Anda di halaman 1dari 3

Hilangnya Engeline

Kasus yang menimpa Engeline pertama kali mengemuka dengan beredarnya kabar tentang
hilangnya anak tersebut. Kabar tersebut tersebar luas antara lain akibat dibuatnya sebuah laman di
jejaring sosial facebook berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child". Laman tersebut dibuat oleh salah
satu kakak angkat Engeline yang sedang kuliah di Amerika Serikat, yaitu Christine, pada tanggal 16 Mei
2015 sekitar pukul 17.00 WITA. Sementara Yvonne membuat selebaran mengenai hilangnya Engeline.

Keesokan harinya berbagai media massa turut memberitakan kehilangan tersebut. Berdasarkan
informasi dari Yvonne, dikabarkan bahwa adiknya hilang saat mereka bermain di depan rumah sekitar
pukul 15.00 WITA. Setelah tidak juga ditemukan sampai pukul 18.00, maka kemudian Yvonne
melaporkannya ke polisi. Tim pencari anak hilang dari kepolisian lantas mencarinya dari Denpasar
sampai ke Banyuwangi, tampat lahir orang tua kandungnya. Berbagai upaya dilakukan oleh polisi,
seperti mengamati CCTV di sekitar lokasi, menganalisis telepon seluler orang tua kandung dan orang tua
angkatnya, serta menggunakan anjing pelacak. Namun anjing tersebut tidak menemukan jejak Engeline
dan hanya berputar-putar di sekitar rumah saja. Keluarga Engeline yang berasal dari luar Bali pun
berdatangan ke kediaman Engeline untuk membantu mencari anak tersebut.

Kasus kehilangan anak ini juga menarik perhatian Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), sehingga ketuanya, Arist Merdeka Sirait, beserta dua anggota timnya datang ke Bali untuk
melakukan dialog dengan Polresta Denpasar dan Polda Bali. Mereka juga kemudian berkunjung dan
menemui Margriet di rumahnya. Saat itu, Margriet memperkenankan mereka untuk melihat kamar dan
ruangan dalam rumah. Dari hasil kunjungan itu, Arist berkesimpulan bahwa selama ini Engeline tinggal di
rumah yang kondisinya sangat buruk dan tidak layak huni dengan halaman dipenuhi kandang ayam
berjumlah sekitar seratus ayam sehingga akan membuat anak tidak bisa berkembang dengan baik. KPAI
juga menyatakan maksudnya akan mengambil alih sementara hak asuh Margriet atas Engeline, sehingga
membuat Margriet menangis histeris. Dia mengaku tidak terima, bahkan mengancam akan membunuh
siapa pun yang akan mengambil anaknya itu karena dia menyayangi Engeline dan Engeline pun
menyayanginya.

Selain oleh KPAI, rumah Margriet juga didatangi oleh dua menteri Kabinet Kerja, yaitu Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi, dan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,Yohana Yembise. Namun Margriet menolak
menemui keduanya dan kedua menteri itu tidak diperbolehkan memasuki rumahnya.

Hilangnya Engeline juga dibantu penanganannya oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, yang merupakan perpanjangan tangan Pemerintah Kota
Denpasar yang menangani perempuan dan anak. Mereka sudah memiliki kekhawatiran bahwa hilangnya
Angeline bukan karena diculik atau melarikan diri, tapi justru dibunuh. Hal ini dinyatakan oleh
pendamping hukum P2TP2A, Siti Sapurah tanpa mencurigai siapa pun termasuk ibu angkatnya. Hal
tersebut didasari minimnya indikasi yang mereka temukan bahwa Engeline hilang di sekitar rumah atau
diambil seseorang. Sehingga mereka menduga bahwa Engeline dihilangkan, dikubur atau dibunuh.
Apalagi saat polisi melakukan pemeriksaan Margriet tidak koperatif dan ada ruang di rumah Margriet
yang tidak boleh dimasuki orang lain kecuali orang terdekatnya dia. Ditambah lagi karena mantan
pembantu Margriet, yaitu Agus Tay Hamba May, pernah mengatakan bahwa satu hari sebelum
dilaporkan hilang, hidung Engeline berdarah karena dipukul ibunya.
Pencarian Engeline terhenti setelah ia ditemukan dalam keadaan tewas terkubur di halaman
belakang rumahnya pada hari Rabu, 10 Juni 2015. Jasadnya dalam kondisi membusuk di bawah pohon
pisang, ditutup sampah, terkubur bersama bonekanya. Otopsi segera dilakukan di Instalasi Forensik di
RSUP Sanglah pimpinan dr Ida Bagus Putu Alit, DMF, SpF. Dari hasil otopsi, Engeline diketahui meninggal
sejak tiga minggu sebelumnya. Di tubuh jenazah ditemukan luka-luka kekerasan berupa memar pada
wajah, leher, serta anggota gerak atas dan bawah. Di punggung kanan jenazah ditemukan luka sundutan
rokok. Selain itu, ditemukan juga luka lilitan dari tali plastik sebanyak empat lilitan. Sebab kematiannya
dipastikan karena kekerasan benda tumpul pada wajah dan kepala yang mengakibatkan pendarahan
pada otak. Jasad Engeline kemudian dimakamkan di Dusun Wadung Pal, Desa Tulungrejo, Kecamatan
Glenmore, Kabupaten Banyuwangiyang merupakan kampung halaman dari ibu kandungnya.

Kasus hukum

 Penyidikan

Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015, Kepolisian Resor Kota Denpasar
segera mengadakan pemeriksaan terhadap tujuh orang, yaitu Margriet (ibu angkat), Yvonne dan
Christina (kakak angkat), Agus Tay (pembantu), dua penghuni indekos (suami istri Rahmat Handono dan
Susiani), dan petugas keamanan (satpam, Dewa Ketut Raka), yang disewa khusus oleh Margriet untuk
menjaga rumah itu setelah ramainya pemberitaan terkait Angeline. Dari hasil pemeriksaan awal
tersebut, polisi menetapkan Agus Tay Hamba May sebagai tersangka pembunuh Engeline yang
mengakui telah membunuh dan memperkosa Engeline pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar pukul 13.00
WITA, tepat pada hari hilangnya anak tersebut, dan kemudian menguburkan jasadnya di belakang
rumah majikannya itu pada pukul 20.00 WITA.

Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali menetapkan ibu angkat Angeline, Margriet
Megawe, sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelantaran anak dan menempatkannya di tahanan
Mapolda Bali.

Pada tanggal 28 Juni 2015, Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan
berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus, bukti-bukti kedokteran forensik RS Sanglah, dan hasil
olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh tim forensik Polresta Denpasar, Inafis (Indonesia Automatic
Finger Print Identification System) Polda Bali, dengan bantuan Inafis Mabes Polri. Dari bukti-bukti
tersebut Margriet diduga menjadi otak pembunuhan, dan Agus hanya membantu menguburkan jasad
Engeline. Namun tim pengacara tersangka Margriet mempermasalahkan penetapan tersangka Margriet
terkait kasus pembunuhan Engeline dan mendaftarkan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri
Denpasar pada tanggal 2 Juli 2015.

Pada tanggal 6 Juli 2015, Polresta Denpasar menggelar rekonstruksi pembunuhan Engeline di
Tempat Kejadian Perkara di Jalan Sedap Malam 26 Denpasar dihadiri dua tersangka.Tanggal 29 Juli 2015,
praperadilan yang diajukan Margriet ditolak oleh Pengadilan Negeri Denpasar. Hakim tunggal Achmad
Peten Sili menilai bahwa pihak pemohon, Margriet, melalui kuasa hukumnya, Hotma Sitompoel &
Associates, tidak bisa membuktikan dalil-dalil permohonannya bahwa termohon (Polda Bali) dalam
menetapkan tersangka (Margriet) tidak didasari adanya alat bukti yang sah adalah argumentasi yang
tidak beralasan.
Pada tanggal 7 September 2015, berkas perkara tentang pembunuhan Engeline dinyatakan sudah
lengkap (P21) dan diserahkan ke Kejaksaan Negeri Denpasar bersama dengan dua tersangkanya untuk
segera dilimpahkan kepengadilan. Dalam berkas tersebut, tertera sejumlah pasal yang disangkakan
kepada Margriet yaitu pasal pembunuhan berencana, pembunuhan, penganiayaan mengakibatkan
korban meninggal, dan penelantaran anak.

 Peradilan

Sidang perdana kasus pembuhunan Engeline digelar pada tanggal 22 Oktober 2015, pada sidang
tersebut jaksa menyebutkan jika Margriet menyuruh Agus Tay untuk menguburkan jasad Engeline
dengan iming-iming uang, Margriet pula yang menyuruh Agus untuk menyalakan rokok dan
menyundutkannya ke tubuh Engeline, dan hal tersebut sesuai dengan hasil visum RSUP Sanglah
Denpasar. Dalam persidangan tersebut jaksa mengungkapkan bahwa tanggaal 16 Mei 2015, Margriet
memukuli Engeline berkali kali pada bagian wajah dengan tangan kosong hingga hidung dan telinga
Engeline mengeluarkan darah. Pembunuhan Engeline kemudian direncanakan dengan maksud untuk
menghilangkan jejak. Sementara dalam persidangan tersebut Margriet menolak tuduhan jaksa yang
menyatakan bahwa dirinya yang telah membunuh Engeline, margriet menyatakan bahwa dirinya
menyayangi Engeline sebagaimana layaknya anaknya.

 Vonis Margriet

Kepolisian akhirnya menetapkan Margriet Christina Megawe sebagai tersangka kasus


pembunuhan anak angkatnya, Angeline. Status tersangka dikenakan setelah Polda Bali melakukan
serangkaian penyidikan yang mendalam termasuk dengan uji laboratorium forensik.kepolisian sudah
cukup kuat untuk menetapkan Margriet sebagai tersangka pembunuhan di antaranya yaitu berdasarkan
pengakuan Agustinus Tai Hamdamai yang sudah lebih dulu menjadi tersangka kasus pembunuhan
Angeline.
Dengan ditetapkannya Margriet Christina Megawe sebagai tersangka pembunuhan, Margriet
saat ini dijerat dengan pasal berlapis. Margriet dikenai Pasal 340 KUHP, Pasal 338 KUHP, 77 B yang
masuk dalam pembunuhan berencana serta pasal penelantaran anak. Tersangka lainnya, Agustinus Tai
Hamdamai yang terlebih dulu menjadi tersangka, dikenai Pasal 340 juncto 56 KUHP terkait pembunuhan
berencana, yang dalam hal ini peran Agus adalah turut serta.

Anda mungkin juga menyukai