Anda di halaman 1dari 9

KEGIATAN STUDI BUDAYA DI DESA AYUMOLINGO

DRAFT JURNAL

OLEH

Anggriyanti Amune

111421046

3D

WAWASAN BUDAYA

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
ABSTRAK

Pelaksanaan kegiatan di desa ayumolingo diperuntukkan untuk masyarakat desa ayumolingo


dengan siswa SD Negeri 24 Pulubala dan SMP Negeri 7 Satap Pulubala. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan yakni di rumah dan di sekolah
SD dan SMP yang berada di desa ayumolingo. Di kegiatan ini kami mengadakan kegiatan
home to home untuk menggali informasi kebudayaan, tradisi dan teknologi yang ada di desa
ayumolingo. Ada juga kegiatan layanan informasi kepada siswa-siswa SD dan SMP
memberikan materi tentang bullying. Dalam layanan informasi ini terdiri dari 52 orang siswa
yang ikut hadir dalam menerima Bullying. Pada pemberian materi pertama yaitu tentang
pengertian Bullying yang di bawakan oleh salah satu teman kami yang sudah di utus oleh
koordinator kelompok, dan di lanjutkan oleh Bapak Jumadi Mori Salam Tuasikal hingga pada
materi terakhir. Tidak hanya kegiatan itu, kami juga mengadakan kegiatan outbound, kami
kelompok Outbound melakukan beberapa ice breaking dan games kepada anak-anak yang
hadir pada kegiatan study budaya yang di adakan di desa ayumolingo. Di ice breaking
pertama kita memperagakan gerakan teko kecil sambil bernyanyi, gerakan yang di lakukan
mengikuti setiap lirik yang dinyanyikan. Setelah melakukan ice breaking kita mengadakan
game. Game yang kami adakan ada 3 game dimana game pertama itu “Balon Dangdut”,
Game ke 2 ada game “Ekor Naga”, Dan game terakhir yang kita lakukan adalah “Oper
Sarung”.

Kata kunci: Wawasan budaya di desa yumolingo


I. PENDAHULUAN
Manusia dan kebudayaan tak terpisahkan, secara bersama-sama menyusun kehidupan.
Manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya, menjadi masyarakat.
Masyarakat manusia melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan mengembangkan
kebudayaan: tak ada manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan
tanpa manusia; tak ada masyarakat tanpa kebudayaan, tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat. Di antara mahluk- 2 mahluk ciptaan Al-Khaliq, hanya masyarakat
manusia yang meniru-niru Sang Pencipta Agung merekayasa kebudayaan.
Kebudayaan adalah reka-cipta manusia dalam masyarakatnya. Kesadaran manusia
terhadap pengalamannya mendorongnya menyusun rumusan, batasan, definisi, dan
teori tentang kegiatan-kegiatan hidupnya yang kemudian disebut kebudayaan, ke
dalam konsepsi tentang kebudayaan. Kesadaran demikian bermula dari karunia akal,
perasaan dan naluri kemanusiaannya, yang tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti
hewan atau binatang. (Kistanto:2017).
II. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan yakni di
rumah dan di sekolah SD dan SMP yang berada di desa ayumolingo.
III. PEMBAHASAN DAN HASIL
Dalam memudahkan pemahaman dan pembacaan, hasil temuan penelitian
dideskripsikan terlebih dahulu, dilanjutkan bagian pembahasan.
1. Home to home
Apakah di desa Ayumolingo ini mnganut agama islam semua? Ya, didesa ini
menganut agama islam semua dan mayoritas suku didesa ini adalah suku
Gorontalo dan jawa, lalu apakah di desa ini dalam segi mata pencaharian sebagai
petani? Ya, di desa ini semua warganya bermata pencaharian sebagai petani dan
ada ibu-ibu di desa ini bekerja sebagai ibu rumah tangga, selanjutnya alat yang
digunakan untuk mengolah lahan pertanian yaitu alat pajeko atau alat bajak
teradisional yang masih menggunakan tenaga bantu dari hewan ternak seperti sapi
atau kerbau. Dan apakah warga didesa ini masih ada yang menggunakan tungku
asap saat memasak? atau sudah beralih ke kompor gas semua? Sebagaian kecil
warga didesa masih menggunakan tungku dalam mengolah makanan sehari-hari
namun sebagaian besar warga didesa ayumolingo menggunakan kompor gas
dalam mengolah makanan aka tetapi bahan bakar berbentuk gas di desa tersebut
masih sangat langka dan lumayan mahal. Di desa ayumolingo juga terdapat karang
taruna yang cukup aktif dalam kegiatan desa dan juga ada kelompok ibu-ibu PKK
yang aktif dan ikut serta dalam mengembangkan desa tersebut.
Untuk sistem bahasa keseharian disini, para masyarakat atau bapak/ibu sendiri
apakah sering menggunakan bahasa gorontalo atau masih ada beberapa bahasa
campuran? Untuk Bahasa yang digunakan di desa ini sebagaian besar adalah
Bahasa Indonesia tetapi untuk keseharian warga di desa ini menggunakan Bahasa
jawa dan Gorontalo karena mayoritas di desa ini adalah masyarakat jawa dan
Gorontalo, lalu apakah di desa ini para masyarakatnya masih mempercayai
tentang hal mistis? Iya, masyarakat di desa ini masih mempercayai hal tersebut.
Lalu bagaimana jika ada masyarakat desa yang sakit, apakah masih menggunakan
pengobatan teradisional ataukah menggunakan pengobatan dokter? Kalau sakit
yang dideritanya masih bisa disebuhkan dengan pengobatan tradisional maka
warga di desa ini menggunakan pengobatan tradisional, karena jarak tembuh dari
desa ke puskesmas terdekat lumayan jauh dan memakan banyak waktu namun jika
sakit yang diderita cukup lumayan parah warga di desa tersebut akan dilarikan
kerumah sakit yang ada dikota terdekat untuk menjalankan pengobatan.
Jika ada acara pernikahan didesa ayumolingo apakah warga di desa tersebut
biasa menggunakan adat tradisional? Ya, warga didesa ini biasanya menggunakan
adat Gorontalo sebagai adat pernikahannya bagi masyarakat Gorontalo dan
sebaliknya jika ada acara pernikahan bagi masyarakat jawa maka mereka akan
menggunakan adat dari suku jawa.
Dalam kegiatan HOME TO HOME ini kami menggali kebudayaan, tradisi dan
teknologi yang ada di desa ayumolingo, selain menggali informasi kami juga
memberikan beberapa sembako kepada warga desa yang kami wawancarai atau
yang kami dapatkan informasi.
2. Layanan informasi
Pada pemberian layanan informasi di sekolah SD Negeri 24 Pulubala dan SMP 7
Satap Pulubala, kami memberikan materi tentang Bullying dan Ice breaking
kepaada anak-anak yang hadir pada kegiatan studi budaya yang di adakan di Desa
Ayumulingo. Dalam layanan informasi ini terdiri dari 52 orang siswa yang ikut
hadir dalam menerima Bullying. Pada pemberian materi pertama yaitu tentang
pengertian Bullying yang di bawakan oleh salah satu teman kami yang sudah di
utus oleh koordinator kelompok, dan di lanjutkan oleh Bapak Jumadi Mori Salam
Tuasikal hingga pada materi terakhir. Bukan hanya sekedar materi saja tetapi pada
layanan informasi ini di berikan juga gambaran dalam bentuk poster agar
memperjelas tentang materi yang kami bawakan. Setelah pemberian materi, tidak
lengkap jika tidak di sertai dengan pertanyaan maka dari itu moderator dari
kelompok layanan informasi membuka pertanyaan kepada peserta didik yang
hadir pada saat itu. Ada salah satu siswa yang bernama Alun bertanya kepada
pemateri “Apa yang harus kita lakukan jika ada yang membully kita dan
bagamana cara menghindarinya”, kemudian di jawab oleh salah satu teman kami
yaitu jawabannya “jika ada yang membully kita, jangan di biarkan begitu saja, kita
bisa membalasnya agar tidak di remehkan, tapi dalam catatan tidak semua
kekerasan di balas dengan kekerasan. Sedikit tambahan jawaban jika ada yang
membully kita, kita harus lebih terbuka, tidak menyendiri dan pebanyak pergaulan
pada pertemanan. Kemudian setelah pemberian materi ada kesimpulan dari
narasumber. Sebelum menutup layanan yang kami berikan, kami mengadakan ice
breaking sebagai penutup.
3. Outbond
Pada kegiatan Outbound disekolah SD Negeri 24 Pulubala dan SMP Negeri 7
Satap Pulubala, kami kelompok Outbound melakukan beberapa ice breaking dan
games kepada anak-anak yang hadir pada kegiatan study budaya yang di adakan di
desa ayumolingo. kegiatan outbound yang dilaksanakan terdiri dari 30 anggota
yang bertanggung jawab sebagai instruktur dan sekitaran 50 siswa yang hadir
terdari dari siswa SD dan SMP mengikuti kegiatan outbound. Kelompok outbound
yang terdiri dari 30 orang instruktur menyusahkan kami dalam pelaksanaan
outbound sehingganya kami sepakat untuk membagi tugas dari 30 instruktur tadi.
Maka, ada yang menjadi instruktur utama, instruktur ice breaking, instruktur
games, lalu ada anggota yang bertanggung jawab dalam dokumentasi, pembagian
hadiah, dan anggota yang mempersiapkan segala kebutuhan outbound. Setelah itu
kami segera mengarahkan siswa-siswa yang telah hadir untuk segera ke lapangan
dan memulai kegiatan outbound. Hal pertama yang di lakukan adalah menyapa
para siswa lalu perkenalan dan masuk pada tahap ice breaking. Pada tahap ini
kami menggunakan ice breaking “teko kecil” dan “mata-mata”, di ice breaking
pertama kita memperagakan gerakan teko kecil sambil bernyanyi, gerakan yang di
lakukan mengikuti setiap lirik yang dinyanyikan, dan seiring kita menyanyi,
tempo dari lagu tersebut dipercepat, dengan lirik lagu seperti dibawah ini:
“Aku teko kecil yang mungil”
Ini gagangku, dan ini corongku
Bila aku mendidih
“Aku menjerit…aw.. aku menjerit…aw.. aku menjerit.”
Dengan ice breaking ini kami melihat betapa antusiasnya anak-anak mengikuti
gerakan tersebut, kami juga menguji keberanian anak-anak untuk berani maju ke
depan, serta memperagakan gerakan tersebut. Nah ada 2 anak perwakilan dari SD
dan SMP yang siap maju untuk memperagakannya, walaupun masi ada rasa malu-
malu tapi mereka sudah berani tampil di depan umum, kami mengapresiasi
mereka dan menjanjikan untuk memberi hadiah diakhir kegiatan nanti.
Untuk ice breaking selanjunya adalah menyanyikan “Mata-mata” dengan
ekspresi wajah yang garang dengan melototkan mata, menurut kami ini
merupakan ice breaking yang sangat unik karena kita mengambil dari trend tik-
tok, agar bisa lebih menarik perhatian dari anak-anak, seperti yang kita harapkan,
respond dari anak-anak sangat antusias dengan memperagakan serta menyanyikan
lirik dari “Mata-Mata” dengan wajah yang garang seperti seorang militer. Selain
itu agar lebih seru kami membagi peserta menjadi 2 tim yang terdiri dari 4 anak,
untuk dilombakan tim siapa yang lebih kompak, serta tim yang paling mendalami
ekspresi dari trend tersebut. Untuk pemenang kami juga memberikan hadiah di
akhir kegiatan nanti.
Untuk ice breaking dilakukan di luar ruangan, namun pada saat masuk game
dipindahkan di dalam ruangan karena kondisi cuaca pada saat itu kurang
mendukung, hujan deras yang membuat kami terpaksa untuk pindah ke dalam
ruangan, walaupun outbound lebih bagus dilakukan di luar ruang karena lebih
dekat dengan alam serta kita dapat leluasa untuk mendalami permainan.
Setelah dalam ruangan kami mengadakan game, melihat respond dari setiap
siswa mereka masih saja bersemangat mengikuti outbound, padahal kami takut
mereka merasa bosan karena sejak pagi tadi mengikuti kegiatan project budaya
yang kami adakan, mulai dari layanan informasi dimana mereka mempelajari
tentang bahayanya buli, serta bagaimana menghindari pembulian, kami takut
mereka merasa bosan serta merasa malas untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya
yaitu outbound, ditambah lagi game tersebut dilakukan di dalam ruangan, dimana
pasti orang berfikir ini sangat membosannkan, namun melihat wajah dari anak-
anak yang sangat antusias serta bersemangat menunggu permainan dimulai, kami
berusaha membuat suasana permainan dengan seseru mungkin agar tidak
menimbulkan suasana yang monoton atau membosankan bagi siswa.
Game yang kami adakan ada 3 game dimana game pertama itu “Balon
Dangdut”dimana kami membagi peserta menjadi 2 tim untuk saling berlawanan,
setiap tim terdiri dari 2 orang, untuk game ini kami membutuhkan 2 buah balon,
dan balon tersebut di letakan diantara jidat 2 orang yang menjadi tim, begitu juga
yang dilakukan oleh tim lawan, nantinya mereka berlomba sampai ke finis untuk
memenangkan game ini, namun game ini bukan sekedar siapa yang cepat sampai
ke finis melainkan kita membutuhkan konsentrasi dari peserta karena ditegah
mereka berjalan akan diputar lagu dangdut dan wajibkan untuk bergoyang sehebo
mungkin, secara tiba-tiba musik akan berhenti dan peserta harus fokus kembali
untuk melanjutkan misi mereka sampai finis, begitu juga sebaliknya musik akan
tiba-tiba diputar dan tim wajib bergoyang kembali, tanpa harus menjatuhkan
balon, karena jika balonnya jatuh maka dinyatakan gugur. Nah untuk game ini
dimenagkan oleh tim B dimana 2 orang tersebut seorang anak perempuan, kami
akan memberikan hadiah mereka di akhir kegiatan.
Game ke 2 ada game “Ekor Naga” untuk melakukan game seru yang satu ini,
kita membagi siswa menjadi dua kelompok yang terdiri dari 6 orang terlebih
dahulu. Nantinya, kedua kelompok harus membentuk barisan yang panjang dan
saling menyambung satu sama lain. Hadapkan kelompok satu dan kelompok dua.
Peserta paling depan bertindak sebagai kepala naga dan memegang jarum untuk
memecahkan balon, dan peserta paling belakang sebagai ekor naga dimana ada
balon terikat dipinggangnnya yang menjadi sasaran musuh. Kepala naga harus
memecahkan balon dari ekor naga kelompok lain dan begitupun sebaliknya. Ekor
naga harus menghindar dari kepala naga yang mengintainya. Saat instruktur
memulai permainan, maka peserta harus bergerak secepat mungkin untuk
menjalankan misinya. Dari game ini kita bisa melihat anak-anak sangat senang
serta tegang sekaligus karena takut kubunya akan kalah, dan ada juga teman-
teman lain memberi semangat kubu yang mereka dukung, setiap tim mempunyai
cara sendiri agar pertahanan mereka bisa kuat, namun salah satu kelompok kalah
karena pegangan tangan teman setim yang dibelakang kepala naga terlepas maka
mereka dinyatakan gugur, padahal pertahanan antara 2 kubu sama-sama kuat,
namun hal ini tidak membuat mereka berkecil hati, karena kita sudah
menyediakan juga hadiah untuk mereka yang kalah karena suatu bentuk apresiasi
kami kepada mereka yang sudah semangat ikut meramaikan kegiatan kami, kita
sudah mengingatkan kalah atau menang itu sudah biasa, yang penting kita sudah
berusaha, serta saling kompak sesama tim, dan sudah merasakan kebersamaan
dengan orang-orang baru. Keakraban sesama teman yang harus diutamakan
selama outbound berlangsung, kami bersyukur anak-anak selama game
berlangsung sangat mengikuti alur dari game bahkan suasananya sangat terlihat
hangat karena interaksi antara kami dan anak-anak sangat leluasa dan tidak terlihat
datar karena tidak ada kecangguangan antara kami dan mereka.
Dan game terakhir yang kita lakukan adalah “Oper Sarung” game ini dilakukan
oleh beberapa siswa yang saling berjajar dan mengoper sarung dengan cara tidak
memegang sarung dari siwa yang paling depan ke belakang. Permainan ini melatih
berbagai keakraban para siswa, sangat terlihat antusias para siswa dalam
melkasanakan games-games tersebut, tak lupa pula diakhir acara kami
memberitahukan pesan moral yang terkandung di dalam ice breaking dan juga
games-games tersebut serta pemberian hadiah kepada siswa yang berani tampil
didepan dan juga bagi siswa yang memenangkan kompetisi dari berbagai game
tersebut.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan kegiatan study budaya yang kami
laksanakan di desa ayumolingo berjalan dengan lancar. Kegiatan yang kami lakukan
pertama home to home dengan kegiatan ini kita dapat mengetahui kebudayaan yang
ada di desa ayumolingo, kegiatan ke dua yaitu layanan informasi. Kegiatan tersebut
memberikan gambaran tentang bullying bahwa tingkah laku itu tidak bisa di biarkan
berlaku di sekolah khusunya pada siswa SD Negeri 24 Pulubala dan siswa SMP
Negeri 7 Satap Pulubala, dan adanya kegiatan terakhir yaitu kegiatan outbound
memperlihatkan keaktifan dan juga keberanian siswa di sekolah SD Negeri 24
Pulobala dan SMP Negeri 7 Satap Pulubala terutama siswa SMP yang sangat terlihat
antusias untuk mengikuti kegitan walaupun siswa SD juga tidak kalah menarik. Dari
pemberian kegiatan outbound kami mendapatkan hasil bahwa siswa-siswa yang ada di
Sekolah tersebut mempunyai kemampuan dan keberanian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Kistanto, N. H. (2017). Tentang konsep kebudayaan. Jurnal kajian kebudayaan, Vol.10,


No.2, Hal. 1-2.

Anda mungkin juga menyukai