Kelas : II E
Nim : 200101158
Masa penjajahan ini bervariasi, tetapi puncaknya dapatlah diposisikan pada abad ke-19
hingga pertengahan abad ke-20. Muslim, setelah pertengahan abad ke-20.
Minoritas Muslim di negara-negara Barat memiliki kekhasan yang membedakan mereka
dari kelompok lainnya. Tantangan yang harus dihadapi sebagai kelompok minoritas jelas
sangat besar, terutama karena sejumlah nilai dasar yang dianut masyarakat Barat
sedemikian berbeda dengan nilai-nilai Islam. Begitu juga dengan peranan agama dalam
kehidupan sosial, pola hubungan kekeluargaan, gaya berpakaian atau berbagai aspek
budaya populer lainnya.
Secara alamiah, pada tataran akar rumput, informasi tentang Islam yang diserap oleh
Barat lebih banyak berasal dari media populer. Daftar ini tentu saja dapat dengan sangat
mudah diperpanjang lagi.
Muslim di Barat mengorganisasikan dirinya dengan mengacu pada etnis dan negara
asal. Dengan demikian maka mereka terpecah ke dalam berbagai kelompok kecil yang
sering kali tidak memiliki kaitan apalagi koordinasi satu sama lainnya.
Adanya berbagai persoalan terkait minoritas Muslim di Barat sama sekali tidak
mengurangi eksistensi mereka di sana. Dalam kenyataannya kehadiran tersebut
mengalami peningkatan, pada tataran kuantitatif maupun pada tataran kualitatif dalam
sistem sosial Barat. Prancis menganut model asimilasi ini.
Model Minoritas Etnik. Model ini memberi ruang untuk memelihara identitas budaya
kaum migran dan sampai tingkat tertentu pluralisme didukung secara resmi oleh negara.
Hak untuk menjalankan ajaran dasar agama Islam.
Hak untuk memperoleh pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Hak untuk mendirikan organisasi dan perserikatan.
Hak untuk membentuk badan-badan untuk mewakili kepentingan mereka.
Hak untuk mendapatkan pelayanan dan pembelaan hukum
2. Faktor Eksternal
Tidak berjalan sendiri mendorong munculnya gagasan dan gerakan
kebangkitan Islam di zaman modern. Akan tetapi ada faktor eksternal
yang telah turut pula menciptakan kondisi yang semakin mendesakkan
kebangkitan tersebut.