Anda di halaman 1dari 5

WACANA KASUS

Pembunuhan Engeline

DISUSUN OLEH:

I Putu Wahyu Wira Prawira Putra

NIM: 19133115

JURUSAN/PRODI: DHARMA SASTRA/HUKUM HINDU

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA


MATARAM
Pembunuhan Engeline
Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap anak
perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di Kota Denpasar, Bali pada tanggal 16 Mei
2015. Peristiwa ini menjadi populer dalam berbagai media di Indonesia diawali dengan
pengumuman kehilangan anak tersebut (semula disebut Angeline) dari keluarga angkatnya
Besarnya perhatian dari berbagai pihak membuat terungkapnya kenyataan bahwa Engeline
selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan mendapat pengasuhan yang kurang
baik dari orang tua angkatnya bahkan mendapatkan penyiksaan baik fisik maupun mental.
Akibat sikap yang sangat tertutup dan tidak kooperatif dari ibu angkatnya, Margriet Christina
Megawe (64 tahun), memunculkan dugaan bahwa Engeline hilang bukan karena diculik
melainkan karena dibunuh. bahkan sebelum jenazahnya ditemukan. Jasad Engeline kemudian
ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali,
pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015 dalam keadaan membusuk tertutup sampah di bawah
pohon pisang setelah polisi mencium bau menyengat dan melihat ada gundukan tanah di
sana.

Engeline diterima di keluarga angkatnya dan diperlakukan sebagaimana anak


kandung Margriet lainnya. Ia mempunyai dua kakak angkat yaitu Yvonne Caroline Megawe
(42 tahun) dan Christina Telly Megawe (33 tahun). Engeline tumbuh sebagai anak ceria yang
selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan Margriet. Keluarga ini sempat
berpindah-pindah tempat tinggal diantaranya ke Pekanbaru, Bekasi, dan Bali. Ayah angkat
Engeline, Douglas, dikabarkan sangat menyayangi anak angkatnya tersebut. Namun
kemudian Douglas meninggal dunia pada tanggal 17 September 2008. Margriet tampak
terpukul dengan kematian suami keduanya tersebut. Dalam pengasuhan Margriet sebagai
orang tua tunggal, pada tahun-tahun terakhirnya diduga Engeline mengalami banyak
kekerasan baik secara fisik maupun mental. Diketahui bahwa ibu angkatnya tersebut menjadi
seorang yang temperamental. Dari foto-foto yang ada dan kesaksian dari guru di sekolahnya
tampak bahwa pada tahun terakhir kehidupannya ia mengalami penurunan berat badan.
Engeline juga tinggal di rumah yang tidak layak huni, karena dikelilingi oleh kandang ayam
dan berbau tidak sedap walaupun mereka adalah keluarga yang secara ekonomi
berkecukupan. Setiap hari Engeline diberi tugas untuk mencuci baju, mengepel lantai,
membersihkan rumah, serta memberi makan binatang-binatang peliharaan ibu angkatnya
berupa ayam, anjing, dan kucing. Bila ia lupa melakukannya, maka ia pasti mendapatkan
perlakuan kasar dari ibu angkatnya. Padahal jumlah ayam yang dimiliki ibu angkatnya
tersebut mencapai puluhan ekor. Akibat tugas tersebut, ia sering datang ke sekolah dalam
keadaan baju yang lusuh serta badan dan rambut yang bau. Bahkan pernah ia dilaporkan oleh
teman-teman sekelas kepada guru kelasnya di kelas 2B, Putu Sri Wijayanti, karena baunya.
Ternyata saat itu di rambut Angeline banyak gumpalan kotoran ayam. Namun Engeline
bersifat tertutup dan tidak mau bercerita tentang penderitaan yang ia alami kepada gurunya.
Hanya setelah didesak akhirnya ia mau mengatakan kepada gurunya bahwa ia sering pusing
di sekolah karena belum makan. Mengenai hal ini, Margriet membela diri bahwa Engeline
memang tidak suka makan dan cuma mau minum susu saja. Padahal ketika diberi makan di
sekolah oleh gurunya, ternyata Engeline bisa sampai menghabiskan dua piring makanan yang
disediakan.
Kasus yang menimpa Engeline pertama kali mengemuka dengan beredarnya kabar
tentang hilangnya anak tersebut. Kabar tersebut tersebar luas antara lain akibat dibuatnya
sebuah laman di jejaring sosial facebook berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child".
Laman tersebut dibuat oleh salah satu kakak angkat Engeline yang sedang kuliah di Amerika
Serikat, yaitu Christine, pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar pukul 17.00 WITA. Sementara
Yvonne membuat selebaran mengenai hilangnya Engeline. Keesokan harinya berbagai media
massa turut memberitakan kehilangan tersebut. Berdasarkan informasi dari Yvonne,
dikabarkan bahwa adiknya hilang saat mereka bermain di depan rumah sekitar pukul 15.00
WITA.] Setelah tidak juga ditemukan sampai pukul 18.00, maka kemudian Yvonne
melaporkannya ke polisi. Tim pencari anak hilang dari kepolisian lantas mencarinya dari
Denpasar sampai ke Banyuwangi, tampat lahir orang tua kandungnya. Berbagai upaya
dilakukan oleh polisi, seperti mengamati CCTV di sekitar lokasi, menganalisis telepon seluler
orang tua kandung dan orang tua angkatnya, serta menggunakan anjing pelacak. Namun
anjing tersebut tidak menemukan jejak Engeline dan hanya berputar-putar di sekitar rumah
saja. Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015, Kepolisian Resor Kota
Denpasar segera mengadakan pemeriksaan terhadap tujuh orang, yaitu Margriet (ibu angkat),
Yvonne dan Christina (kakak angkat), Agus Tay (pembantu), dua penghuni indekos (suami
istri Rahmat Handono dan Susiani), dan petugas keamanan (satpam, Dewa Ketut Raka), yang
disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga rumah itu setelah ramainya pemberitaan terkait
Angeline. Dari hasil pemeriksaan awal tersebut, polisi menetapkan Agus Tay Hamba May

SidangSidang perdana kasus pembuhunan Engeline digelar pada tanggal 22 Oktober


2015, pada sidang tersebut jaksa menyebutkan jika Margriet menyuruh Agus Tay untuk
menguburkan jasad Engeline dengan iming-iming uang, Margriet pula yang menyuruh Agus
untuk menyalakan rokok dan menyundutkannya ke tubuh Engeline, dan hal tersebut sesuai
dengan hasil visum RSUP Sanglah Denpasar. Dalam persidangan tersebut jaksa
mengungkapkan bahwa tanggal 16 Mei 2015, Margriet memukuli Engeline berkali kali pada
bagian wajah dengan tangan kosong hingga hidung dan telinga Engeline mengeluarkan darah.
Pembunuhan Engeline kemudian direncanakan dengan maksud untuk menghilangkan jejak.
Sementara dalam persidangan tersebut Margriet menolak tuduhan jaksa yang menyatakan
bahwa dirinya yang telah membunuh Engeline, Margriet menyatakan bahwa dirinya
menyayangi Engeline sebagaimana layaknya anaknya.

Atas kasus ini, jaksa penuntut umum menuntut Agus Tay dengan vonis 12 tahun
penjara dan denda 1 miliar Rupiah (subsider 6 bulan penjara) pada Selasa, 2 Februari 2016.
Agustay tidak didakwa sebagai pembunuh Engeline, namun melakukan pembiaran yang
menyebabkan meninggalnya Engeline. Dua hari berselang, Margriet dituntut dengan penjara
seumur hidup. Menanggapi tuntutan ini, kuasa hukum Margriet menyatakan bahwa tuntutan
ini adalah "imajinatif". Pada 29 Februari 2016, hakim mengabulkan tuntutan jaksa dengan
menjatuhkan vonis seumur hidup kepada Margriet, Pada hari yang sama, hakim menjatuhkan
vonis 10 tahun penjara kepada Agus Tay. Ibu kandung Engeline, Hamidah menyatakan
ketidakpusannya dengan menyatakan bahwa seharusnya Margriet dijatuhi hukuman mati.
Baik Margriet dan Agus Tay mengajukan banding atas vonis majelis hakim PN Denpasar.
Dalam memori banding, Margriet menyatakan dalam video bahwa Agus Tay merupakan
pelaku pembunuhan Engeline. Namun demikian, pada Mei 2016, hakim PT Bali menguatkan
vonis yang dijatuhkan oleh PN Denpasar. Kembali tidak puas atas vonis hakim, keduanya
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Namun demikian, vonis tetap tidak berubah setelah
hakim agung menguatkan putusan sebelumnya pada Februari 2017.
Paragraf 1
 Terjadi sebuah peristiwa pembunuhan Engeline Megawe
 Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 16 Mei 2015
 Dugaan Engeline Megawe dibunuh oleh ibu angkatnya Margariet Megawe
 Jasad nya di temukan terkubur di belakang halaman rumah

Paragraf 2
 Engeline diterima oleh angkat nya dengan baik dan mempunyai 2 kakak angkat
 Keluarga angkatnya sempat berpindah tempat tinggal dari Pekanbaru,Bekasi dan Bali
 Ayah angkat Engeline yaitu Douglas meninggal 17 September 2008
 Setelah kematian suami kedua,Margariet menjadi temperamental dan sering menyiksa
Engeline
 Engeline selau di suruh melaju pekerjaan rumah oleh ibu angkatnya
 Wali kelas Engeline merasa ada yang tidak beres dengan penampilan Engeline yang selalu
lusuh dan sering datang terlambat

Paragraf 3
 Kasus hilangnya Engeline tersebar dengan sangat cepat di media sosial
 Kedua kakak angkat Engeline membuat laporan hilangnya Engeline
 Kasus hilangnya Engeline di selidiki polisi, dan menemukan jasad Engeline terkubur di
belakang rumahnya
 Polisi melakukan pemeriksaan dan menetapkan beberapa tersangka

Paragraf 4
 Sidang perdana kasus pembunuhan Engeline digelar pada tanggal 22 Oktober 2015
 Dalam sidang tersebut disebutkan bahwa Margariet melakukan kekerasan terhadap Engelin
hingga tewas
 Margariet juga menyuruh Agus tay untuk mengubur jasad Engeline dengan di iming-imingi
uang
 Margariet menolak tuduhan jaksa mengenai dirinya

Anda mungkin juga menyukai