Anda di halaman 1dari 4

Nama: Dewa Ngakan Kadek Wahyu Utama

Kelas: ADH.D Semester 6


No/NIM: 19/19102109
Mata Kuliah: Pengetahuan Perpajakan

Ujian Akhir Semester


1. Unsur-unsur pajak yang terkandung dalam definisi pajak
a. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi atau lembaga yang dituntut untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk membayar pajak kepada lembaga terkait. Subjek pajak
dibagi menjadi dua, yakni
1) Subjek Pajak Dalam Negeri
 Orang pribadi (baik yang bertempat tinggal di Indonesia, berdiam di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maupun
yang berdiam di Indonesia selama satu tahun pajak dan berniat tinggal
di Indonesia).
 Warisan yang belum dibagikan karena dianggap sebagai pengganti
pewaris sampai nanti warisan terbagi.
 Bentuk usaha tetap.
2) Subjek Pajak Luar Negeri
 Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan tidak memiliki
kedudukan di Indonesia, baik yang menjalankan usaha tetap maupun yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
b. Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah subjek pajak yang sudah memiliki kewajiban dan dianggap layak
untuk membayar pajak. Benda atau jasa tidak terutang wajib pajak dikarenakan tidak
memiliki kemampuan untuk membayar pajak. Orang atau badan yang mewadahi benda
dan jasa tersebut adalah pihak yang bisa dikategorikan sebagai Wajib Pajak.
c. Objek Pajak
Objek pajak adalah benda atau jasa yang harus dibayarkan pajaknya. Objek pajak
merupakan benda atau jasa yang harus dibayarkan pajaknya. Subjek pajak memiliki
sejumlah penghasilan, jika dalam satu tahun total penghasilan tersebut bisa dikenai pajak,
maka penghasilan tersebut merupakan objek pajak
d. Tarif Pajak
Tarif pajak adalah nominal yang harus dibayarkan oleh wajib pajak atas benda atau jasa
yang terbebani pajak atau objek pajak. tarif pajak beserta aturan lain yang berhubungan
telah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang.
2. Jenis-jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
a. Penghasilan teratur
Meliputi gaji, uang pensiun bulanan, upah, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama
apapun.
b. Penghasilan Tidak Teratur
Meliputi jasa produksi, tantiem, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
c. Upah harian, mingguan, satuan, borongan yang diterima/diperoleh pegawai tidak tetap
atau tenaga kerja lepas, peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang merupakan
calon pegawai.
d. Uang tebusan pensiun, uang THT/JHT, atau uang pesangon.
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
f. Gaji kehormatan, tunjangan lain yg terkait dgn gaji dan honorarium atau imbalan lain
bersifat tdk tetap diterima oleh Pejabat Negara atau PNS
g. Uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima
oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya;
h. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya

3. Jenis-jenis penghasilan yang tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan
beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun yg diberikan oleh
Wajib Pajak.
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan dan iuran THT/JHT kepada badan penyelenggara Jamsostek yg
dibayar oleh pemberi kerja.
d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun yg diberikan oleh
Pemerintah.
e. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.
f. Penghasilan yg dibayarkan kpd PNS/TNI/Polri golongan IId ke bawah, Pangkat
Lettu/Ajun Iptu ke bawah yg dibebankan kas negara/daerah.
g. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat
yang disahkan oleh Pemerintah.

4. Seorang karyawan bernama Adi Septiawan (kawin) dan memiliki 4 orang anak, bekerja pada
pada sebuah hotel berbintang 5 dengan memperoleh gaji sebesar Rp14.000.000 per bulan.
Perusahaan tempat Adi bekerja mengikuti program jamsostek.Premi Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JKM) dan Iuran Jaminan Hari Tua
(JHT) dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 3,7%
dari gaji.Selain itu, Adi juga membayar iuran pensiun Rp150.000 dan iuran jaminan hari tua
sebesar 2% dari gaji untuk setiap bulan. Pada tahun berjalan, Adi juga menerima bonus
sebesar Rp8.000.000. Berdasarkan data tersebut sdr diminta: a. Hitung berapa besar PPh psl
21 atas gaji dan bonus Jawaban:
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)
1) Gaji setahun = Rp. 168.000.000
2) Bonus = Rp. 8.000.000
3) Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)= Rp. 2.520.000
4) Premi Jaminan Kematian = Rp. 504.000
5) Penghasilan Bruto setahun (a+b+c+d) = Rp. 179.024.000
6) Pengurangan
a) Biaya Jabatan = Rp. 6.000.000
b) Iuran pensiun setahun = Rp. 1.800.000
c) Iuran Jaminan Hari Tua = Rp. 3.360.000
7) Penghasilan neto setahun (e-f) = Rp. 167.864.000
8) PTKP (K/3) = Rp. 72.000.000
9) Penghasilan Kena Pajak (g-h) = Rp. 95.864.000 10) PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp 45.864.000 = Rp. 6.879.600
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus = Rp. 9.379.600
5. Jelaskan bagaimana cara menghitung Pajak Penghasilan Badan jika perusahaan
memperoleh usaha Peredara bruto sbb:
Jawaban:
1) < Rp. 4.800.000.000
Rumus untuk menghitung pajak penghasilan badan dengan jumlah sekian yaitu:
(50% x 20% x Penghasilan Kena Pajak)
2) > Rp. 4.800.000.000 dan < Rp.50.000.000.000 Rumus yang bisa digunakan
yaitu:
[(50% x 25%) x Penghasilan Kena Pajak memperoleh fasilitas] + [25% x Penghasilan
Kena Pajak tidak memperoleh fasilitas]
3) > Rp. 50.000.000.000
Jika peredaran bruto lebih dari 50 miliar maka akan dikenakan tarif tunggal yaitu
20%.
Rumus yang bisa digunakan yaitu:
20% x Peredaran Bruto

Anda mungkin juga menyukai