Anjeli Purba
2. Annisa Trinita
3. Vica Apriyanto
4. Vina Lisnawati
5. Arif Maulana
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan yang berisi informasi tentang keuangan suatu
perusahaan pada periode tertentu, dan digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan selama periode tertentu.
Berikut ini merupakan pengertian dan definisi laporan keuangan dari berbagai
sumber:
Fungsi Laporan Laba Rugi adalah menunjukkan performance atau kinerja keuangan
perusahaan.Seluruh pendapatan dan biaya atau beban disajikan dalam laporan ini. Selisih
antara keduanya merupakan laba atau rugi perusahaan.
1. Laba Kotor : laba yang diperoleh setelah memperhitungkan harga pokok penjualan
(HPP) antara lain bahan mentah (raw material), tenaga kerja langsung, dan
pembantu.
2. Laba Operasi : laba yang diperoleh setelah pengeluaran untuk biaya-biaya operasi
perusahaan. Seperti overhead, administrasi umum dan penjualan, penyusutan,
amortisasi .Laba operasi merupakan persentase setiap rupiah yang tersisa setelah
pengeluaran biaya yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.
3. Laba Sebelum Pajak : laba yang diperoleh setelah memperhitungkan pendapatan
dan beban lainnya, tidak termasuk pajak penghasilan.
4. Laba Bersih : laba yang diperoleh setelah memperhitungkan pajak penghasilan.
Laba bersih mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengkonversi
pendapatan menjadi laba.
1. Pendapatan : adalah jumlah pendapatan yang diukur pada nilai wajar imbalan yang
diterima atau dapat diterima dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume.
2. Beban Pokok Penjualan : adalah pos yang merupakan biaya persediaan yang
diakui sebagai beban selama periode. Yang termasuk beban pokok penjualan
meliputi:
• Biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam pengukuran persediaan
yang saat ini telah dijual
• Overhead produksi (BOP) yang tidak teraloksi
• Jumlah biaya produksi persediaan yang tidak normal.
3. Penyajian Beban Usaha : adalah pos yang merupakan beban kegiatan utama
perusahaan yang dilaporkan berdasarkan fungsinya.
4. Pendapatan lainnya : adalah pendapatan yang tidak dapat dihubungkan langsung
dengan kegiatan utama perusahaan.
5. Biaya Keuangan : adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung perusahaan
sehubungan dengan peminjaman dana dan biaya keuangan lainnya yang terjadi dari
transaksi instrumen keuangan. Contoh biaya keuangan antara lain:
• Amortisasi premi/diskonto kontrak berjangka yang bertujuan untuk lindung
nilai
• Amortisasi biaya perolehan pinjaman.
6. Bagian Laba (Rugi) dari entitas asosiasi dan/atau Ventura Bersama : Pos ini
merupakan bagian perusahaan atau laba (rugi) entitas asosiasi dan/atau bagian
partisipasi perusahaan yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas pada
periode berjalan.
7. Beban (Penghasilan) Pajak : adalah pos yang pada umumnya merupakan jumlah
agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang
diperhitungkan dalam menentukan laba (rugi) pada suatu periode.
8. Laba (Rugi) Operasi yang Dihentikan : suatu jumlah tunggal dalam laporan laba
rugi komprehensif yang merupakan jumlah dari:
• Laba (rugi) setelah pajak dari operasi yang dihentikan
• Laba (rugi) setelah pajak yang diakui dalam mengukur nilai wajar setelah
dikurangi biaya untuk menjual atau pelepasan aset atau kelompok lepasan
yang terkait dengan operasi yang dihentikan.
9. Laba (Rugi) Periode Berjalan : total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen pendapatan komprehensif lain.
10. Pendapatan Komprehensif Lain : berisi pos pendapatan dan beban (termasuk
penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi.
11. Penyajian Pajak Penghasilan Terkait : Pos ini merupakan kumulatif pajak
penghasilan terkait dengan komponen pendapatan komprehensif lain, kecuali untuk
bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan/atau ventura
bersama.
12. Laba (Rugi) per saham Dasar dan Dilusian : Perusahaan menyajikan laba (rugi)
per saham dasar dan dilusian untuk seluruh periode sajian sebagai berikut:
• Laba (rugi) per saham Dasar: Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) per
saham dari operasi yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk selama periode pelaporan.
• Laba (rugi) per saham Dilusian: Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) per
saham dilusian dari operasi, yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk selama periode pelaporan.Dengan memperhitungkan
semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif dan beredar
sepanjang periode pelaporan.
Pendapatan :
Penjualan Rp 50.000.000
Pend. Bunga Rp 5.000.000
Jumlah Pendapatan
Harga Pokok Penjualan Rp 55.000.000
Persediaan Awal Rp 4.000.000
Pembelian Rp 6.000.000
Barang Siap Jual Rp 10.000.000
Persediaan Akhir (Rp 3.000.000)
HPP (Rp 7.000.000 )
Laba Kotor Rp 48.000.000
Beban Usaha :
Beban Operasional
Beban Iklan Rp 500.000
Beban Angkut Rp 200.000
Total Rp 700.000
Beban Administrasi
Beban Sewa Rp 1.000.000
Beban Asuransi Rp 500.000
Total Rp 1.500.000
Total Beban Rp 2.200.000
(Operasional & Adm.)
Pendapatan Lain-lain :
Pendapatan Sewa
Rp 1.000.000
Pendapatan Bunga
Rp 500.000
Total Rp 1.500.000
Beban Lain-lain :
Beban Bung
Rp 500.000
Total (Rp 500.000)
Laba / Rugi Rp 46.800.000
B. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan yang berisi seberapal banyak modal awal
telah bertambah ataupun berkurang selama periode tertentu. Perubahan modal itu terjadi
dapat karena adanya laba atau rugi usaha, pengambilan pribadi dari pemilik atau prive
maupun penambahan modal pemilik.
Laporan perubahan modal memiliki komponen-komponen yaitu :
1. Modal awal : merupakan saldo pada awal periode pelaporan komparatif
sebagaimana tercermin dalam laporan posisi keuangan periode sebelumnya.
2. Pengaruh Perubahan Kebijakan Akuntansi : Karena perubahan kebijakan
akuntansi diterapkan secara retrospektif, penyesuaian diperlukan dalam cadangan
pemegang saham pada awal periode pelaporan komparatif untuk menyajikan
kembali ekuitas awal ke jumlah yang akan ditentukan pada kebijakan akuntansi
baru selalu diterapkan.
3. Pengaruh Koreksi Kesalahan Periode Sebelumnya : Efek koreksi kesalahan
periode sebelumnya harus disajikan secara terpisah dalam laporan perubahan modal
sebagai penyesuaian. Efek dari koreksi mungkin tidak dijatuhkan terhadap saldo
awal modal sehingga jumlah yang disajikan dalam laporan periode berjalan dapat
dengan mudah direkonsiliasi dan dilacak dari laporan keuangan periode
sebelumnya.
4. Saldo yang disajikan kembali : merupakan ekuitas yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham pada awal periode komparatif setelah penyesuaian
sehubungan dengan perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan periode
sebelumnya seperti dijelaskan pada poin ketiga.
5. Perubahan Modal Saham : Masalah modal saham lebih lanjut selama periode
tersebut harus ditambahkan dalam laporan perubahan modal sedangkan penukaran
saham harus dikurangkan dari laporan tersebut.
6. Dividen : Pembayaran dividen yang dikeluarkan atau diumumkan selama periode
tersebut harus dikurangkan dari ekuitas pemegang saham karena merupakan
distribusi kekayaan yang dapat diatribusikan kepada masing-masing pemegang
saham.
7. Laba rugi untuk periode tersebut : merupakan laba atau rugi yang diatribusikan
kepada pemegang saham selama periode seperti yang dilaporkan dalam laporan
laba rugi. yang kami paparkan di atas.
8. Perubahan dalam Cadangan Revaluasi : Keuntungan dan kerugian revaluasi
yang diakui selama periode tersebut harus disajikan dalam laporan perubahan
modal sejauh hal tersebut diakui di luar laporan laba rugi.
9. Keuntungan & Kerugian Lainnya : Keuntungan dan kerugian lainnya yang tidak
diakui dalam laporan laba rugi dapat disajikan dalam laporan perubahan modal
seperti keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari penerapan pajak biaya
masuk, nilai tukar, dan lain lain.
10. Saldo akhir : merupakan saldo cadangan ekuitas pemegang saham pada akhir
periode pelaporan sebagaimana tercermin dalam laporan posisi keuangan.
Contoh laporan perubahan modal untuk perusahaan jasa.
Perusahaan ADHI JAYA, Medan
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2018
Laporan keuangan arus kas (cash flow statement) memiliki pengertian sebagai
laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas
suatu perusahaan selama suatu periode. Hal yang biasa disajikan atau digambarkan
dalam laporan keuangan arus kas meliputi jumlah kas yang diterima, seperti pendapatan
tunai dan investasi tunai dari pemilik serta jumlah kas yang dikeluarkan perusahaan,
seperti beban-beban yang harus dikeluarkan, pembayaran utang, dan pengambilan prive.
Dalam laporan keuangan arus kas baik pada perusahaan barang maupun jasa, ada 3
bagian yaitu:
1. Kas aktivitas operasi : Contoh dari kas aktivitas operasi yaitu pembayaran dan
pendapatan piutang, pembayaran gaji, pengeluaran operasional, dan lain
sebagainya. Laporan kas dari aktivitas operasi terdiri dari kegiatan atau operasi
utama pada sebuah perusahaan yang secara langsung berimbas pada kas.
2. Kas aktivitas investasi : Merupakan laporan kas keuangan yang berkaitan dengan
perolehan penjualan dan pembelian aktiva tetap atau aktiva permanen.
3. Kas aktivitas pendanaan : Laporan keuangan arus kas yang berhubungan dengan
investasi pemilik, peminjaman dana, dan pengambilan uang oleh pemilik.
Laporan keuangan arus kas membutuhkan data/ informasi dari neraca periode
sebelumnya dan periode yang bersangkutan dan laporan laba rugi pada periode yang
kebersangkutan. Dari penyajian informasi yang ada pada laporan akus kas maka laporan
keuangan arus kas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk laporan keuangan yang
menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama
satu periode. Contoh laporan arus kas untuk perusahaan jasa:
(Rp 14.500.000)
Pembayaran Bunga Rp -
Rp 9.500.000
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Neraca adalah salah satu bagian dari laporan keuangan suatu entitas bisnis/
perusahaan yang di dalamnya terdapat informasi mengenai aktiva, kewajiban, serta
ekuitas pemegang saham pada akhir periode akuntansi perusahaan tersebut. Laporan
posisi keuangan (Balance Sheet atau Statement Of Financial Position) atau neraca adalah
suatu laporan yang wajib dibuat oleh sebuah perusahaan. Laporan tersebut nantinya akan
menjadi dasar bagi suatu entitas bisnis/ perusahaan dalam membuat keputusan bisnis.
Mengacu pada pengertian neraca di atas, terdapat tiga unsur penting di dalam neraca
keuangan, yaitu Aktiva, Kewajiban, dan Ekuitas. Berikut penjelasan mengenai unsur-
unsur neraca tersebut:
1. Ativa (Aset)
Aktiva atau aset adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis yang
diharapkan memberikan manfaat usaha di masa depan. Aktiva dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aktiva Lancar : Aktiva lancar adalah aset yang umur kegunaannya untuk
jangka pendek. Proses pencairan aktiva lancar ini kurang dari atau maksimal 1
tahun. Beberapa yang termasuk di dalam aktiva lancar adalah;
• Kas
• Piutang
• Perlengkapan
• Persediaan
• Biaya dibayar di muka
b. Aktiva Tetap : Aktiva tetap adalah aset yang umur kegunaannya untuk
digunakan dalam jangka waktu yang panjang, lebih dari setahun. Aset ini
umumnya digunakan untuk kepentingan operasioanl perusahaan. Beberapa
yang termasuk dalam aktiva tetap adalah;
- Tanah - Mesin
- Gedung - Peralatan
1. Neraca Bentuk Staffel : adalah bentuk neraca yang disusun kebawah baik aktiva
maupun passivanya (hutang + modal). Pada bagian atas untuk mencatat aktiva dan
bagian bawah untuki mencatat hutang dan modal.
Contoh neraca bentuk stafel untuk perusahaan jasa.
Bengkel Mobil “Hadian Putra”
NERACA
Per 31 Desember 2018
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas Rp 500.000
Modal Hadian
Rp 2.840.000
Jumlah Kewajiban dan Modal
Rp 3.680.000
2. Neraca Bentuk Scontro : adalah neraca yang posisi aktiva dan pasiva (hutang +
modal) sebelah menyebelah. Untuk aktiva pada sisi kiri dan pasiva (hutang +
modal) di sisi kanan.
Contoh neraca bentuk scontro untuk perusahaan jasa.
Bengkel Mobil “Hadian Putra”
NERACA
Per 31 Desember 2018
Aktiva Kewajiban
Pengertian catatan atas laporan keuangan adalah bagian dari laporan keuangan yang
menyajikan informasi tambahan atas pos-pos dalam
Dan merupakan referensi silang atas masing-masing pos dalam 4 laporan keuangan
tersebut. Misalnya, antara neraca dan catatan atas laporan keuangan. Informasi yang
disampaikan untuk masing-masing pos harus diungkapkan seluruhnya, kecuali
pengungkapan tersebut tidak relevan atau tidak dapat diterapkan oleh perusahaan. Maka
perusahaan menyesuaikan dengan karakteristik industri. Dalam penjelasan tersebut,
perusahaan harus menyatakan dalam bentuk nilai atau persentase untuk menjelaskan
adanya bagian dari suatu jumlah, tidak menggunakan kata “sebagian”.
Fungsi catatan atas laporan keuangan untuk memberikan penjelasan atau rincian
dari pos yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi tentang pos yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.