Kasus Engelina merupakan kasus yang viral pada tahun 2015 silam,
tentang pembunuhan berencana yang dilakukan oleh ibu angkatnya. Seperti
diketahui, Engelina lahir pada 19 Mei 2007 di sebuah klinik di kawasan Canggu
dari seorang ibu bernama Hamidah dan ayah bernama Achmad Rosyidi. Saat
melahirkan Engelina, Hamidah tidak mampu membayar biaya persalinan di
klinik. Di tengah kesulitan tersebut, muncul seseorang bernama Margriet
Christina Megawe, yang menawarkan bantuan biaya sekaligus berniat
mengadopsi bayi dari hamidah. Saat itu, Margriet datang dengan ditemani oleh
suaminya, Douglas Scarborough. Margriet mengeluarkan biaya Rp 1,8 juta,
dengan rincian Rp 800.000 untuk persalinan dan Rp 1 juta untuk perawatan
Hamidah. Margriet langsung mengadopsi Engelina setelah 3 hari kelahirannya.
Setelah itu margriet dan engelina tidak pernah menemui hamidah sama sekali..
Nama "Engelina" diberikan oleh Margriet, diambil dari nama ibunya (nenek
angkat Engelina) karena saat margriet mengadopsinya engelina belum diberi
nama.
DNA dan informasi genetik berkembang dari tahun ke tahun. Dahulu kala,
para peneliti mengusulkan bahwa materi genetik berada dalam struktur yang
disebut kromosom di dalam nukleus sel. Pada tahun 1927, Griffith dan Avery
mengungkapkan bahwa bakteri memiliki senyawa yang berperilaku berbeda,
tetapi tidak jelas penyebabnya. Studi lebih lanjut oleh Avery, MacLeod, dan Mc
Carthy pada tahun 1944 menunjukkan bahwa perbedaan ekspresi sifat-sifat ini
disebabkan oleh struktur seperti tangga yang terdiri dari dua pita berlawanan yang
pada akhirnya dikenal sebagai DNA. Pada tahun 1953, James Watson dan Francis
Crick menemukan struktur DNA yang merupakan penemuan penting dalam
perkembangan genetika di dunia. Model struktur DNA yang dianalisis oleh
Watson dan Crick mampu menjelaskan bagaimana DNA membawa informasi
genetik sebagai cetak biru yang dapat direplikasi dan diregenerasi ketika sel
membelah sehingga sel baru juga mengandung informasi genetik yang sama.
Inilah mengapa sifat dan sifat fisik seseorang diturunkan dari orang tuanya dan
kemudian diteruskan ke keturunannya.
Pewarisan dari orang tua kepada keturunannya terjadi sebagai akibat dari
peleburan kromosom sperma dan sel telur. Setiap sel kelamin memiliki 22
autosom dan satu kromosom seks, X atau Y. Peleburan dari dua set sel kelamin
secara bersamaan menggabungkan kromosom dalam sperma dan sel telur. Sel
telur yang telah dibuahi, membentuk anak atau zigot masa depan, dan
mengandung dua set gen dalam kromosom sehingga setiap pasangan memiliki
kromosom yang sesuai. Dapat diketahui kita mewarisi satu kromosom dari ayah
kita dan satu kromosom dari ibu kita. Hal ini menjelaskan mengapa tubuh kita
memiliki ciri-ciri yang mirip dengan ayah kita dan sebaliknya tubuh kita memiliki
ciri-ciri yang mirip dengan ibu kita. Semua DNA yang terkandung dalam sel
disebut genom. Genom manusia terdiri dari genom nukleus dan genom
mitokondria. Genom mitokondria (ekstranuklear), mengandung lebih banyak
kromosom sehingga kromosom inti masing-masing hanya terdiri dari 2 salinan,
sedangkan kromosom mitokondria terdiri dari ribuan salinan. Penyakit yang
disebabkan oleh mutasi gen mitokondria sering diturunkan dari ibu ke anak
karena mitokondria manusia diwariskan dari ibu. Faktanya, ada lebih banyak
mitokondria di dalam sel telur daripada di dalam sperma. Setelah pembuahan,
mitokondria dari sperma akan mati sehingga hanya tersisa mitokondria dari sel
telur.
Setiap orang hanya memiliki sekitar 3 juta basis DNA yang berbeda. Para
ahli menggunakan wilayah yang berbeda ini untuk membuat profil DNA
seseorang, menggunakan sampel darah, tulang, rambut, atau jaringan tubuh
lainnya. Dalam kasus kriminal, ini sering melibatkan pengambilan sampel bukti
dari tersangka dengan mengekstrak DNA, dan menganalisisnya untuk mencari
wilayah DNA tertentu (penanda). Para ilmuwan telah menemukan penanda dalam
sampel DNA dengan merancang potongan-potongan kecil DNA (probe) yang
masing-masing mencari dan mengikat urutan DNA pasangan/pelengkap mereka
dalam sampel DNA. Serangkaian probe akan mengikat sampel DNA dan
menghasilkan pola yang bervariasi dari individu ke individu yang lain. Pakar
forensik membandingkan profil DNA ini untuk menentukan apakah sampel
tersangka cocok dengan sampel pada bukti. Penanda itu sendiri seringkali tidak
spesifik untuk individu; jika dua sampel DNA sama di empat atau lima wilayah,
maka sampel tersebut mungkin berasal dari individu yang sama. jika catatan
sampel tidak sama, berarti orang tersebut bukan pemilik DNA yang ditemukan di
TKP. Jika sampel ditemukan sama, tersangka mungkin memiliki DNA dalam
sampel barang bukti.