Pelaksanaan kegiatan di desa ayumolingo diperuntukkan untuk masyarakat desa ayumolingo
dengan siswa SD Negeri 24 Pulubala dan SMP Negeri 7 Satap Pulubala. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan yakni di rumah dan di sekolah SD dan SMP yang berada di desa ayumolingo. Di kegiatan ini kami mengadakan kegiatan home to home untuk menggali informasi kebudayaan, tradisi dan teknologi yang ada di desa ayumolingo. Ada juga kegiatan layanan informasi kepada siswa-siswa SD dan SMP memberikan materi tentang bullying. Dalam layanan informasi ini terdiri dari 52 orang siswa yang ikut hadir dalam menerima Bullying. Pada pemberian materi pertama yaitu tentang pengertian Bullying yang di bawakan oleh salah satu teman kami yang sudah di utus oleh koordinator kelompok, dan di lanjutkan oleh Bapak Jumadi Mori Salam Tuasikal hingga pada materi terakhir. Tidak hanya kegiatan itu, kami juga mengadakan kegiatan outbound, kami kelompok Outbound melakukan beberapa ice breaking dan games kepada anak-anak yang hadir pada kegiatan study budaya yang di adakan di desa ayumolingo. Di ice breaking pertama kita memperagakan gerakan teko kecil sambil bernyanyi, gerakan yang di lakukan mengikuti setiap lirik yang dinyanyikan. Setelah melakukan ice breaking kita mengadakan game. Game yang kami adakan ada 3 game dimana game pertama itu “Balon Dangdut”, Game ke 2 ada game “Ekor Naga”, Dan game terakhir yang kita lakukan adalah “Oper Sarung”.
Kata kunci: Wawasan budaya di desa yumolingo
I. PENDAHULUAN Manusia dan kebudayaan tak terpisahkan, secara bersama-sama menyusun kehidupan. Manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya, menjadi masyarakat. Masyarakat manusia melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan mengembangkan kebudayaan: tak ada manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa manusia; tak ada masyarakat tanpa kebudayaan, tak ada kebudayaan tanpa masyarakat. Di antara mahluk- 2 mahluk ciptaan Al-Khaliq, hanya masyarakat manusia yang meniru-niru Sang Pencipta Agung merekayasa kebudayaan. Kebudayaan adalah reka-cipta manusia dalam masyarakatnya. Kesadaran manusia terhadap pengalamannya mendorongnya menyusun rumusan, batasan, definisi, dan teori tentang kegiatan-kegiatan hidupnya yang kemudian disebut kebudayaan, ke dalam konsepsi tentang kebudayaan. Kesadaran demikian bermula dari karunia akal, perasaan dan naluri kemanusiaannya, yang tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti hewan atau binatang. (Kistanto:2017). II. METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan yakni di rumah dan di sekolah SD dan SMP yang berada di desa ayumolingo. III. PEMBAHASAN DAN HASIL Dalam memudahkan pemahaman dan pembacaan, hasil temuan penelitian dideskripsikan terlebih dahulu, dilanjutkan bagian pembahasan. 1. Home to home Apakah di desa Ayumolingo ini mnganut agama islam semua? Ya, didesa ini menganut agama islam semua dan mayoritas suku didesa ini adalah suku Gorontalo dan jawa, lalu apakah di desa ini dalam segi mata pencaharian sebagai petani? Ya, di desa ini semua warganya bermata pencaharian sebagai petani dan ada ibu-ibu di desa ini bekerja sebagai ibu rumah tangga, selanjutnya alat yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian yaitu alat pajeko atau alat bajak teradisional yang masih menggunakan tenaga bantu dari hewan ternak seperti sapi atau kerbau. Dan apakah warga didesa ini masih ada yang menggunakan tungku asap saat memasak? atau sudah beralih ke kompor gas semua? Sebagaian kecil warga didesa masih menggunakan tungku dalam mengolah makanan sehari-hari namun sebagaian besar warga didesa ayumolingo menggunakan kompor gas dalam mengolah makanan aka tetapi bahan bakar berbentuk gas di desa tersebut masih sangat langka dan lumayan mahal. Di desa ayumolingo juga terdapat karang taruna yang cukup aktif dalam kegiatan desa dan juga ada kelompok ibu-ibu PKK yang aktif dan ikut serta dalam mengembangkan desa tersebut. Untuk sistem bahasa keseharian disini, para masyarakat atau bapak/ibu sendiri apakah sering menggunakan bahasa gorontalo atau masih ada beberapa bahasa campuran? Untuk Bahasa yang digunakan di desa ini sebagaian besar adalah Bahasa Indonesia tetapi untuk keseharian warga di desa ini menggunakan Bahasa jawa dan Gorontalo karena mayoritas di desa ini adalah masyarakat jawa dan Gorontalo, lalu apakah di desa ini para masyarakatnya masih mempercayai tentang hal mistis? Iya, masyarakat di desa ini masih mempercayai hal tersebut. Lalu bagaimana jika ada masyarakat desa yang sakit, apakah masih menggunakan pengobatan teradisional ataukah menggunakan pengobatan dokter? Kalau sakit yang dideritanya masih bisa disebuhkan dengan pengobatan tradisional maka warga di desa ini menggunakan pengobatan tradisional, karena jarak tembuh dari desa ke puskesmas terdekat lumayan jauh dan memakan banyak waktu namun jika sakit yang diderita cukup lumayan parah warga di desa tersebut akan dilarikan kerumah sakit yang ada dikota terdekat untuk menjalankan pengobatan. Jika ada acara pernikahan didesa ayumolingo apakah warga di desa tersebut biasa menggunakan adat tradisional? Ya, warga didesa ini biasanya menggunakan adat Gorontalo sebagai adat pernikahannya bagi masyarakat Gorontalo dan sebaliknya jika ada acara pernikahan bagi masyarakat jawa maka mereka akan menggunakan adat dari suku jawa. Dalam kegiatan HOME TO HOME ini kami menggali kebudayaan, tradisi dan teknologi yang ada di desa ayumolingo, selain menggali informasi kami juga memberikan beberapa sembako kepada warga desa yang kami wawancarai atau yang kami dapatkan informasi. 2. Layanan informasi Pada pemberian layanan informasi di sekolah SD Negeri 24 Pulubala dan SMP 7 Satap Pulubala, kami memberikan materi tentang Bullying dan Ice breaking kepaada anak-anak yang hadir pada kegiatan studi budaya yang di adakan di Desa Ayumulingo. Dalam layanan informasi ini terdiri dari 52 orang siswa yang ikut hadir dalam menerima Bullying. Pada pemberian materi pertama yaitu tentang pengertian Bullying yang di bawakan oleh salah satu teman kami yang sudah di utus oleh koordinator kelompok, dan di lanjutkan oleh Bapak Jumadi Mori Salam Tuasikal hingga pada materi terakhir. Bukan hanya sekedar materi saja tetapi pada layanan informasi ini di berikan juga gambaran dalam bentuk poster agar memperjelas tentang materi yang kami bawakan. Setelah pemberian materi, tidak lengkap jika tidak di sertai dengan pertanyaan maka dari itu moderator dari kelompok layanan informasi membuka pertanyaan kepada peserta didik yang hadir pada saat itu. Ada salah satu siswa yang bernama Alun bertanya kepada pemateri “Apa yang harus kita lakukan jika ada yang membully kita dan bagamana cara menghindarinya”, kemudian di jawab oleh salah satu teman kami yaitu jawabannya “jika ada yang membully kita, jangan di biarkan begitu saja, kita bisa membalasnya agar tidak di remehkan, tapi dalam catatan tidak semua kekerasan di balas dengan kekerasan. Sedikit tambahan jawaban jika ada yang membully kita, kita harus lebih terbuka, tidak menyendiri dan pebanyak pergaulan pada pertemanan. Kemudian setelah pemberian materi ada kesimpulan dari narasumber. Sebelum menutup layanan yang kami berikan, kami mengadakan ice breaking sebagai penutup. 3. Outbond Pada kegiatan Outbound disekolah SD Negeri 24 Pulubala dan SMP Negeri 7 Satap Pulubala, kami kelompok Outbound melakukan beberapa ice breaking dan games kepada anak-anak yang hadir pada kegiatan study budaya yang di adakan di desa ayumolingo. kegiatan outbound yang dilaksanakan terdiri dari 30 anggota yang bertanggung jawab sebagai instruktur dan sekitaran 50 siswa yang hadir terdari dari siswa SD dan SMP mengikuti kegiatan outbound. Kelompok outbound yang terdiri dari 30 orang instruktur menyusahkan kami dalam pelaksanaan outbound sehingganya kami sepakat untuk membagi tugas dari 30 instruktur tadi. Maka, ada yang menjadi instruktur utama, instruktur ice breaking, instruktur games, lalu ada anggota yang bertanggung jawab dalam dokumentasi, pembagian hadiah, dan anggota yang mempersiapkan segala kebutuhan outbound. Setelah itu kami segera mengarahkan siswa-siswa yang telah hadir untuk segera ke lapangan dan memulai kegiatan outbound. Hal pertama yang di lakukan adalah menyapa para siswa lalu perkenalan dan masuk pada tahap ice breaking. Pada tahap ini kami menggunakan ice breaking “teko kecil” dan “mata-mata”, di ice breaking pertama kita memperagakan gerakan teko kecil sambil bernyanyi, gerakan yang di lakukan mengikuti setiap lirik yang dinyanyikan, dan seiring kita menyanyi, tempo dari lagu tersebut dipercepat, dengan lirik lagu seperti dibawah ini: “Aku teko kecil yang mungil” Ini gagangku, dan ini corongku Bila aku mendidih “Aku menjerit…aw.. aku menjerit…aw.. aku menjerit.” Dengan ice breaking ini kami melihat betapa antusiasnya anak-anak mengikuti gerakan tersebut, kami juga menguji keberanian anak-anak untuk berani maju ke depan, serta memperagakan gerakan tersebut. Nah ada 2 anak perwakilan dari SD dan SMP yang siap maju untuk memperagakannya, walaupun masi ada rasa malu- malu tapi mereka sudah berani tampil di depan umum, kami mengapresiasi mereka dan menjanjikan untuk memberi hadiah diakhir kegiatan nanti. Untuk ice breaking selanjunya adalah menyanyikan “Mata-mata” dengan ekspresi wajah yang garang dengan melototkan mata, menurut kami ini merupakan ice breaking yang sangat unik karena kita mengambil dari trend tik- tok, agar bisa lebih menarik perhatian dari anak-anak, seperti yang kita harapkan, respond dari anak-anak sangat antusias dengan memperagakan serta menyanyikan lirik dari “Mata-Mata” dengan wajah yang garang seperti seorang militer. Selain itu agar lebih seru kami membagi peserta menjadi 2 tim yang terdiri dari 4 anak, untuk dilombakan tim siapa yang lebih kompak, serta tim yang paling mendalami ekspresi dari trend tersebut. Untuk pemenang kami juga memberikan hadiah di akhir kegiatan nanti. Untuk ice breaking dilakukan di luar ruangan, namun pada saat masuk game dipindahkan di dalam ruangan karena kondisi cuaca pada saat itu kurang mendukung, hujan deras yang membuat kami terpaksa untuk pindah ke dalam ruangan, walaupun outbound lebih bagus dilakukan di luar ruang karena lebih dekat dengan alam serta kita dapat leluasa untuk mendalami permainan. Setelah dalam ruangan kami mengadakan game, melihat respond dari setiap siswa mereka masih saja bersemangat mengikuti outbound, padahal kami takut mereka merasa bosan karena sejak pagi tadi mengikuti kegiatan project budaya yang kami adakan, mulai dari layanan informasi dimana mereka mempelajari tentang bahayanya buli, serta bagaimana menghindari pembulian, kami takut mereka merasa bosan serta merasa malas untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu outbound, ditambah lagi game tersebut dilakukan di dalam ruangan, dimana pasti orang berfikir ini sangat membosannkan, namun melihat wajah dari anak- anak yang sangat antusias serta bersemangat menunggu permainan dimulai, kami berusaha membuat suasana permainan dengan seseru mungkin agar tidak menimbulkan suasana yang monoton atau membosankan bagi siswa. Game yang kami adakan ada 3 game dimana game pertama itu “Balon Dangdut”dimana kami membagi peserta menjadi 2 tim untuk saling berlawanan, setiap tim terdiri dari 2 orang, untuk game ini kami membutuhkan 2 buah balon, dan balon tersebut di letakan diantara jidat 2 orang yang menjadi tim, begitu juga yang dilakukan oleh tim lawan, nantinya mereka berlomba sampai ke finis untuk memenangkan game ini, namun game ini bukan sekedar siapa yang cepat sampai ke finis melainkan kita membutuhkan konsentrasi dari peserta karena ditegah mereka berjalan akan diputar lagu dangdut dan wajibkan untuk bergoyang sehebo mungkin, secara tiba-tiba musik akan berhenti dan peserta harus fokus kembali untuk melanjutkan misi mereka sampai finis, begitu juga sebaliknya musik akan tiba-tiba diputar dan tim wajib bergoyang kembali, tanpa harus menjatuhkan balon, karena jika balonnya jatuh maka dinyatakan gugur. Nah untuk game ini dimenagkan oleh tim B dimana 2 orang tersebut seorang anak perempuan, kami akan memberikan hadiah mereka di akhir kegiatan. Game ke 2 ada game “Ekor Naga” untuk melakukan game seru yang satu ini, kita membagi siswa menjadi dua kelompok yang terdiri dari 6 orang terlebih dahulu. Nantinya, kedua kelompok harus membentuk barisan yang panjang dan saling menyambung satu sama lain. Hadapkan kelompok satu dan kelompok dua. Peserta paling depan bertindak sebagai kepala naga dan memegang jarum untuk memecahkan balon, dan peserta paling belakang sebagai ekor naga dimana ada balon terikat dipinggangnnya yang menjadi sasaran musuh. Kepala naga harus memecahkan balon dari ekor naga kelompok lain dan begitupun sebaliknya. Ekor naga harus menghindar dari kepala naga yang mengintainya. Saat instruktur memulai permainan, maka peserta harus bergerak secepat mungkin untuk menjalankan misinya. Dari game ini kita bisa melihat anak-anak sangat senang serta tegang sekaligus karena takut kubunya akan kalah, dan ada juga teman- teman lain memberi semangat kubu yang mereka dukung, setiap tim mempunyai cara sendiri agar pertahanan mereka bisa kuat, namun salah satu kelompok kalah karena pegangan tangan teman setim yang dibelakang kepala naga terlepas maka mereka dinyatakan gugur, padahal pertahanan antara 2 kubu sama-sama kuat, namun hal ini tidak membuat mereka berkecil hati, karena kita sudah menyediakan juga hadiah untuk mereka yang kalah karena suatu bentuk apresiasi kami kepada mereka yang sudah semangat ikut meramaikan kegiatan kami, kita sudah mengingatkan kalah atau menang itu sudah biasa, yang penting kita sudah berusaha, serta saling kompak sesama tim, dan sudah merasakan kebersamaan dengan orang-orang baru. Keakraban sesama teman yang harus diutamakan selama outbound berlangsung, kami bersyukur anak-anak selama game berlangsung sangat mengikuti alur dari game bahkan suasananya sangat terlihat hangat karena interaksi antara kami dan anak-anak sangat leluasa dan tidak terlihat datar karena tidak ada kecangguangan antara kami dan mereka. Dan game terakhir yang kita lakukan adalah “Oper Sarung” game ini dilakukan oleh beberapa siswa yang saling berjajar dan mengoper sarung dengan cara tidak memegang sarung dari siwa yang paling depan ke belakang. Permainan ini melatih berbagai keakraban para siswa, sangat terlihat antusias para siswa dalam melkasanakan games-games tersebut, tak lupa pula diakhir acara kami memberitahukan pesan moral yang terkandung di dalam ice breaking dan juga games-games tersebut serta pemberian hadiah kepada siswa yang berani tampil didepan dan juga bagi siswa yang memenangkan kompetisi dari berbagai game tersebut. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan kegiatan study budaya yang kami laksanakan di desa ayumolingo berjalan dengan lancar. Kegiatan yang kami lakukan pertama home to home dengan kegiatan ini kita dapat mengetahui kebudayaan yang ada di desa ayumolingo, kegiatan ke dua yaitu layanan informasi. Kegiatan tersebut memberikan gambaran tentang bullying bahwa tingkah laku itu tidak bisa di biarkan berlaku di sekolah khusunya pada siswa SD Negeri 24 Pulubala dan siswa SMP Negeri 7 Satap Pulubala, dan adanya kegiatan terakhir yaitu kegiatan outbound memperlihatkan keaktifan dan juga keberanian siswa di sekolah SD Negeri 24 Pulobala dan SMP Negeri 7 Satap Pulubala terutama siswa SMP yang sangat terlihat antusias untuk mengikuti kegitan walaupun siswa SD juga tidak kalah menarik. Dari pemberian kegiatan outbound kami mendapatkan hasil bahwa siswa-siswa yang ada di Sekolah tersebut mempunyai kemampuan dan keberanian yang baik. DAFTAR PUSTAKA
Kistanto, N. H. (2017). Tentang konsep kebudayaan. Jurnal kajian kebudayaan, Vol.10,