0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan7 halaman
Konseling perilaku berfokus pada mengubah perilaku manusia yang bermasalah melalui teknik-teknik seperti penguatan. Langkah-langkahnya meliputi penilaian masalah, penetapan tujuan, implementasi teknik, dan evaluasi. Teknik-tekniknya membantu meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku negatif.
Konseling perilaku berfokus pada mengubah perilaku manusia yang bermasalah melalui teknik-teknik seperti penguatan. Langkah-langkahnya meliputi penilaian masalah, penetapan tujuan, implementasi teknik, dan evaluasi. Teknik-tekniknya membantu meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku negatif.
Konseling perilaku berfokus pada mengubah perilaku manusia yang bermasalah melalui teknik-teknik seperti penguatan. Langkah-langkahnya meliputi penilaian masalah, penetapan tujuan, implementasi teknik, dan evaluasi. Teknik-tekniknya membantu meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku negatif.
Konsep-konsep Pokok Konselor Sejarah Munculnya Tingkah Laku langkah Teknik-teknik Dalam Teori Dan Tujuan Dalam Proses Konseling Behavior Menurut Konseling Konseling Konseling Behavior Konseling Behavior Konseling Behavior Behavior Behavior
Behavioral atau Konseling Bahwa dari segi Teknik ini adalah
Tingkah Konselor behaviorisme behavior berfokus perilaku, perilaku suatu pemberian laku yang membantu orang adalah satu pada perilaku bermasalah adalah bantuan yang bermasalah (konseli) belajar pandangan teoritis manusia yang perilaku yang diberikan kepada dalam atau mengubah yang beranggapan, dapat dipelajari disebabkan oleh konseli dengan konseling perilaku. bahwa persoalan dan dapat penyesuaian yang tujuan agar konseli behavior Konselor juga psikologi adalah dirubah. salah. Dengan kata mampu menerima adalah berperan tingkah laku, tanpa lain, jika perilaku perasaan dan tingkah laku membantu dalam mengaitkan tersebut tidak pikirannya, dan yang proses belajar konsepsi-konsepsi selalu memuaskan meningkatkan berlebih dan menciptakan mengenai orang yang kepercayaan diri, tingkah laku kondisi yang kesadaran dan bersangkutan, atau tidak takut dalam yang kurang. sedemikian rupa mentalisme. bahkan menghadapi dan sehingga klien membuatnya berperan dimasa dapat menubah bentrok dengan depan, tidak perilakunya serta lingkungan tergantung pada memecahkan sosialnya. orang lain, serta masalahnya. menyadari dirinya yang sebenarnya. I. Sejarah Munculnya Konseling Behavior. Pendekatan Behavioral muncul akibat adanya penolakan terhadap aliran strukturalisme berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya ditemukan terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin dipahami, maka munculah teori introspeksi. Pendekatan Behaviorisme tidak sependapat dengan teori yang dkembangkan oleh aliran struktualisme ini, karena menurut pendekatan behaviorist metode introspeksi tidak dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata. Pendekatan behaviorisme memandang bahwa poin penting dari pendekatan ini yaitu perlaku yang dimunculkan oleh seseorang. Pendekatan behaviorisme melihat segala bentuk masalah yang ada dalam diri seseorang berasal dari tingkah laku yang ada pada diri manusia tanpa mengaitkan terhadap konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalis. II. Konsep-konsep Pokok Teori dan Tujuan Konseling behavior. Menurut Pihasniwati, konsep utama dalam konseling behavior adalah keyakinan tentang martabat manusia yang bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis. Menurut Latipun, tujuan konseling behavior adalah menciptakan suatu kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku yang negatif dapat di hilangkan serta mengubah tingkah laku adaptif dengan cara memperkuat tingkah laku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta berusaha menemukan cara-cara bertingkah laku yang baru. III. Perkembangan Tingkah Laku Menurut Konseling behavior. Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang berlebihan seperti merokok terlalu banyak, main game dan sering memberi komentar dikelas. Adapun tingkah laku deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah laku excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling untuk menghilangkan/ mengurangi tingkah laku. Sedangkan tingkah laku deficit diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku. Tingkah laku manusia sendiri merupakan salah satu bentuk kepribadian manusia. Dan tingkah laku itu sendiri ditentukan oleh interaksi antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Atas dasar ini, teori perilaku percaya bahwa setiap orang berbeda karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda. Perilaku merupakan hasil interaksi dan pembelajaran antara manusia dengan lingkungan sekitar. IV. Langkah-langkah Konseling Behavior. 1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien ( untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya). Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar- benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi metode atau teknik nama yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah. 2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dank lien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan oleh klien : a. Apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan di inginkan klien b. Apakah tujuan itu realistik c. Kemungkinan manfaatnya d. Kemungkinan kerugiannya e. Konselor dan klien membuat keputusan apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal. 3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling. 4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling. 5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling. V. Teknik-teknik dalam Konseling Behavior. Menurut Lesmana membagi teknik terapi behavioristic dalam dua bagian, yaitu teknik- teknik tingkah laku umum dan teknik-teknik spesifik. Uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Teknik-teknik tingkah laku umum: a. Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Penguatan harus dilakukan terus-menerus sampai tingkah laku tersebut terbentuk dalam diri klien. Setelah terbentuk, frekuensi penguatan dapat dikurangi atau dilakukan pada saat-saat tertentu saja (tidak setiap kali perilaku baru dilakukan). Istilah ini sering disebut intermitmen. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tingkah laku baru yang telah terbentuk. Misalnya, klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus-menerus bila berhasil membaca. Tapi, setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi. b. Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi-bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit-unit kecil. c. Ekstingsi adalah teknik terap berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptive tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keutungan. Misalnya, seorang anak yang selalu menangis untuk mendapatkan yang diinginkannya. Konselor akan bertindak tidak memberi perhatian sehingga anak tersebut akan menggunakan cara yang sama lagi untuk mendapatkan keinginannya. 2. Teknik-teknik spesifik. Teknik-teknik spesifik ini meliputi : a. Desensitisasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respons yang tidak konsisten dengan kecemasan. Desensitisasi sistematik melibatkan teknik relaksasi dimana klien diminta untuk menggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik dimana klien tidak merasa cemas. Selama relaksasi, klien diminta untuk rileks secara fisik dan mental. Teknik ini cocok untuk menangani kasus fobia, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan secara umum, kecemasan neurotic, impotensi, dan frigiditas seksual. Selanjutnya, Wolpe menyimpulkan bahwa ada tiga penyebab teknik desensitisasi sistematik mengalami kegagalan, yaitu : a) Klien mengalami kesulitan dalam relaksasi yang disebabkankarena komunikasi konselor dank lien yang tidak efektif atau karena hambatan ekstrem yang dialami klien. b) Tingkatan yang menyesatkan atau tidak relevan, hal ini kemungkinan disebabkan karena penanganan tingkatan yang keliru. c) Klien tidak mampu membayangkan. b. Pelatihan asertivitas. Teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain. Pelatihan asertif biasanya digunakan untuk kriteria klien sebagai berikut : a) Menunjukkan kesopanan secara berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya b) Memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak” c) Mengalami kesulitan mengungkapkan afeksi dan respons positif lainnya. d) Merasa tidak memiliki hak untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri. Melalui teknik permainan peran, konselor akan memperlihatkan bagaimana kelemahan klien dalam situasi nyata. Kemudian klien akan diajarkan dan diberi penguatan untuk berani menegaskan diri di hadapan orang lain. c. Time-out. Merupakan teknik aversif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif. Time-out akan lebih efektif bila dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. d. Implosion dan flooding. Teknik Implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam secara berulang-ulang. Karena dilakukan terus-menerus sementara konsekuensi yang menakutkan tidak terjadi, maka diharapkan kecemasan klien akan tereduksi atau terhapus. VI. Peranan Konselor Dalam Proses Koseling Behavior. Peranan konselor dalam proses konseling yaitu membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif, Mengajarkan individu untuk mengoreksi kesalahan berpikir untuk mereduksi emosi yang tidak diharapkan, Membantu individu untuk mengubah kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri. DAFTAR PUSTAKA Setiawan, M. A. (2018). Pendekatan-pendekatan Konseling Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Deepublish. Pihasniwati. (2008). Psikologi konseling. Yogyakarta: Teras. Latipun. (2008). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Isnawati, R. (2020). Cara Kreatif dalam Proses Belajar (Konsentrasi belajar padaa anak gejala gangguan pemusatan perhatian (ADD). Surabaya: CV.Jakad Media Publishing. Rahmi, S. (2021). Bimbingan dan Konseling Di Taman Kanak-kanak. Aceh, Darussalam: Syiah Kuala University Press.