PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya,
sosial, politik dan kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi disetiap daerah beraneka
ragam. perekonomian antar masing-masing daerah membutuhkan suatu sistem
pembangunan daerah yang lebih efektif. Untuk itu Pemerintah memberikan
otonomi pada Pemerintah Daerah yang bertujuan agar daerah tersebut mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri agar tidak terlalu bergantung pada
Pemerintah Pusat, misalkan kebijakan maupun keuangan.
Sebuah konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah
dituntut untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna untuk
membiayai urusan rumah tangganya sendiri. Peningkatan ini ditujukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga dapat menciptakan tata
pemerintahan yang lebih baik (good governance). Upaya meningkatkan
pendapatan daerah dapat digali dengan mencari sumber-sumber baru, pendapatan
baru dan terus meningkatkan efektivitas serta efisiensi sumber daya dan sarana
yang terbatas. Salah satu Pendapatan Daerah yang mempunyai pengaruh cukup
besar pada Pendapatan Daerah
Laju inflasi yang mungkin dapat berdampak terhadap penerimaan
pendapatan daerah, laju inflasi menyebabkan berkurangnya daya beli masyarakat
dan turunnya nilai mata uang, yang menyebabkan berkurangnya minat seseorang
untuk menginap di Hotel, makan di Restoran mewah atau daya beli masyarakat
terhadap barang-barang konsumsi, disisi lain mengakibatkan keuntungan yang
diperoleh daerah akan menurun, sehingga akan berdampak pada pendapatan
daerah.
Inflasi di Kota Ambon memperlihatkan perkembangan laju inflasi Kota
Ambon selama kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2014 – 2018. Selama kurun
waktu tersebut laju inflasi terjadi secara bervariasi. Di tahun 2014 inflasi tertinggi
terjadi di bulan Desember sebesar 1,85 persen dan terendah sebesar 0,12 persen di
bulan Agustus 2014. Tahun 2015 inflasi tertinggi terjadi di awal tahun sebesar
2,37persen. Pada tahun 2016 inflasi tertinggi sebesar 1,64persen. Pada tahun 2017
nilai inflasi tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 2,91, hal ini dikarenakan
pada bulan Juni bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
sehingga permintaan masyarakat meningkat. Sementara itu, pada tahun 2018
fluktuasi nilai inflasi lebih rendah dibandingkan tahun 2017. Inflasi tertinggi
terjadi pada bulan Desember sebesar 1,20persen dan deflasi tertinggi sebesar
1,45persen yang terjadi di bulan Juli 2018. Deflasi pada bulan Juli disebabkan
penurunan harga pasca Hari Raya Idul Fitri, sedangkan inflasi pada bulan
Desember disebabkan kenaikan harga tarif angkutan udara.
Selama tahun 2014 terjadi 11 kali inflasi dan 1 kali deflasi, Tahun 2015
terjadi 9 kali inflasi dan 3 kali deflasi, di Tahun 2016 terjadi 4 kali inflasi dan 8
kali deflasi, tahun 2017 terjadi 6 kali inflasi dan 6 kali deflasi
pada tahun 2018 terjadi 8 kali inflasi dan 4 kali deflasi. Jika dilihat dari
pergerakan nilainya (Gambar 3), memang inflasi pada tahun 2018 terlihat lebih
stabil dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun secara kumuatif tahunan,
inflasi menunjukkan nilai positif yang berarti secara rata-rata harga barang di
tahun 2018 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan inflasi yg
terjadi berturut-turut dari Bulan Oktober hingga Desember.
Dilansir dari AMBON Tribun-Maluku.com- Bulan Mei 2018 Kota Ambon
mengalami inflasi sebesar 1,19 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
128,07 dan Kota Tual mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,88 persen dengan IHK
149,87. Dari 82 kota IHK di Indonesia, tercatat 65 kota mengalami inflasi dan 17
kota mengalami deflasi,”kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Maluku Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si di Ambon, Senin (4/6/2018).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Kota Ambon ?
1. Tujuan
Dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas , maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dan tolak
ukur di Dinas Pendapatan Daerah Kota Ambon
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi peneliti, dan
dari penelitian ini peneliti berharap bisa memperkaya pengetahuan tentang
Pengaruh Laju Inflasi terhadap Penerimaan Pendapatan Kota Ambon
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis memberikan batasan ruang lingkup
permasalahan yang pembahasanya mengenai pengaruh Inflasi terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada tahun 2014 hingga 2018
1. A. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan suatu fenomena moneter dimana terjadinya penurunan
nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang
terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-
barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation)Inflasi
adalah kecenderungan dari harga harga umum untuk naik secara terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila
kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian besar
dari harga barang barang lainnya.1Kenaikan harga barang yang terjadi hanya
dalam kurun waktu sekali saja tidak bisa disebut inflasi.Kenaikan harga dari
masing-masing barang tidak perlu sama (baik secara mutlak maupun
presentasenya). Demikian pula waktu kenaikannya tidak perlu bersamaan.
Yang penting adalah kenaikan harga umum barang tersebut terjadi secara terus
menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan harga dapat diukur
menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan
untuk mengukur Inflasi adalah : indeks harga konsumen (consumer price
index), indeks harga perdagangan besar (wholesale price index), GNP
deflator.Perubahan indeks perdagangan besar searah dengan indeks biaya
hidup. IHK merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang
dan jasa oleh rata-rata konsumen. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukan pergerakan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua
indeks diatas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah
barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak
jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks diatas.3Cara memperoleh GNP
deflator adalah dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku)
dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).
B. Teori Inflasi
Paling tidak ada empat teori tentang inflasi yang menjadi patokan
penyebab dan pemberian solusi ketika terjadi inflasi. Keempat teori tersebut
diantaranya adalah teori kuantitas, teori keynes, teori strukturalis, dan mark up
model.
Teori Kuantitas
Inti dari teori kuantitas adalah, pertama, bahwa inflasi itu hanya bias terjadi
kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun uang
giral. Inti yang kedua adalah laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan
jumlah uang beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.
Teori Keynes
Proses inflasi menurut Proses inflasi menurut Keynes adalah proses perebutan
pendapatan di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian
yang lebih besar daripada yang dapat disediakan oleh masyarakat. Dasar
pemikiran model inflasi dari Keynes bahwa ini terjadi karena masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan
permintaan egektif masyarakat
Mark-up Model
Dalam teori ini dasar pemikiranya ditentukan oleh dua komponen yakni cost
of productiondan profit margin. Jadi apabila ada kenaikan antara kedua
komponen maka harga jual komoditi di pasar juga akan meningkat.
Teori Strukturalis.
Teori ini biasa disebut juga dengan teori inflasi jangka panjang, karena
menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi,
khususnya penawaran bahan makanan dan barang-barang ekspor.
Laju inflasi dapat berbeda antara suatu negara dengan negara lain atau
dalam suatu negara untuk waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju
inflasi dapat dibagi kedalam empat ketegori, yakni:
E. Pengendalian Inflasi