Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH MATA KULIAH EKONOMI MAKRO PENGANTAR

PERTUMBUHAN UANG DAN INFLASI

Disusun Oleh :

Dhimas Ilham Agus Santoso (F0318037)


Gilar Ryandhi (F0318057)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


2019
 Definisi Inflasi

Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum
dan terus menerus. Dalam pengertian yang lain, inflasi merupakan presentase kenaikan
harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga
dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang
dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH)
Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan
memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa
kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:


1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas
ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu
komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat
Statistik www.bps.go.id
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang
akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB
dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga
konstan. 

 Pengelompokkan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok
pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP),
yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

 Jenis – jenis Inflasi


Berdasarkan sifatnya, yaitu :
1. INFLASI RINGAN/MERAYAP (CREEPING INFLATION)
Inflasi ini ditandai dengan peningkatan laju inflasi yang rendah.
Biasanya, kurang dari 10%setahun. Ciri dari inflasi ini adalah kenaikan harga
yang relative lambat dan berlangsung dengan lambat.
2. INFLASI SEDANG (GALLOPING INFLATION)
Inflasi ini sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi ringan. Lajunya berkisar
antara 10-30% per tahun. Jenis inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang
cukup besar dalam waktu yang singkat.
3. INFLASI BERAT (HIGH INFLATION)
Sesuai dengan namanya, kategori inflasi ini adalah inflasi yang tergolong berat.
Mencakup laju mulai dari 30-100% setahun. Pada tingkat ini, harga kebutuhan
masyarakat naik secara signifikan dan sulit dikendalikan.
4. INFLASI SANGAT BERAT (HYPERINFLATION)
Jenis inflasi ini sangat dirasakan karena terjadi secara besar-besaran dan
mencapai lebih dari 100% setahun. Indonesia pun pernah mengalami
hiperinflasi, Bahkan mencapai 600% di tahun 1998. Penyebabnya, karena
terjadinya pencetakan uang secara besar-besaran demi menutup defisit anggaran
pada waktu itu

Berdasarkan asal inflasi nya :


1. INFLASI YANG BERASAL DARI DALAM NEGERI (DOMESTIC INFLATION)
Inflasi jenis ini biasanya diawali dengan adanya defisit dalam APBN. Jika
pemerintah memutuskan untuk membiayai APBN dengan melakukan pencetakan
uang baru, maka akan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Meningkatnya
jumlah uang yang beredar ini akan cenderung meningkatkan harga-harga
kebutuhan. AKhirnya, timbul inflasi dalam negeri.Adapun hal lain yang dapat
menyebabkan terjadinya inflasi dalam negeri adalah: 1) meningkatnya biaya
produksi dalam negeri, dan 2) meningkatnya permintaan masyarakat terhadap
barang sementara kenaikan penawaran tidak bisa mengimbanginya.
2. INFLASI YANG BERASAL DARI LUAR NEGERI (IMPORTED INFLATION)
Inflasi ini timbul karena naiknya harga-harga kebutuhan di luar negeri atau di
negara-negara mitra dagang. Karena harga kebutuhan di luar negeri meningkat,
otomatis harga barang tersebut pada saat dijual kembali di Indonesia juga akan
menjadi tinggi.

 Metode menghitung Inflasi

Indeks harga konsumen adalah nomor indeks yang mengukur harga rata-rata


dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household). IHK sering digunakan
untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk
penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK
pada masa depan, ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan
mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk mengukur tingkat harga
secara makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau
Consumer Price Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks
harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut
proporsi belanja masyarakat untuk komoditi yang bersangkutan. IHK mengukur harga
sekumpulan barang tertentu (sepertti bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka
barang dan jasa) yang dibeli konsumen.

Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk


menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah
untuk mengukur inflasi di Indonesia.

Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK)
adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK dimulai dengan mengumpulkan harga
dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi
sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan
jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.

IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya indeks yang dipakai
untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat digunakan yakni indeks Harga
Produsen (IHP), yang mengukur harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen
bukannya konsumen)

 Hubungan Pertumbuhan Uang dengan Inflasi

Hubungan defisit anggaran, pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu
penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia. Secara teori, paling tidak
ada empat pandangan yang berbeda untuk melihat hubungan ketiga variabel tersebut.
Pandangan tersebut antara lain, yaitu kaum Monetaris Ortodoks, The Fiscal Theory of
Price Level (FTPL), Keynesian, dan Ricardian Equivalence (RE). Terdapat sebuah
persepsi yang menyatakan bahwa kebijakan anggaran yang terlalu besar dan dalam
jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi variabel moneter yang kemudian menjadi
akar permasalahan dari ketidakstabilan makroekonomi seperti inflasi yang tinggi, defisit
current account yang besar, kewajiban utang yang besar, dan pertumbuhan ekonomi yang
rendah

Hubungan antara defisit anggaran, pertumbuhan uang dan laju inflasi di Indonesia
dapat dijelaskan oleh teori Ricardian Equivalence (RE) dimana defisit anggaran tidak
akan
berpengaruh ke variabel moneter dan perekonomian. Koordinasi yang erat antara
penguasa fiskal (pemerintah) dan moneter (Bank Indonesia) dalam menentukan
instrumen dan sasaran kebijakan yang menjadi target bersama tetap diperlukan agar
pencapaian target tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
 Kesimpulan :
1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus .
2. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk
menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan
pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.
3. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam literatur kebijakan
moneter dan fiskal di dunia

Anda mungkin juga menyukai