• Kewajiban pembukuan bagi setiap perusahaan tidak hanya berdasar dari KUHD namun juga berdasar pada UU Perpajakan yaitu bahwa setiap orang yang menjalankan perusahaan wajib menyelenggarakan pembukuan • UU No 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diubah dengan UU No 40 tahun 2007 juga tersirat perlunya pembukuan karena Direksi wajib menyusun laporan keuangan tahunan untuk diajukan pada RUPS sesuai dengan SAK. • Demikian pula dengan UU tentang Pasar Modal mensyaratkan diperlukannya laporan keuangan yang disampaikan kepada OJK dan wajib disusun sesuai dengan SAK yang disusun oleh IAI • Dengan memperhatikan ketentuan tersebut maka pembukuan sangat penting untuk kepentingan perusahaan maupun pihak lain yang membutuhkan informasi, seperti Pemegang Saham, Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain. Kewajiban Pembukuan bagi WP OP dan Badan • Pasal 13 UU Pajak Penghasilan, menyatakan bahwa WP dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, wajib menyelenggarakan pembukuan di Indonesia, sehingga dari pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh • UU no. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yg merupakan penyempurnaan dari UU sebelumnya, kewajiban pembukuan memang melekat pada setiap wajib pajak, tetapi UU juga memberikan pembatasan bagi WP OP yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan • Terdapat perubahan pada pasal 37A ayat 1 UU no. 28 th 2007, yang menyatakan bahwa WP yang menyampaikan pembetulan SPT PPh sebelum tahun 2007 yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lambat tanggal 28 Februari 2009, dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuan diatur berdasarkan Peraturan Kemenkeu • Sebagai tindak lanjutnya keluarlah UU No. 16 th 2009 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No. 5 tahun 2008 tentang Perubahan keempat atas Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang. Penggunaan rujukan untuk Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini disebut dengan Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Kewajiban Pembukuan bagi WP OP dan Badan • Pada pasal 14 ayat 2 UU Pajak Penghasilan, menyatakan bahwa jumlah peredaran usaha yang menjadi batas kewajiban penyelenggaraan pembukuan sebesar 4.800.000.000 (empat milyar delapan ratus juta rupiah) setahun. Ketentuan ini berlaku hanya untuk WP OP. Setiap WP yang memiliki peredaran usaha melebihi batas tersebut wajib menyelenggarakan pembukuan. Sedangkan bagi WP yang peredaran usahanya kurang dari batas tersebut tidak wajib menyelenggarakan pembukuan, tetapi diwajibkan menyelenggarakan pencatatan secara teratur terhadap seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Penghitungan penghasilan neto WP OP diperkenankan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto dengan syarat memberitahukan ke DJP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. • Ketentuan pembukuan dalam Pasal 28 UU KUP mengatur masalah pembukuan secara umum dan pembukuan untuk keperluan menghitung pajak penghasilan. Untuk kepentingan PPN dan PPnBM, WP diwajibkan menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Pasal 6 UU PPN dan PPnBM menentukan bahwa setiap WP yg telah dikukuhkan sebagai PKP berkewajiban memungut PPN, menghitung PPN Masukan, menyetor PPN yang terhutang dan melaporkan dalam SPT Masa PPN ke KPP ditempat WP terdaftar, serta mencatat semua jumlah harga perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam pembukuannya. Kewajiban pencatatan bagi WP OP • Pasal 28 ayat 2 UU KUP menyatakan pengecualian penyelenggaran pembukuan bagi WP OP tetapi tetap menyelenggarakan pencatatan • Peraturan Menteri Keuangan No 197/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Tata Cara Pencatatan bagi WP OP mengatur kewajiban pencatatan. WP OP diwajibkan menyelenggarakan pencatatan yaitu: WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilannya dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto dan WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Persyaratan yg hrs dipenuhi bagi WP yg menyelenggarakan pencatatan 1. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia 2. Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis 3. Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat tinggal WP atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun 4. Pencatatan harus menggambarkan antara lain: peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/diperoleh dan penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final. 5. WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan 6. WP yang diwajibkan menyelenggarakan pencatatan (dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 197/PMK.03/2007) sesuai persyaratan bahwa pencatatannya harus menggambarkan seperti diuraikan pada butir 4 di atas diharuskan pula menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban Penggunaan norma perhitungan penghasilan • Bagi WP, menyelenggarakan pencatatan memang lebih sederhana dibandingkan dengan menyelenggarakan pembukuan karena penghitungan besarnya penghasilan neto untuk setiap jenis penghasilan bruto yang diperoleh WP ditetapkan dengan presentase yg ditetapkan DJP sedangkan sebagai pengawasannya bahwa setiap WP yang menyelenggarakan pencatatan wajib menyampaikan pemberitahuan kepada DJP dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Apabila ternyata WP OP tsb tidak memberitahukan kepada DJP dalam jangka waktu yang ditentukan, maka WP dimaksud dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan. • Norma perhitungan digunakan sebagai pedoman menentukan besarnya penghasilan neto dan pedoman tsb digunakan apabila: tidak terdapat dasar perhitungan yang lebih baik yaitu pembukuan yang lengkap dan pembukuan dan catatan peredaran bruto WP ternyata diselenggarakan secara tidak benar • Norma perhitungan penghasilan neto hanya boleh digunakan oleh WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya kurang dari Rp, 4.800.000.000 Dalam rangka penyelenggaraan pembukuan, setiap WP wajib memenuhi ketentuan Pasal 28 UU KUP sbb • Pembukuan atau pencatatan haruslah diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya • Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diijinkan oleh Menteri Keuangan • Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan stelsel akrual atau stelsel kas. Prinsip taat asas mengharuskan WP menggunakan prinsip yang sama dalam metode pembukuan yang konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya, tujuannya adalah mencegah pergeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dapat diterapkan dalam hal pengakuan pendapatan, tahun buku, metode penilaian persediaan dan metode penyusutan dan amortisasi • Perubahan yang terjadi terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapatkan persetujuan DJP • Pembukuan yang diselenggarakan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai asset, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terhutang. • Buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10 tahun di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi WP OP atau di tempat kedudukan bagi WP Badan.