seharusnya
4. SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak
5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan

Permohonan Pembetulan SKP

 Pembetulan itu sendiri terbatas pada kesalahan-kesalahan berikut:Kesalahan tulis pada


nama, alamat, nomor pokok wajib pajak, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, masa
pajak atau tahun pajak, dan tanggal jatuh tempo;kesalahan hitung yang berasal dari
penjumlahan dan/atau pengurangan dan/atau perkalian dan/atau pembagian suatu
bilangan
 Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan
perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase
Norma Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi,
kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam
tahun berjalan, dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak

SURAT TAGIHAN PAJAK

Menurut Pasal 1 ayat 20

“Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi

administrasi berupa bunga dan/atau denda.”


Berdasarkan dokumen dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang berisi beberapa perubahan UU
KUP, Pasal 14 Ayat (1) menyatakan, Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak dapat menerbitkan Surat
Tagihan Pajak apabila:

 Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.Dari hasil penelitian terdapat
kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.

 Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga. Pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak membuat faktur pajak atau terlambat
membuat faktur pajak.

 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak
secara lengkap

 Terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak, dalam hal:

– diterbitkan keputusan.

– diterima putusan.

– ditemukan data atau informasi

FUNGSI SURAT TAGIHAN PAJAK

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak
2. Sarana untuk mengenalan sanksi berupa bunga atau denda
3. Sarana untuk menagih pajak

KODE PENOMORAN STP

AAAAA/BBB/CC/DDD/EE

AAAAA = Nomor urut dalam lima digit.

BBB = kode jenis pajak

CC = Tahun Pajak

DDD = Kode KPP yang menerbitkan

EE = tahun diterbitkannya STP

Anda mungkin juga menyukai