Anda di halaman 1dari 2

Nama :Muhammad Kurniawan

NPM : B1A016315

Kasus kematian bocah Angeline dan Analisis Hak Perlindungan Anak


dalam UU No.35 Tahun 2014

Angeline, bocah 8 tahun di Denpasar, Bali, dilaporkan hilang pada 16 Mei


2015 oleh ibu angkatnya Margriet Megawe. Dia dilaporkan raib saat
sedang bermain di halaman rumahnya, Jalan Sedap Malam Nomor 26,
Sanur, Denpasar, Bali, pada pukul 15.00 Wita.

Namun, beberapa waktu berselang, bocah malang itu ditemukan terkubur


di dekat kandang ayam rumahnya pada Rabu 10 Juni 2015. Hasil autopsi
jenazah bocah yang bernama asli Engeline itu menemukan banyak luka
lebam di sekujur tubuhnya. Begitu pula dengan luka bekas sundutan rokok
dan jeratan tali di leher Angeline.

2 orang terdekat Angeline kini menjalani persidangan. Margriet, si ibu


angkat, dan Agustinus Tae, mantan pekerja di rumah itu, harus duduk di
kursi pesakitan karena dituduh sebagai pembunuh bocah malang itu.
Hingga kini, persidangan kedua terdakwa itu masih terus berlangsung dan
keduanya saling tuding menyalahkan.

Dan dari hasil penyelidikan polisi membukakan fakta bahwa Angeline


semasa hidupnya bersama Margriet sering mendapat siksaan fisik dan
psikis. Saat sebelum korban dinyatakan menghilang, Agustay melihat
telinga dan hidungnya berdarah, sehingga bercerita kepada saksi Susiani
dan mengatakan bahwa kasian melihat korban dipukul ibunya. Dia
dibunuh secara keji dan tidak manusiawi. Polisi baru mendapat satu
tersangka, namun aparat tengah mengembangkan penyelidikan dan
terduga pelaku pembunuhan gadis kecil itu mengarah pada orang-orang
terdekatnya.

Meninggal mengenaskan, semasa hidup pun Angeline tak pernah


mendapat kebahagiaan. Polisi mengumpulkan sejumlah fakta mirisnya
kehidupan si kecil ini selama masih bernafas. Angeline diketahui guru dan
orang-orang sekitarnya selalu berpakaian kumal serta lusuh. Seperti anak
yang tidak diperhatikan. Saban hari ke sekolah badannya bau kotoran
ayam sehingga para guru akhirnya kerap memandikan Angeline,
mengeramasi rambutnya, dan mengganti baju dia. Ini menunjukan bahwa
Angeline telah diberikan hak pendidikan oleh Margriet tetapi tidak
mendapatkan hak kehidupan yang layak.

Margriet juga telah melanggar hak Angeline untuk bertemu orang tua
kandungnya, hal ini juga diatur dalam UU N. 35 Th. 2014 pasal 14. Orang
tua kandung Angeline juga mengaku beberapa kali mencoba menemui
Angeline tetapi selalu gagal karena tidak direstui oleh Margriet.

Sebagai anak kecil, harusnya Angeline mendapatkan kasih sayang dan


perawatan yang layak dari sang ibu. Namun sebaliknya, rumah dia
tempati dikelilingi kandang ayam dan bau tak sedap. Kondisi ini bisa
memperburuk perkembangan seorang anak. Ini juga menunjukan
Angeline tidak mendapatkan pemeliharaan dan penghidupan yang layak
oleh Margriet.

Hak yang dilanggar oleh Margriet adalah pelanggaran hak dalam hidup,
hak untuk hidup, kelangsungan hidup, & perkembangan. Hak-hak ini
merupakan hak asasi yang paling dasar yang dilindungi oleh Negara dan
Pemerintah.

Sungguh kehidupan miris yang harus dijalani Angeline. Tapi hal tersebut
sudah berakhir dan dia kini lebih tenang di sisi Tuhan. Dan kini Margriet
dijatuhi hukuman seumur hidup dalam persidangan Senin, 29 Februari
2016. Ketua majelis hakim, Edward Harris Sinaga, mengatakan Margriet
dijatuhi vonis hukuman karena melanggar Pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana.

Anda mungkin juga menyukai