Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KASUS PEMBUNUHAN ANGELINE

DOSENPENGAMPU:JuliusT.Mandjo,SH.,MH

DISUSUN:
KELOMPOK 1

FAKHRI PRATAMA DJIBRAN (1011423247)

ZULKIFLI DJ. BAI (1011423132)

ADINDA SALSABILA HAKIBU (1011423080)

ELSA NOVIANTY RIVAI (1011423173)

SITI REYNATA AMALIA KASIARADJA (1011423154)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya kami bisa lebih
baik lagi.

Gorontalo,18 Oktober 2023


DAFTAR ISI

DAFTARISI..............................................................................................................................iii
BABI..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 LatarBelakang..............................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Alur CeritaKasusPembunuhan Angeline.....................................................................2
2.2 Bagaimana Laporan Hasil Penyelidikan Kepolisian...................................................3
BAB III.......................................................................................................................................5
PENUTUP............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Engeline lahir pada tanggal 19 Mei 2007 di sebuah klinik di daerah Canggu sebagai puteri
dari seorang ibu bernama Hamidah dan ayah bernama Achmad Rosyidi. Ia adalah puteri
kedua dari tiga bersaudara. Namun para anggota keluarga ini kemudian tinggal terpencar
karena orangtuanya bercerai setelah melahirkan puteri ketiga. Anak sulungnya, Ketika
melahirkan Engeline, Hamidah tidak sanggup melunasi biaya persalinannya ke klinik. Saat
sedang mengalami kesulitan demikian, seseorang mempertemukan dan
memperkenalkannya dengan Margriet Christina Megawe yang menawarkan bantuan untuk
melunasi biaya tersebut sekaligus bermaksud untuk mengadopsi bayinya. Waktu itu,
Margriet datang ditemani suaminya yang bernama Douglas Scarborough. Untuk keperluan
tersebut, Margriet mengeluarkan biaya sebesar Rp 1,8 juta, dengan rincian biaya persalinan
Rp 800 ribu dan biaya perawatan Hamidah Rp 1 juta. Maka tiga hari setelah lahir, Engeline
langsung dibawa oleh Margriet dan tidak pernah bertemu lagi dengan kedua orangtuanya.
Dalam pengasuhan Margriet sebagai orang tua tunggal, pada tahun-tahun terakhirnya
diduga Engeline mengalami banyak kekerasan baik secara fisik maupun mental.
[22]
Diketahui bahwa ibu angkatnya tersebut menjadi seorang yang temperamental. Dari
foto-foto yang ada dan kesaksian dari guru di sekolahnya [23] tampak bahwa pada tahun
terakhir kehidupannya ia mengalami penurunan berat badan. Engeline juga tinggal di
rumah yang tidak layak huni, karena dikelilingi oleh kandang ayam dan berbau tidak sedap
walaupun mereka adalah keluarga yang secara ekonomi berkecukupan.sampai pada suatu
saat engeline menghilang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut.

1. Bagaimana kronologi dari kasus pembunuhan engeline.?


2. Tujuan hukum apa yang dapat ditinjau dari kasus pembunuhan engeline?

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui kasus pembunuhan engeline


2.Untuk mengetahui tujuan hukum yang dapat di tinjau dari kasus pembunuhan engeline
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kronologi kasus pembunuhan engeline

kasus yang menimpa engeline pertama kali mengemuka dengan beredarnya kabar tentang hilangnya
anak tersebut. kabar tersebut tersebar luas antara lain akibat dibuatnya sebuah laman di jejaring
sosial facebook berjudul "find angeline-bali's missing child". laman tersebut dibuat oleh salah satu kakak
angkat engeline yang sedang kuliah di amerika serikat, yaitu christine, pada tanggal 16 mei 2015 sekitar
pukul 17.00 wita.[30] sementara yvonne membuat selebaran mengenai hilangnya engeline. [30][31]
keesokan harinya berbagai media massa turut memberitakan kehilangan tersebut. berdasarkan
informasi dari yvonne, dikabarkan bahwa adiknya hilang saat mereka bermain di depan rumah sekitar
pukul 15.00 wita.[1 setelah tidak juga ditemukan sampai pukul 18.00, maka kemudian yvonne
melaporkannya ke polisi. tim pencari anak hilang dari kepolisian lantas mencarinya dari denpasar
sampai ke banyuwangi, tampat lahir orang tua kandungnya. berbagai upaya dilakukan oleh polisi, seperti
mengamati cctv di sekitar lokasi, menganalisis telepon seluler orang tua kandung dan orang tua
angkatnya, serta menggunakan anjing pelacak. namun anjing tersebut tidak menemukan jejak engeline
dan hanya berputar-putar di sekitar rumah saja. keluarga engeline yang berasal dari luar bali pun
berdatangan ke kediaman engeline untuk membantu mencari anak tersebut.
kehilangan anak ini juga menarik perhatian komisi nasional perlindungan anak indonesia (kpai),
sehingga ketuanya, arist merdeka sirait, beserta dua anggota timnya datang ke bali untuk melakukan
dialog dengan polresta denpasar dan polda bali. mereka juga kemudian berkunjung dan menemui
margriet di rumahnya. saat itu, margriet memperkenankan mereka untuk melihat kamar dan ruangan
dalam rumah. dari hasil kunjungan itu, arist berkesimpulan bahwa selama ini engeline tinggal di rumah
yang kondisinya sangat buruk dan tidak layak huni dengan halaman dipenuhi kandang ayam berjumlah
sekitar seratus ayam sehingga akan membuat anak tidak bisa berkembang dengan baik. [4] kpai juga
menyatakan maksudnya akan mengambil alih sementara hak asuh margriet atas engeline, sehingga
membuat margriet menangis histeris. dia mengaku tidak terima, bahkan mengancam akan membunuh
siapa pun yang akan mengambil anaknya itu karena dia menyayangi engeline dan engeline pun
menyayanginya.[28]
selain oleh kpai, rumah margriet juga didatangi oleh dua menteri kabinet kerja, yaitu menteri
pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, yuddy chrisnandi, dan menteri pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, yohana yembise. namun margriet menolak menemui keduanya dan
kedua menteri itu tidak diperbolehkan memasuki rumahnya.
hilangnya engeline juga dibantu penanganannya oleh pusat pelayanan terpadu pemberdayaan
perempuan dan anak (p2tp2a) kota denpasar, yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah kota
denpasar yang menangani perempuan dan anak. mereka sudah memiliki kekhawatiran bahwa hilangnya
angeline bukan karena diculik atau melarikan diri, tapi justru dibunuh. hal ini dinyatakan oleh
pendamping hukum
siti sapurah tanpa mencurigai siapa pun termasuk ibu angkatnya. [9] hal tersebut didasari minimnya
indikasi yang mereka temukan bahwa engeline hilang di sekitar rumah atau diambil seseorang. sehingga
mereka menduga bahwa engeline dihilangkan, dikubur atau dibunuh. apalagi saat polisi melakukan
pemeriksaan margriet tidak koperatif dan ada ruang di rumah margriet yang tidak boleh dimasuki orang
lain kecuali orang terdekatnya dia. ditambah lagi karena mantan pembantu margriet, yaitu agus tay
hamba may, pernah mengatakan bahwa satu hari sebelum dilaporkan hilang, hidung engeline berdarah
karena dipukul ibunya.
pencarian engeline terhenti setelah ia ditemukan dalam keadaan tewas terkubur di halaman belakang
rumahnya pada hari rabu, 10 juni 2015. jasadnya dalam kondisi membusuk di bawah pohon pisang,
ditutup sampah, terkubur bersama bonekanya. otopsi segera dilakukan di instalasi forensik di rsup
sanglah pimpinan dr ida bagus putu alit, dmf, spf. dari hasil otopsi, engeline diketahui meninggal sejak
tiga minggu sebelumnya. di tubuh jenazah ditemukan luka-luka kekerasan berupa memar pada wajah,
leher, serta anggota gerak atas dan bawah. di punggung kanan jenazah ditemukan luka sundutan rokok.
selain itu, ditemukan juga luka lilitan dari tali plastik sebanyak empat lilitan. sebab kematiannya
dipastikan karena kekerasan benda tumpul pada wajah dan kepala yang mengakibatkan pendarahan pada
otak.] jasad engeline kemudian dimakamkan di dusun wadung pal, desa tulungrejo, kecamatan
glenmore, kabupaten banyuwangi yang merupakan kampung halaman dari ibu kandungnya.
Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015, Kepolisian Resor Kota Denpasar
segera mengadakan pemeriksaan terhadap tujuh orang, yaitu Margriet (ibu angkat), Yvonne dan
Christina (kakak angkat), Agus Tay (pembantu), dua penghuni indekos (suami istri Rahmat Handono
dan Susiani), dan petugas keamanan (satpam, Dewa Ketut Raka), yang disewa khusus oleh Margriet
untuk menjaga rumah itu setelah ramainya pemberitaan terkait Angeline. [34] Dari hasil pemeriksaan awal
tersebut, polisi menetapkan Agus Tay Hamba May sebagai tersangka pembunuh Engeline [34] yang
mengakui telah membunuh dan memperkosa Engeline pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar pukul 13.00
WITA, tepat pada hari hilangnya anak tersebut, dan kemudian menguburkan jasadnya di belakang
rumah majikannya itu pada pukul 20.00 WITA.[35]
Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali menetapkan ibu angkat Angeline, Margriet
Megawe, sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelantaran anak [36] dan menempatkannya di tahanan
Mapolda Bali.
Pada tanggal 28 Juni 2015, Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan
berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus, bukti-bukti kedokteran forensik RS Sanglah, dan
hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh tim forensik Polresta Denpasar, Inafis (Indonesia
Automatic Finger Print Identification System) Polda Bali, dengan bantuan Inafis Mabes Polri. Dari
bukti-bukti tersebut Margriet diduga menjadi otak pembunuhan, dan Agus hanya membantu
menguburkan jasad Engeline.[13] Namun tim pengacara tersangka Margriet mempermasalahkan
penetapan tersangka Margriet terkait kasus pembunuhan Engeline dan mendaftarkan gugatan
praperadilan di Pengadilan Negeri Denpasar pada tanggal 2 Juli 2015.[37]
Pada tanggal 6 Juli 2015, Polresta Denpasar menggelar rekonstruksi pembunuhan Engeline di Tempat
Kejadian Perkara di Jalan Sedap Malam 26 Denpasar dihadiri dua tersangka. [38]
Tanggal 29 Juli 2015, praperadilan yang diajukan Margriet ditolak oleh Pengadilan Negeri Denpasar.
Hakim tunggal Achmad Peten Sili menilai bahwa pihak pemohon, Margriet, melalui kuasa hukumnya,
Hotma Sitompoel & Associates, tidak bisa membuktikan dalil-dalil permohonannya bahwa termohon
(Polda Bali) dalam menetapkan tersangka (Margriet) tidak didasari adanya alat bukti yang sah adalah
argumentasi yang tidak beralasan.[39]
Pada tanggal 7 September 2015, berkas perkara tentang pembunuhan Engeline dinyatakan sudah
lengkap (P21) dan diserahkan ke Kejaksaan Negeri Denpasar bersama dengan dua tersangkanya untuk
segera dilimpahkan ke pengadilan.[40] Dalam berkas tersebut, tertera sejumlah pasal yang disangkakan
kepada Margriet yaitu pasal pembunuhan berencana, pembunuhan, penganiayaan mengakibatkan korban
meninggal, dan penelantaran anak.[41]

Sidang perdana kasus pembuhunan Engeline digelar pada tanggal 22 Oktober 2015, pada sidang
tersebut jaksa menyebutkan jika Margriet menyuruh Agus Tay untuk menguburkan jasad Engeline
dengan iming-iming uang, Margriet pula yang menyuruh Agus untuk menyalakan rokok dan
menyundutkannya ke tubuh Engeline, dan hal tersebut sesuai dengan hasil visum RSUP Sanglah
Denpasar.[42] Dalam persidangan tersebut jaksa mengungkapkan bahwa tanggal 16 Mei 2015, Margriet
memukuli Engeline berkali kali pada bagian wajah dengan tangan kosong hingga hidung dan telinga
Engeline mengeluarkan darah. Pembunuhan Engeline kemudian direncanakan dengan maksud untuk
menghilangkan jejak.[43] Sementara dalam persidangan tersebut Margriet menolak tuduhan jaksa yang
menyatakan bahwa dirinya yang telah membunuh Engeline, Margriet menyatakan bahwa dirinya
menyayangi Engeline sebagaimana layaknya anaknya.[44]
Atas kasus ini, jaksa penuntut umum menuntut Agus Tay dengan vonis 12 tahun penjara dan denda 1
miliar Rupiah (subsider 6 bulan penjara) pada Selasa, 2 Februari 2016. [45] Agustay tidak didakwa sebagai
pembunuh Engeline, tetapi melakukan pembiaran yang menyebabkan meninggalnya Engeline. Dua hari
berselang, Margriet dituntut dengan penjara seumur hidup. [46][47] Menanggapi tuntutan ini, kuasa hukum
Margriet menyatakan bahwa tuntutan ini adalah "imajinatif". [48] Pada 29 Februari 2016, hakim
mengabulkan tuntutan jaksa dengan menjatuhkan vonis seumur hidup kepada Margriet, Pada hari yang
sama, hakim menjatuhkan vonis 10 tahun penjara kepada Agus Tay. [49][50] Ibu kandung Engeline,
Hamidah menyatakan ketidakpuasannya dengan menyatakan bahwa seharusnya Margriet dijatuhi
hukuman mati.
Baik Margriet dan Agus Tay mengajukan banding atas vonis majelis hakim PN Denpasar. Dalam
memori banding, Margriet menyatakan dalam video bahwa Agus Tay merupakan pelaku pembunuhan
Engeline. Namun demikian, pada Mei 2016, hakim PT Bali menguatkan vonis yang dijatuhkan oleh PN
Denpasar.[51][52][53] Kembali tidak puas atas vonis hakim, keduanya mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung. Namun demikian, vonis tetap tidak berubah setelah hakim agung menguatkan putusan
sebelumnya pada Februari 2017

2.2 Tujuan hukum apa yang dapat ditinjau dari kasus pembunuhan engeline
Berdasarkan kasus tersebut. Kami menilai bahwa kasus di atas masih membutuhkan yang
namanya keadilan, karena berdasarkan pasal yang terjerat pada margriet, seharusnya dia
mendapatkan hukuman mati hal itu juga di sebutkan oleh Ibu kandung Engeline hamidah bahwa
dia menyatakan ketidakpuasannya terhadap vonis hakim, yang memvonis dia selama seumur
hidup, hamida mengatakan seharusnya margriet di jatuhi hukuman mati. Begitu juga dengan
hukuman agus tay menurut kami hukumannya terlalu ringan yaitu di vonis 10 tahun penjara,
seperti yang kita ketahui dia adalah orang yang bekerja sama dengan margriet dalam
perencanaan pembunuhan Engeline seharusnya hukumannya lebih berat akan tetapi hakim
memutuskan untuk memvonisnya selama 10 tahun.
Jadi kami meninjau kasus pembunuh Engeline tersebut dengan tujuan hukum: KEADILAN

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembunuhan berencana merupakan salah satu perbuatan yang diancam dengan


pidana mati, selain itu juga ancaman hukumannya adalah pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Ancaman pidana bagi pelaku
pembunuhan berencana yaitu hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara
sementaraselama-lamanyaduapuluhtahun.
DAFTAR PUSTAKA

anak hilang denpasar . (2015, mei 17). Retrieved 10 18, 2023, from kompas.com.
kasus hilangnya engeline. (2015, 5 14). Retrieved 10 18, 2023, from id.m.wiipedia.org:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Engeline
mengenang kasus engeline megawe 7 tahun silam. (2022, juni 19). Retrieved 10 18, 2023, from
tribunnews.

Anda mungkin juga menyukai