Anda di halaman 1dari 13

APLIKASI DNA PADA KASUS PEMBUNUHAN ENGELINA

Salsa Bela Yulieta Puja Kusuma

Kasus Engelina merupakan kasus yang viral pada tahun 2015 silam,
tentang pembunuhan berencana yang dilakukan oleh ibu angkatnya. Seperti
diketahui, Engelina lahir pada 19 Mei 2007 di sebuah klinik di kawasan Canggu
dari seorang ibu bernama Hamidah dan ayah bernama Achmad Rosyidi. Saat
melahirkan Engelina, Hamidah tidak mampu membayar biaya persalinan di
klinik. Di tengah kesulitan tersebut, muncul seseorang bernama Margriet
Christina Megawe, yang menawarkan bantuan biaya sekaligus berniat
mengadopsi bayi dari hamidah. Saat itu, Margriet datang dengan ditemani oleh
suaminya, Douglas Scarborough. Margriet mengeluarkan biaya Rp 1,8 juta,
dengan rincian Rp 800.000 untuk persalinan dan Rp 1 juta untuk perawatan
Hamidah. Margriet langsung mengadopsi Engelina setelah 3 hari kelahirannya.
Setelah itu margriet dan engelina tidak pernah menemui hamidah sama sekali..
Nama "Engelina" diberikan oleh Margriet, diambil dari nama ibunya (nenek
angkat Engelina) karena saat margriet mengadopsinya engelina belum diberi
nama.

Engelina dilaporkan hilang pertama kali pada 16 Mei 2015. Engelina


terakhir terlihat bermain di luar rumah orang tua angkatnya. Yvonne Mega W
(kakaknya tirinya) terakhir kali melihat engelina bermain di depan rumah dan
sampai sore hari dia belum pulang. Seketika keluarga engelina panik dan
melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Denpasar Timur. Kemudian, Beberapa
waktu Yvon pasrah dan membuat fan page Facebook bernama "Finding Engelina
Bali's Missing Child". Enam hari kemudian tepatnya pada 19 Mei 2015, tim
pencarian Engelina yang merupakan gabungan dari Polda Bali, Polres Denpasar
dan Polsek mencari bocah tersebut di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Polisi
juga mengerahkan anjing pelacak untuk mencari jejak ketika angelina keluar
rumah. Namun, anjing pemburu tersebut hanya berputar disekeliling rumah
tersebut. Dan akhirnya penyelidikan tersebut dibatalkan.

Kasus engelina ini menarik perhatian Tim Komnas Perlindungan Anak


yang bekerja sama dengan Polresta Denpasar untuk menemukan engelina pada 25
Mei 2015. Ketua komnas Arist Merdeka Sirait menyelidiki kasus angelina dengan
mengorek informasi dari warga sekitar dan orang terdekat engelina . Arist
merdeka menemukan fakta yang mengejutkan bahwa kondisi keluarga Engelina
tidak baik dari segi tempat tinggalnya hingga orang dewasa yang mengasuhnya.
Komnas memperoleh informasi dari orang dekat angelina bahwasannya ibu
engelina memiliki sikap temperamental yang mungkin menjadi salah satu
penyebab hilangnya engelina. Engelina kerap mengalami penyiksaan, baik fisik
maupun mental yang dilakukan oleh ibunya dan teman-teman sekolahnya. Kasus
ini juga menarik P2TP2A untuk datang ke Polsek Denpasar dan mempertanyakan
perkembangan pencarian engelina pada Pada 1 juni 2015. P2TP2A khawatir bila
hilangnya Engelina bukan karena diculik atau melarikan diri, melainkan justru
dibunuh, (kata Siti Sapura sebagai pendamping hukum P2TP2A) tanpa
mencurigai siapa pun, termasuk ibu angkatnya.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


(Menpan-RB), Yuddy Chrisnandi berkunjung ke rumah Engelina pada 5 Juni
2015 dan kedatangannya tidak disambut baik oleh keluarga engelina. Sebaliknya,
dia dihentikan oleh satpam sewaan yang bertugas menjaga rumah Engelina.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohanna Yambise
juga berkunjung ke rumah Engelina pada 6 Juni 2015. Namun, Margriet menolak
untuk bertemu dengannya. Engelina ditemukan tewas di halaman belakang
rumahnya pada 10 Juni 2015 di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali. Jenazahnya
membusuk di bawah pohon pisang dan tertutup sampah, dan dia dikubur dengan
memeluk bonekanya dan dalam keadaan terikat. Jenazah tersebut segera
ditindaklanjuti dengan otopsi di Fasilitas Forensik RSUP Sanglah Denpasar, Bali.
Hal diatas merupakan cerita kronologi hilangnya Engelina hingga penemuannya
kembali.
Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, tidak semua hasil
pemeriksaan akan diumumkan ke publik karena akan sulit menemukan bukti
akurat jika diketahui publik dan tersangka. “Semua temuan di TKP bermula dari
darah, sidik jari, jejak kaki dan seluruh keluarganya disuruh tes DNA. Selain itu,
temuan forensik menunjukkan bahwa penyebab kematian Engelina adalah trauma
kepala. Dia dipukul di kepala dengan alat tumpul, sehingga mengakibatkan
pendarahan diotak.” Bukti DNA merupakan salah satu alat yang paling efektif
dalam penegakan hukum modern, "kata seorang penulis dalam Journal of
Forensic Medicine pada tahun 2007. Petunjuk DNA adalah salah satu alat yang
paling efektif (Howard Savir). Saat tersangka belum teridentifikasi, maka bukti
Biologis yang terdapat di TKP dapat dianalisis dan dibandingkan dengan profil
pelaku dalam database DNA untuk membantu mengidentifikasi pelaku. Bukti
adegan kejahatan dapat dikaitkan dengan TKP melalui penggunaan database
DNA. Jika fragmen DNA dalam elektroforesis gel dianalisis, hal itu menjadi
petunjuk siapa yang membunuh Engelina. Tetapi semua hal tentang forensik juga
harus bersyarat. Jika noda darah ditemukan pada pakaian yang dikenakan
tersangka, dan analisis kesamaan fragmen DNA membuktikan bahwa noda darah
itu milik Engelina, maka ini bisa menjadi petunjuk. Namun belum bisa dipastikan
tersangkanya adalah pembunuhnya, karena masih dibutuhkan petunjuk dan bukti
lainnya.

Fakta mengejutkan lainnya tentang kematian Engelina adalah bahwa


Engelina ditemukan di bawah salah satu kandang ayam. Ketika penyidik dari
Polsek, Polres Denpasar dan Polda Bali menggeledah rumah tersebut, mereka
berulang kali mencium bau tak sedap. Mereka kemudian menemukan gundukan
sampah di bawah kandang ayam. Setelah diperiksa polisi, ditemukan jasad
Engelina terbungkus bedcover sedalam 50 cm. Warga yang penasaran mulai
berdatangan ke rumah Margriet, yang telah ditutup dengan garis polisi oleh polisi.
Sementara itu, jenazah Engelina dibawa ke RSUP Sanglah untuk diotopsi.
Margriet, kedua anaknya dan seorang satpam kemudian ditahan untuk
diinterogasi. Setelah dilakukan penyelidikan mendalam, polisi menetapkan Agus
sebagai tersangka. Dia adalah mantan pekerja dirumah margriet. Argus membuat
pernyataan mengejutkan di mana dia mengakui bahwa dia tidak hanya membunuh
Engelina, tetapi juga memperkosanya. Usai melakukan pembunuhan di dalam
kamar, Argus pun melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap korban. Setelah
melakukan perbuatan tidak senonoh itu, Argus membiarkan jenazah Engelina
tetap berada di kamarnya selama beberapa hari, hingga akhirnya dia memutuskan
untuk menguburkan Engelina didekat kandang ayam.

Hasil akhir penyelidikan polisi mengungkapkan bahwa pembunuh


Engelina adalah ibu angkatnya (Margriet Megawe) yang dibantu oleh mantan
asistennya, Agus Tai. Polisi mengidentifikasi tersangka Margriet berdasarkan tiga
bukti. Pertama, Argus mengakui pembunuhan Engelina. "Bukti kedua adalah hasil
analisis forensik. Yang ketiga adalah petunjuk dari TKP, Keterlibatan Margriet
dalam pembunuhan Engelina sangat kuat" Karena itu, Margriet dijatuhi hukuman
penjara seumur hidup, sedangkan Agus tai harus menjalani hukuman 10 tahun
penjara. Sebelum dibunuh, Margriet memerintahkan engelina untuk merawat, dan
memberi makan hewan ternak seperti ayam, anjing, dan kucing. Setelah selesai,
Engelina berangkat sekolah disiang hari dengan keadaan acak-acakan dengan
penampilan tidak rapi, rambut tidak disisir, dan wajah kusam, sehingga korban
sering menjadi bahan tertawaan. Puncaknya adalah penganiayaan Margriet
terhadap Engelina pada 16 Mei 2015 yang mengakibatkan kematian korban.
Majelis hakim menilai Margriet memerintahkan Agus Tai untuk menguburkan
korban dengan gaji 200 juta rupiah. Sebelum korban dikuburkan, Margriet
memastikan kematian korban dengan menyundutkan bara rokok ke punggung
Engelina. Setelah itu, korban dibungkus dengan bedcover dan dikubur di lubang
dekat kandang ayam. Margriet dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana,
eksploitasi anak, penelantaran anak, dan diskriminasi anak.

Diketahui bahwa Engelina telah dikuburkan selama 8 hari, sehingga


menyulitkan dokter forensik untuk melakukan otopsi terhadap jenazah Engelina,
karena sebagian jenazah telah membusuk dan tidak dapat diidentifikasi. Hal
tersebut dapat memengaruhi penjelasan/alasan pelaku pembunuhan yang terjadi di
TKP, karena menetapkan waktu kematian penting untuk mengetahui kondisi akhir
jenazah. Pembusukan sendiri adalah salah satu tanda pasti kematian, proses
kerusakan jaringan disebabkan oleh bakteri dari usus, terutama Clostridium welchi
dan proses autolisis akibat dari aktivitas pencernaan beberapa enzim dilepaskan
oleh sel setelah kematian. Pembusukan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor yang mempengaruhi usia, penyebab kematian dan
keadaan tubuh termasuk faktor internal. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi
oleh mikroorganisme, suhu disekitar mayat, kelembaban udara dan lingkungan di
disekitar jenazah. Adapun tanda-tanda pembusukan mayat akan mulai terlihat
pada 24 – 48 jam dari kematian, Ciri-cirinya adalah warna hijau pada perut kanan
bawah, varises superfisial melebar, pembengkakan pada wajah, perut
mengembung, pembengkakan pada skrotum dan vulva, kulit melepuh, bola mata
menjadi lunak, lidah dan bola mata menonjol, pecahnya dinding perut dan dada,
rontoknya kuku dan rambut, membusuk dan hancurnya organ-organ yang ada
didalam. Evolusi dan pertumbuhan setiap makhluk hidup tentunya dipengaruhi
oleh suhu. Namun, pada organisme yang dapat mengatur suhu tubuh, suhu
lingkungan tidak berpengaruh terhadapnya.

Menurut Sykes (2012), dekomposisi/pembusukan Mayat di darat dibagi


menjadi lima tahap, yaitu tahap pertama adalah peluruhan awal (fresh stage),
dimulai dari beberapa waktu setelah kematian, yang berlangsung sekitar 24-72
jam. Tahap ketika mayat menjadi keras/kaku dan memar yang baru dimulai.
Perubahan yang telah terjadi belum terbukti secara klinis. Bakteri mulai menyebar
ke seluruh tubuh dan menyebarkan enzim digestif yang menarik serangga untuk
pergi kemayat, salah satu serangga yang pertama kali muncul adalah lalat dalam
famili Calliphoridae. Kemudian disusul oleh famili Sarcophagidae, piofilid dan
muscid. Tahap kedua membusuk (fase perut kembung), yang berlangsung 4-10
hari setelah mati. Pada titik ini mayat membengkak karena gas diproduksi oleh
metabolisme bakteri anaerob. Gas yang terdiri dari hidrogen sulfida dan Metana
mulai berbau tidak sedap. perut, lidah dan bola mata menonjol, dan keluarnya
cairan dari lubang yang ada di tubuh, warna menjadi kehijauan pada kulit dimulai
dari perut.

Tahap ketiga adalah Pembusukan berwarna hitam (activ decay) yang


terjadi dalam waktu 10 sampai 25 hari setelah kematian. Tanda tahap ini adalah
mayat berbau sangat menyengat dan mayat berwarna hitam. Bagian tubuh mayat
membuka dengan sendirinya sehingga memudahkan masuknya larva lalat. Pada
tahap ini, larva lalat biasanya mencapai 3 tahap kemudian mulai meninggalkan
mayat untuk berkembangbiak menjadi pupa. Tahap keempat adalah Butyric
Fermentation Stage (pembusukan tingkat lanjut), Berlangsung 20-25 setelah
kematian. Pada tahap ini, jenazah terlihat lebih kering dari sebelumnya. terjadi
fermentasi produksi asam butirat (berbau seperti keju) menarik serangga dari
spesies lain, seperti kumbang dari keluarga carcass, trogidae dan dermestidae.
Jika tubuh dalam tempat yang basah atau lembab, mungkin keluarga kumbang
tidak akan muncul dan larva dapat bertahan lebih lama. Tahap kelima kering atau
diam Terurai, berlangsung 25-50 hari setelah Mati. Pada tahap ini, jenazah
menjadi sangat kering, hanya tertinggal kulit kering, rambut dan tulang, serta lalat
atau larva yang sudah tidak terlihat pada jenazah. Kecepatan pembusukan mayat
setiap lingkungan dan orang berbeda karena dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti suhu udara, iklim, penyebab kematian, pakaian, obat-obatan, kadar lemak
dan ukuran badan.

Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengungkap kasus


penemuan jenazah, salah satunya adalah dengan pengujian DNA. Namun, akibat
jenazah engelina sudah membusuk sehingga pada penelitian ini menggunakan
jaringan otot psoas jenazah yang mengambil bahan biologisnya berupa jaringan.
Penelitian ini menggunakan perbedaan kurun waktu pada hari ke-1, hari ke-7 dan
hari ke-20. Perbedaan kurun waktu yaitu pada hari ke-1 menjadi awal dimulainya
proses identifikasi di TKP. Hari ke-7 adalah tanggal terakhir (maksimum) yang
diberikan kepada penyidik/petugas kepolisian (POLRI) untuk melakukan proses
penetapan TKP setelah dilakukan pemeriksaan pendahuluan. Hari ke-20
merupakan batas waktu penangkapan tersangka berdasarkan kegiatan penyidikan
yang telah dilakukan, namun apabila perkara tersebut tidak memiliki dokumen
yang cukup maka proses penyidikan di TKP dapat diperpanjang lagi untuk
sementara waktu, maksimal 40 hari. Penyelesaian suatu perkara pidana akan
melibatkan suatu proses penyidikan, dimana pemeriksaan dan analisis terhadap
bukti-bukti merupakan alat utama penyidikan.

Dalam penelitian ini, DNA digunakan untuk mengungkap kematian


seorang mayat yang sudah membusuk. Pembusukan (dekomposisi) mayat akan
lebih cepat ketika bersentuhan dengan penggunaan media air dan tanah. Penelitian
ini menggunakan air laut dan tanah regosol sebagai media untuk mempengaruhi
proses dekomposisi mayat, media ini sering digunakan untuk menangani kasus
yang ada di indonesia yang merupakan daerah tropis. Penelitian DNA forensik
yang meneliti kualitas DNA jaringan otot psoas dari mayat pada regosol tanah dan
air laut masih sangat langka dan harus dilakukan. Penelitian ini nantinya akan
memberikan informasi untuk keperluan forensik yaitu untuk dapat mengetahui
pengaruh air dan tanah terhadap hasil uji kualitas DNA jaringan otot psoas dari
mayat yang membusuk di dalam tanah regosol dan dalam air laut.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi mayat atau korban pembunuhan


adalah melalui metode forensik. Ilmu forensik adalah penerapan disiplin ilmu
kedokteran dan ilmu-ilmu terkait investigasi lainnya untuk mendapatkan data
guna mengungkap kasus-kasus kriminal, termasuk data post-mortem berdasarkan
pemeriksaan mayat dan data dari pemeriksaan kasus hidup seperti pemerkosaan,
pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga. Ilmu forensik adalah
penerapan berbagai bidang ilmu (multidisiplin) yang penting untuk menentukan
identitas, tanda, penyebab, cara dan perkiraan waktu kematian seorang korban
atau pelaku. Produk forensik adalah laporan tertulis atau pernyataan yang
diberikan di pengadilan tentang suatu tindak pidana. Selain itu forensik juga
diperlukan dalam kasus-kasus non kriminal seperti pengungkapan identitas korban
bencana berskala besar dll. Teknologi forensik berkembang pesat setiap tahun
sehingga dapat membantu polisi menyelesaikan kejahatan lebih cepat berkat
penggunaan teknologi DNA yang merupakan asam nukleat yang membentuk
informasi genetik pada organisme hidup. Di dalam DNA, terdapat struktur helix
ganda yang sangat panjang yang merupakan unit terkecil, berisi segmen gen yang
mengontrol sifat-sifat morfologis dan ciri-ciri seperti warna kulit, jenis rambut,
bentuk jari, dan ciri-ciri khusus lainnya pada manusia.

DNA dan informasi genetik berkembang dari tahun ke tahun. Dahulu kala,
para peneliti mengusulkan bahwa materi genetik berada dalam struktur yang
disebut kromosom di dalam nukleus sel. Pada tahun 1927, Griffith dan Avery
mengungkapkan bahwa bakteri memiliki senyawa yang berperilaku berbeda,
tetapi tidak jelas penyebabnya. Studi lebih lanjut oleh Avery, MacLeod, dan Mc
Carthy pada tahun 1944 menunjukkan bahwa perbedaan ekspresi sifat-sifat ini
disebabkan oleh struktur seperti tangga yang terdiri dari dua pita berlawanan yang
pada akhirnya dikenal sebagai DNA. Pada tahun 1953, James Watson dan Francis
Crick menemukan struktur DNA yang merupakan penemuan penting dalam
perkembangan genetika di dunia. Model struktur DNA yang dianalisis oleh
Watson dan Crick mampu menjelaskan bagaimana DNA membawa informasi
genetik sebagai cetak biru yang dapat direplikasi dan diregenerasi ketika sel
membelah sehingga sel baru juga mengandung informasi genetik yang sama.
Inilah mengapa sifat dan sifat fisik seseorang diturunkan dari orang tuanya dan
kemudian diteruskan ke keturunannya.

Pewarisan dari orang tua kepada keturunannya terjadi sebagai akibat dari
peleburan kromosom sperma dan sel telur. Setiap sel kelamin memiliki 22
autosom dan satu kromosom seks, X atau Y. Peleburan dari dua set sel kelamin
secara bersamaan menggabungkan kromosom dalam sperma dan sel telur. Sel
telur yang telah dibuahi, membentuk anak atau zigot masa depan, dan
mengandung dua set gen dalam kromosom sehingga setiap pasangan memiliki
kromosom yang sesuai. Dapat diketahui kita mewarisi satu kromosom dari ayah
kita dan satu kromosom dari ibu kita. Hal ini menjelaskan mengapa tubuh kita
memiliki ciri-ciri yang mirip dengan ayah kita dan sebaliknya tubuh kita memiliki
ciri-ciri yang mirip dengan ibu kita. Semua DNA yang terkandung dalam sel
disebut genom. Genom manusia terdiri dari genom nukleus dan genom
mitokondria. Genom mitokondria (ekstranuklear), mengandung lebih banyak
kromosom sehingga kromosom inti masing-masing hanya terdiri dari 2 salinan,
sedangkan kromosom mitokondria terdiri dari ribuan salinan. Penyakit yang
disebabkan oleh mutasi gen mitokondria sering diturunkan dari ibu ke anak
karena mitokondria manusia diwariskan dari ibu. Faktanya, ada lebih banyak
mitokondria di dalam sel telur daripada di dalam sperma. Setelah pembuahan,
mitokondria dari sperma akan mati sehingga hanya tersisa mitokondria dari sel
telur.

Dalam kasus pembunuhan, pelaku akan meninggalkan jejak sekecil apa


pun, yang mendorong polisi untuk segera memasang “Police line” agar tidak
mencemari barang bukti penting. Para profesional forensik juga harus bergegas ke
tempat kejadian sebelum bukti penting yang dapat membantu mengungkap kasus
menjadi hilang atau dirusak. Bukti forensik yang ditemukan perlu diambil untuk
pemeriksaan laboratorium guna mendapatkan data tambahan dan pendukung.
Salah satu pemeriksaan yang penting dan cepat hasilnya adalah pemeriksaan tes
sidik. Selain pemeriksaan tes sidik DNA, dilakukan juga penelusuran identitas
forensik dengan mencocokkan DNA korban dengan keluarga terduga korban.
Hampir semua sampel biologis dari tubuh dapat digunakan untuk sampel DNA,
tetapi darah, rambut, penyeka pipi, dan kuku yang biasanya digunakan. Untuk
kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis yang
ditemukan di TKP dapat digunakan sebagai sampel uji DNA.

Pemeriksaan identifikasi forensik merupakan pemeriksaan pertama yang


dilakukan, terutama pada kasus pidana yang tidak diketahui korbannya, meskipun
identifikasi juga dapat dilakukan pada kasus non kriminal seperti kecelakaan,
korban bencana alam, perang, dan kasus paternitas (menentukan orang tua).
Secara biologis, investigasi identifikasi korban dapat dilakukan dengan
menggunakan odontologi, antropologi, golongan darah, dan sidik DNA. Sidik
DNA merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap individu. Seperti
halnya sidik jari yang sudah digunakan sejak tahun 1930 untuk mengungkap
kasus oleh detektif dan laboratorium kepolisian. Pada tahun 1980, Alec Jeffreys
dengan teknologi DNA berhasil mendemonstrasikan bahwa DNA memiliki
banyak pengulangan yang berbeda (polimorfisme). Sidik DNA berbeda pada
setiap orang atau individu seperti sidik jari, sidik DNA ini juga dapat dibaca.
Faktanya, sidik DNA menunjukkan kesamaan pada setiap sel, jaringan, dan organ
individu, sehingga DNA ini menjadi suatu metode identifikasi yang akurat. Sidik
DNA tidak dapat dirubah oleh siapapun dan dengan alat apapun namun
sebaliknya jika sidik jari masih dapat dirubah dengan operasi.

Setiap orang hanya memiliki sekitar 3 juta basis DNA yang berbeda. Para
ahli menggunakan wilayah yang berbeda ini untuk membuat profil DNA
seseorang, menggunakan sampel darah, tulang, rambut, atau jaringan tubuh
lainnya. Dalam kasus kriminal, ini sering melibatkan pengambilan sampel bukti
dari tersangka dengan mengekstrak DNA, dan menganalisisnya untuk mencari
wilayah DNA tertentu (penanda). Para ilmuwan telah menemukan penanda dalam
sampel DNA dengan merancang potongan-potongan kecil DNA (probe) yang
masing-masing mencari dan mengikat urutan DNA pasangan/pelengkap mereka
dalam sampel DNA. Serangkaian probe akan mengikat sampel DNA dan
menghasilkan pola yang bervariasi dari individu ke individu yang lain. Pakar
forensik membandingkan profil DNA ini untuk menentukan apakah sampel
tersangka cocok dengan sampel pada bukti. Penanda itu sendiri seringkali tidak
spesifik untuk individu; jika dua sampel DNA sama di empat atau lima wilayah,
maka sampel tersebut mungkin berasal dari individu yang sama. jika catatan
sampel tidak sama, berarti orang tersebut bukan pemilik DNA yang ditemukan di
TKP. Jika sampel ditemukan sama, tersangka mungkin memiliki DNA dalam
sampel barang bukti.

DNA yang biasa digunakan dalam pengujian adalah DNA mitokondria


dan DNA inti. DNA yang paling akurat untuk diuji adalah DNA inti karena inti
sel tidak dapat diubah sedangkan DNA mitokondria dapat berubah karena berasal
dari garis ibu, yang dapat berubah dengan perkawinan keturunannya. Epitel ini
masih mengandung elemen DNA yang dapat dilacak. Misalnya, pada kasus
korban ledakan bom, urutan genetik dari tubuh korban sulit diidentifikasi. Bentuk
sidik jari DNA berupa garis-garis yang mirip dengan barcode pada kemasan
makanan atau minuman. Untuk perkosaan, sperma diperiksa, tetapi yang lebih
penting adalah kepala sperma, yang mengandung DNA dari inti sel. Jika di TKP
ditemukan sehelai rambut, sampel bisa diuji asalkan masih ada akarnya, karena
potongan rambut mengandung DNA mitokondria yang bisa berubah DNAnya dan
pada akar mengandung DNA inti yang DNAnya tidak bisa berubah.

Teknologi DNA memiliki keunggulan tersendiri dalam hal diskriminasi


dan sensitivitas, sehingga sidik jari DNA adalah pilihan yang baik untuk
menyelidiki kasus forensik dibandingkan teknologi konvensional seperti uji
serologis dan elektroforesis. Kedua tes ini hanya dapat menganalisis perbedaan
ekspresi protein dan membutuhkan sampel dalam jumlah yang relatif besar. Tes
DNA, di sisi lain, hanya membutuhkan sampel yang relatif kecil. Sebagai contoh,
metode Southern Blots dapat mendeteksi lokus polimorfik dengan bahan DNA
sekecil 60 nanogram, sedangkan metode polymerase chain reaction (PCR) hanya
membutuhkan beberapa nanogram DNA. Dalam kasus kriminal di mana jumlah
bukti yang dikumpulkan dari TKP kecil dan kemungkinan akan terdegradasi,
metode yang tepat dan sensitif adalah PCR .

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah ditemukannya jejak darah,


sidik jari, dan kaki yang berujung pada dilakukannya tes sidik DNA pada kasus
Engelina. Tes sidik DNA ini telah terbukti sangat efektif karena menunjukkan
kepekaan dan akurasi yang luar biasa yang dapat memberikan kontribusi yang
berharga bagi kepentingan investigasi pembunuhan Engelina, namun
pelaksanaannya membutuhkan keahlian, keterampilan dan pengalaman. Prosedur
pengujian harus bebas dari kontaminasi karena dapat mengurangi tingkat
kepercayaan jika digunakan sebagai bukti forensik di pengadilan. Dalam kasus
Engelina, ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi seorang ibu, bahwa ia harus
selektif terhadap siapa yang mau mengadopsi anaknya, agar anaknya diasuh
dengan baik oleh sang ibu angkatnya.
DAFTAR RUJUKAN

Andreas, Tunggul.2014. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGUNGKAPAN


PELAKU PEMBUNUHAN MELALUI TES DNA OLEH
KEPOLISIAN. JOM Fakultas Hukum Vol. 1 (2). Hal 8-12

Azanella, Luthfia Ayu.2022. 7 Tahun Lalu, Engeline Tewas Dibunuh 3 Hari


Sebelum Ulang Tahunnya. (Online).
https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/10/063000765/7-tahun-
lalu-engeline-tewas-dibunuh-3-hari-sebelum-ulang-tahunnya?page=all,
Diakses pada 26 November 2022

Ismail, Banuaji.2015. Makalah Kasus Pembunuhan Angeline. (Online).


https://www.academia.edu/18581815/Makalah_Kasus_Pembunuhan_A
ngeline, Diakses pada 26 November 2022

Mahendra. 2015. Teknologi DNA untuk Kasus Kematian Engelina. (Online).


https://www.kompasiana.com/emhaaljabar/558fea43957a61a11142e8c6
/teknologi-dna-untuk-kasus-kematian-engelina?page=all#sectionall,
Diakses pada 26 November 2022

Miller, J. S and V. L. Naples. 2002. Forensic Entomology. (Online)


https://www.msu.edu/~tuckeys1/VIPP_
2005/Biology/Sessions/RKimbirauskas
/ForensicEnt_in_the_Classroom.pdf, Diakses pada 26 November 2022

Pertiwi, Kartika Ratna.2014. Penerapan Teknologi DNA dalam Identifikasi


Forensik. (Online).
https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/view/3518/pdf, Diakses
pada 28 November 2022

Putri, Ni Putu Puniari Eka dan Ahmad, Yudianto, Ahmad.2016. PENGARUH


TANAH DAN AIR LAUT TERHADAP KUALITAS DNA DARI
OTOT PSOAS JENAZAH MELALUI METODE STR. Jurnal Biosains
Pascasarjana Vol.18(1) .Hal 205-209
Simbolon, Alum.2017. PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN
PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA BERAT DI INDONESIA.
Jurnal Law Pro Justitia Vol. II (2). Hal 6-8.

Anda mungkin juga menyukai