Disusun Oleh:
1. Fitriana Anggraeni
2. Dahlan Maulana
3. M. Athallah R
4. Laelatul
5. Irma Nur S
6. Meygi
7. Dhea
SMKN 3 KARAWANG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................5
C. TUJUAN MASALAH...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. DUNIA ISLAM ABAD MODERN ..........................................................6
B. MASA KEJAYAAN BANI ABBASIYAH..................................................7
C. KEKHALIFAHAN.................................................................................... 10
D. FAKTOR-FAKTOR.....................................................................................16
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.............................................................................................19
B. SARAN-SARAN..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmad
dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Perkembangan Islam Pada Masa
Modernini.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing dan pihak
lain nya yang telah membantu dan banyak memberika pengarahan dan bimbingan dalam
pembuatan Makalah Perkembangan Islam Pada Masa Modern.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Muslim yang
tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara Arab, 20%
di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatanyakni Pakistan, India dan Bangladesh.
Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia. Populasi Muslim
juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika
Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode sejarah Islam mempunyai tujuan,
yakni membawa umat Islam pada kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan. Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan dan juga
kemunduran. Bab ini akan menguraikan perkembangan Islam pada masa pembaruan. Pada
masa itu, Islam mampu menjadi pemimpin peradaban. Mungkinkah Islam mampu kembali
menjadi pemimpin peradaban? Dalam bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu kemajuan selalu
dipakai kata modern, modernisasi, atau modernisme. Masyarakat barat menggunakan istilah
modernisme tersebut untuk sesuatu yang mengandung arti pikiran, aliran atau paradigmabaru.
Istilah ini disesuaikan untuk suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan, baik oleh ilmu
pengetahuan maupun tekhnologi. Untuk mengetahui lebih lanjut akan dibahas dalam makalah
ini.
4
banyak sekali nash-nash di dalam al-Qur’an yang menganjurkan supaya seorang muslim benar-benar
memperhatikan ilmu peradaban islam. Dalam surah Ibrahim ayat 1 menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan
wahyu untuk kita yaitu (Al-Qur’an) supaya menjadi penerang jalan serta mengeluarkan kita dari gelap gulita
menjadi cahaya yang terang benderang atas izin Allah.
۱:الر ۞ كتاب أنزلنه إليك لتخرج الناس من الظلمت إلى النور بإذن ربهم إلى صرط العزيز الحميد ﴿إبراهم
Artinya: “Alif, Lam, ra. (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan
manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb
yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (Ibrahim: 1).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengantar
Ditinjau dari sisi teori, sejarah islam modern dimulai sejak tahun 1800 M. hingga
sekarang. Secara politis pada Abad 18 M dunia islam hampir di bawah kendali bangsa Barat.
Namun baru Abad 20 M mulai bermunculan kesadaran di dunia islam untuk bangkit melawan
penjajah Barat. Dalam sejarah islam periode islam disebut dengan kebangkitan dunia islam
karena ditandai banyaknya bermunculan pemikiran pembaharuan dalam dunia islam.
Jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M. ketangan bangsa mongol bukan saja
mengakhiri sistem pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga merupakan masa awal
kemunduran politik dan peradaban islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan
peradaban islam yang sangat kaya dengan ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumi yang
dihanguskan oleh pasukan mongol yang dipimpin Hulgu Khan.
6
Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka mengadakan suatu gerakan
pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari
ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan tersebut antara
lain, Gerakan Wahhabiyah yang diprakarsai oleh Muhammad ibn Abdul Wahhab (1703-1787
M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703-1762) M di India dan Gerakan Sanusiyyah di Afrika
Utara yang dikomandoi oleh Said Muhammad Sanusi dari Al Jazair, Gerakan penerjemahan
karya-karya Barat kedalam bahasa Islam dan pengiriman para pelajar muslim untuk belajar ke
Eropa dan Inggris.
Dalam gerakan pembaharuan sangat lekat dengan politik. Ide politik yang pertama
muncul yaitu Pan Islamisme atau persatuan Islam sedunia yang digencarkan oleh gerakan
Wahhabiyah dan Sanusiyah, setelah itu diteruskan dengan lebih gencar oleh tokoh pemikir
Islam yang bernama Jamaluddin Al Afghani (1839-1897).
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima
abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa
orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial
dan budaya.
Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan
asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif
dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan
bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang
sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial
7
budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur,
baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni asitektur yang
dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan
Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan
lain-lainnya.
Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan
Bani Umayyah. Di samping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak
terdapat di zaman Bani Umayyah. Yaitu pertama, dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad,
pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani
Umayyah sangat berorientasi kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga
pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua
dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini, kedua
dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi
kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah dan
ketiga, ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah
lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al
Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat
dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang
musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad,
pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
Selain bidang bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan.
Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para
khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
8
Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok anatara pemerinatah
Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan
yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara
pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan
ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus
dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem
politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka
pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan,
yang disebut diwanul jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentuka lembaga ini didasari atas
kenyataan polotik militer bahwa pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, banyak
terjadi pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan Dinasyi Abbasiyah.
9
( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H / 870-950 M ) dan lain-
lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu
sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Diantara sejarawan muslim yang
pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152
H / 768 M ).
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad
( 750-1258 M ), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan
dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dari peran serta para ulama dan pemerintah
yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansial, kepada
para ulama. Perhatian yang serius dari pemerintah ini membuat para ulama yang ingin
mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha
keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam.
Diantara ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu
hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.
C. KEKHALIFAHAN
10
melarikan diri yakni Abdur Rahman, cucu Hisyam. ia berhasil mendirikan kekuasaan
bani Umayyah di Spanyol.
Perlakuan kejam Abbul Abbas tidak hanya terbatas pada mereka yang masih sidup
saja, bahkan ia menodai makam-makam keturunan Umayyah. Ia mengeluarkan
jenazah mereka dari kuburan lalu membakarnya menjadi abu. Dengan cara demikian
Abbul Abbas membuktikaan gelar dirinya sebagai as-Saffah (si pernumpah darah atau
si haus darah) dan sekaligus merealisasikan sumpahnya suaktu penobatan sebagai
khalifah. Masa pemerintahan Abbul Abbas tidak berjalan lama, hanya sekitar lima
tahun. Ia meninggal di istana Ambariyah pada tahun 133 H/ 754 M. Akibat serangan
penyakit cacar. Namun sebelum meninggal, ia telah menunjuk saudaranya yang
bernama Abul Jaafar sebagai pengganti tahta kerajaan. Sekalipun ia terkenal kejam.
namun masa pemerintahannya dipandang sebagai pemerinyahan yang disiplin. Ia
diakui sebagai penguasa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.
1) Pemberontakan yang dilakukan oleh Abdullah Ibn Ali yakni paman al-Mashur
yang menjadi gubernur di syiria
2) pemberontakan yang lakukan oleh sekte persia yang bernama Rawandiyah
11
Dalam masa al-Manshur ini terdapat keluarga Barmakhiyang dibentuk oleh Khalid Ibn
Barmaki mulai memrankan peran utama dilingkungan istana.
Pada sekitar tahun 163 M. pasukan Romawi menyerbu beberapa wilayah muslim
perbatasan. mereka berhasil menaklukan kembali bebrapa wilayah peerbatasan bagian
barat.
Sepeninggalan al-Mahdi tahta kerajaan Abbasiyah dijabat oleh putera yang tertua,
Musa al-Hadi. Sekalipun Harun adik Musa menyatakan persetujuan dan dukungan atas
penobatan Musa, namun sang kakak tidak menaruh kepercayaan terhadap dukungan
Harun. Musa mengatur rencana mendepak Harun dan berusaha memindahkan
12
Khalifah kepda puteranya yang bernama Jafar. Demi terwujudnya rencana ini Musa
memenjarakan penasehat utama Harun yang bernama Yahya Ibn Khalid al-Barmaki,
dan beberapa pendukung Harun yang dipandang membahayakan kedudukan Musa.
Ketika konflik sudah semakin kritis, Harun meninggalkan istana demi untuk
menyelamatkan diri dari ancaman Musa al-Hadi. Musa al-Hadi meninggal setelah
memegang pemerintahan tidak lebih dari dua tahun.
Sesuai dengan amanat al-Mahdi, Harun al-rasyid segera menduduki tahta kerajaan
sepeninggal saudaranya yakni al-hadi. Ia berkuasa selama 23 tahu. penobatan ini
mengantarkan dinasti Abbasiyah pada kemajuan yang gemilang.
Harun al-Rasyid tidak hanya sebagai khalifah terbesar Abbasiyah sekaligus sebagai
penguasa terbesar dunia pada saat itu. Abad kesembilan belas ditandai dengan
tampilnya dua raja besar dunia: Charlemagne penguasa Barat. dan Harun di timur .
Selama pemerintahannya rakyat hidup dalam kemakmuran yang merata, dan ilmu
pengetahuan dan peradaban memasuki era kemajuan yang menakjubkan. Untuk
melengkapi kesejahteraan rakyat, ia mendirikan rumah sakit, sekolahan, perguruan
tinggi, membangun masjid, jalan,irigasi dan menetapkan tunjangan fakir miskin.
Bidang tulis menulis merupakan kegiatan yang paling menonjol kemajuannya.
h. Al-Mutasim (833-845 M)
14
Al-mutasim mengklaim dirinya sebagai khalifah ketika al-Makmun sedang dalam
keadaan sakit. Banyak tentara yang tidak sepakat atas tindakannya itu. Untuk
mengamankan rakyat baghdad, al- mutasim memindahkan ibukota kerajaan ke
Samarra tahun 836, sekitar 95 km dari arah hulu sungai Tigris. Di kota ini ia
membangun istana kerajaan dan perkampungan untuk 250.000 tentara, dan tidak lama
kemudian samarra menjadi semegah kota Baghdad, kecuali ia tidak mampu
menandingi baghdad sebagi pusat perkembangan intelektual muslim. Al-Mu tasim
meninggal pada tahun 842 H. Menurut Gibbon, pada masa pemerintahan al-
Mutasim ini kebesaran Abbasiyah dan bangsa Arab mulai mundur
2. Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), kekuasaan kholifah sebagai kepala negarasangat
terasasekali dan benar seorang kholifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan
negara. Sedang masa Abbasiyah II 847-946 M) kekuasaan kholifah sedikit menurun, sebab
Wazir (perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan negara. Dan pada masa
Abbasiyah III (946-1055 M) dan IV (1055-1258 M), kholifah menjadi boneka saja, karena
para gubernur di daerah-daerah telah menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang
berkuasa penuh. Dengan demikian pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.
Masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah agama
Islam mencapai zaman keemasan (132 232 H / 749 879 M). Namun, pada masa kholifah
Al-Mutawakkil sampai Al-Mutashim, Islam mengalami kemunduran dan keruntuhan.
Kehancuran Dinasti Abbasiyah melalui proses panjang yang diawali oleh berbagai
15
pemberontakan dari kelompok yang tidak senang terhadap kepemimpinan kholifah
Abbasiyah. Selain kelemahan Khalifah, beberapa alasan lainnya.
D. FAKTOR FAKTOR
a. Faktor Internal
2) Kemerosotan Ekonomi.
3) Konflik Keagamaan.
Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara Muslim
dan Zindik atau Ahlussunnah dengan Syiah saja, tetapi juga antaraliran dalam
Islam.
16
Kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah
mendorong para penguasa untuk hidup mewah, yang kemudian ditiru oleh para
haratawan dan anak-anak pejabat sehingga menyebabkan roda pemerintahan
terganggu dan rakyat menjadi miskin.
b. Faktor Eksternal
1) Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang dari pasukan Alp
Arselan yanag hanya berkekuatan 15.000 prajurit telah menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang kristen terhadap ummat Islam. Kebencian
itu bertabah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan
beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang
ingin berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II
menyerukan kepada ummat kristen Eropa untuk melakukan perang suci, yang
kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau peride telah
banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah melakukan
peperangan antara tahun 1097-1124 M mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa,
Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre. Pengaruh Salib juga terlihat dalam
penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara
Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang
Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-
orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab.
Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki
Yerussalem.
Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah. Sebuah
kawasan terjauh di China. Terdiri dari kabilah-kabilah yang kemudian disatukan
oleh Jenghis Khan (603-624 H). mereka adalah orang-orang Badui-sahara yang
dikenal keras kepala dan suka aberlaku jahat.Sebagai awal penghancuran Bagdad
17
dan Khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah
Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia Kecil. Pada bulan September 1257,
Hulagu mengirimkan ultimatum keada Khalifah agar menyerah dan mendesak agar
tembok kota sebelah luar diruntuhkan.
Tetapi Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada Januari 1258,
asuakn Hulagu bergerang untuk mengahncurkan tembok ibukota. Sementara itu
Khalifah al-Mutashim langsung menyerah dan berangkat ke base pasukan
mongolia. Setelah itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari
kemudian mereka semua dibunuh. Hulagu mengzinkan pasukannya untuk
melakukan aa saja di Baghdad. Mereka menghancurkan kota Baghdad dan
membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban
sekitar dua juta orang.Perlu juga disebutkan disini peran busuk yang dimainkan
oleh seorang Syiah Rafidhah yaitu Ibn Alqami, menteri al-Mu tashim, yang
bekerjasama dengan orang-orang Mongolia dan membantu pekerjaan-pekerjaan
mereka.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada Dinasti Bani Abbasiyah inilah dimana peradaban islam berada pada masa
keemasannya, dengan lahirnya para ilmuan dan para sarjawan serta budayawan. Dimasa ini
islam lebih maju dan berkembang dari pada masa sebelumnya. Meski pada akhirnya terjadi
keruntuhan dan kemunduran yang diakibatkan dari berbagai faktor internal dan eksternal.
B. SARAN SARAN
1. Dalam mencari bahan untuk membuat makalah dapat merefrensi buku dan
mencari di internet
2. Pembuatan makalah harus dilakukan dengan teliti dan benar sesuai aturan
pembuatan makalah
19
Kekhalifahan Abbasiyah
الخالفة العباسية
Empire
← 750–1258 →
GAMBAR
Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah
20