Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PPKN

KASUS PEMBUNUHAN ENGELINE

Kelompok 5:
BELLA PUSPITA ALZAHRA NAFIFAH
HAWRA INSIYYAH SABRIE
MU’AMMAR DHAFIN
ROSINTA MEILANI PUTRI
ZAID SATRIA
ZARATUSTRA ADI PERMANA

TAHUN AJARAN 2023/2024


A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini marak terjadi pembunuhan yang dilatar belakangi oleh nafsu untuk
menguasai harta kekayaan. Salah satunya kasus pembunuhan Engeline. Engeline Megawe adalah
anak berusia 8 tahun yang tinggal di Bali. Engeline tinggal bersama orang tua angkatnya. Ia tinggal
bersama orang tua angkatnya sejak Engeline lahir karena orang tua kandungnya tidak mampu
membayar biaya persalinan saat Engeline lahir dan tidak mampu merawatnya. Engeline lahir pada
tanggal 19 Mei 2007 di klinik wilayah Canggu, orang tua kandungnya bernama Hamidah dan
Achmad Rosyidi.
B. KRONOLOGI
Kasus yang menimpa Engeline pertama kali beredar dengan kabar tentang hilangnya anak
tersebut. Kabar tersebut tersebar luas melalui sebuah laman di jejaring sosial facebook berjudul
"Find Angeline-Bali's Missing Child". Laman tersebut dibuat oleh salah satu kakak angkat
Engeline yang sedang kuliah di Amerika Serikat, yaitu Christine, pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar
pukul 17.00 WITA. Menurut pengakuan keluarga Engeline hilang karena diculik. Berdasarkan
informasi dari Yvonne, dikabarkna bahwa adiknya hilang saat mereka bermain di depan rumah
sekitar pukul 15.00 WITA. Setelah itu, Yvonne melaporkan hal ini ke polisi karena Yvonne tidak
menemukan Engeline.
Tim pencari anak hilang dari kepolisian lantas mencarinya dari Denpasar sampai ke
Banyuwangi, tampat lahir orang tua kandungnya. Berbagai upaya dilakukan oleh polisi, seperti
mengamati CCTV di sekitar lokasi, menganalisis telepon seluler orang tua kandung dan orang tua
angkatnya, serta menggunakan anjing pelacak. Kasus anak hilang ini pun menarik perhatian
Komite Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sehingga ketuanya, Arist Merdeka Sirait,
beserta dua anggota timnya datang ke Bali untuk melakukan dialog dengan Polresta Denpasar dan
Polda Bali. Mereka juga kemudian berkunjung dan menemui Margriet di rumahnya. Saat itu,
Margriet memperkenankan mereka untuk melihat kamar dan ruangan dalam rumah.
Hilangnya Engeline juga dibantu penanganannya oleh Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, yang merupakan perpanjangan
tangan Pemerintah Kota Denpasar yang menangani perempuan dan anak. Mereka sudah
memiliki kekhawatiran bahwa hilangnya Angeline bukan karena diculik atau melarikan diri, tapi
justru dibunuh. Hal ini dinyatakan oleh pendamping hukum P2TP2A, Siti Sapurah tanpa
mencurigai siapa pun termasuk ibu angkatnya.
Hal tersebut didasari minimnya indikasi yang mereka temukan bahwa Engeline hilang di
sekitar rumah atau diambil seseorang. Sehingga mereka menduga bahwa Engeline dihilangkan,
dikubur atau dibunuh. Apalagi saat polisi melakukan pemeriksaan Margriet tidak koperatif dan
ada ruang di rumah Margriet yang tidak boleh dimasuki orang lain kecuali orang terdekatnya dia.
Ditambah lagi karena mantan pembantu Margriet, yaitu Agus Tay Hamba May, pernah
mengatakan bahwa satu hari sebelum dilaporkan hilang, hidung Engeline berdarah karena
dipukul ibunya.
Pencarian Engeline terhenti setelah ia ditemukan dalam keadaan tewas terkubur di
halaman belakang rumahnya pada hari Rabu, 10 Juni 2015. Jasadnya dalam kondisi membusuk di
bawah pohon pisang, ditutup sampah, terkubur bersama bonekanya. Otopsi segera dilakukan di
Instalasi Forensik di RSUP Sanglah pimpinan dr Ida Bagus Putu Alit, DMF, SpF. Dari hasil otopsi,
Engeline diketahui meninggal sejak tiga minggu sebelumnya. Di tubuh jenazah ditemukan luka-
luka kekerasan berupa memar pada wajah, leher, serta anggota gerak atas dan bawah. Di punggung
kanan jenazah ditemukan luka sundutan rokok. Selain itu, ditemukan juga luka lilitan dari tali
plastik sebanyak empat lilitan. Sebab kematiannya dipastikan karena kekerasan benda tumpul pada
wajah dan kepala yang mengakibatkan pendarahan pada otak. Jasad Engeline kemudian
dimkamkan Dusun Wadung Pal, Desa Telungrejo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.
C. HUKUM YANG MENJERAT

1. Pasal 76 B
“setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam
situasi perlakuan salah dan penelantaran”
2. Pasal 77 B
“Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 B dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000
(seratus juta rupiah),”
3. Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana)
“Barangsiapa sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam,
karena pembunuhan dengan rencana (moord) dengan pidana matiatau pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu paling lama 20 tahun.”
4. Pasal 88 undang undang No.35
Tentang perlindungan anak dengan dipidana penjara paling lama 10 tahun dan atau denda paling
banyak Rp 200.000.000,00
D. KESIMPULAN

Engeline adalah anak berusia 8 tahun yang ditemukan tewas di kandang ayam
dengan keadaan leher yang terdapat bekas lilitan tali, tubuh yang meringkuk memeluk
boneka, sekujur badan dipenuhi lebam, terdapat sundutan rokok di beberapa bagian
tubuhnya. Engeline dibunuh oleh ibu angkatnya yang bernama Margariet Megawe dengan
motif ingin menguasai harta Engeline karna Engeline di jadikan ahli waris oleh ayah
angkatnya yang tak lain adalah suami dari Margariet, Douglas Scarborough. Margriet
dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan denda Rp 1.000.000.000,00 (satu miliyar
rupiah).

Anda mungkin juga menyukai