Anda di halaman 1dari 5

Konsep Akidah Islam dan Akhlak

Fatwa Azmi Syahriza


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50
fatwazmi@gmail.com

Abstrak. Pendidikan Agama Islam mempunyai banyak cakupan mata pelajaran dalam
berbagai bidang yang ada di dalamnya. Salah satunya adalah Akidah Islam dan Akhlak
yang sangat penting dengan bertujuan untuk memberikan pengetahuan terkait pokok-
pokok akidah serta keimanan yang direalisasikan sebagai akhlak dalam kehidupan
sehari-hari dengan berdasarkan 2 komponen utama sumber hukum Islam yakni al-Quran
dan Hadis. Keberadaan Akidah Akhlak ini sangat penting khususnya pada sekolah-
sekolah berbasis madrasah guna menanamkan bekal kepada peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kata Kunci. Pendidikan Agama Islam, Akidah Islam, Akhlak
Received : Approved :
Reviesed : Published :
Copyright ©
Correspondence Address:

A. PENDAHULUAN
Islam dibangun dari akidah, ibadah (asas & sunnah), serta akhlak. Akidah
merupakan pondasi utama dari 3 kompenen utama di atas. Bagai sebuah bangunan yang
utuh, akidah menjadi hal paling dasar yang harus mampu menopang berbagai hal di
atasnya. Tanpa akidah yang kuat dan kokoh, agak sulit rasanya untuk berharap bangunan
tersebut dapat bertahan lama. Oleh karena itu, akidah menjadi hal paling utama dan
pertama yang harus dimiliki oleh kita semua. Amal dan akhlak di atasnya tidak akan
tumbuh dan bernilai apabila tidak disandarkan pada akidah yang tepat.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap mukallaf dituntut untuk
mampu memahami kaidah akidah Islam serta hal-hal yang terkait dengannya. Pengetahuan
yang tepat terhadap akidah tersebut akan menuntun mukallaf dalam setiap perilakunya.
Dengan pemahaman yang tepat tentunya akan ada bekal yang cukup untuk membentengi
kualitas keimanan kita.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Akidah Islam dan Akhlak
Akidah berasal dari kata ‘Aqd yang berarti pengikat antara sesuatu dengan
lainnya yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. ‘Aqd juga berarti perjanjian
antar 2 orang untuk menciptakan mufakat. Aqidah, secara definisi merupakan
kepercayaan yang menjauhkan manusia dari segala jenis kebimbangan. Secara
keseluruhan, akidah adalah iman yang kokoh dan ketat yang tidak bercampur
dengan keraguan orang yang mempercayainya.
Akidah secara terminologi adalah sesuatu yang membutuhkan pembenaran dari
hati, menenangkan jiwa dan menjadi keimanan yang terbebas dari keraguan dan
kebimbangan. Aqidah Islam menurut syara berarti percaya kepada tiada Tuhan
selain Allah, percaya kepada Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya juga pada hari
akhir, serta pada takdir baik dan buruk.

1
Sedangkan M. Syaltut menyebutkan bahwa akidah ialah akar yang di atasnya
terdapat syariat. Syariat adalah hasil dari akidah. Maka dari itu kekuatan hukum
syariat berasal dari kuatnya akidah. Keduanya saling berkesinambungan dan
mengikat.1
Aqidah sebagai landasan utama ajaran Islam bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadis. Aqidah Islam membuat ikatan terhadap seorang muslim yang yakin atas
segala ketetapan-Nya. Sebab itu, menjadi seorang Muslim berarti yakin dan
menjalankan seluruh syariat tanpa adanya pengecualian.
Akidah Islam bersumber dari dua sumber utama, yakni al-Qur’an dan Hadis
yang bersifat sahih. Hal itu memberi paham bahwa akidah memiliki sifat keyakinan
dan kepastian sehingga tidak mungkin ada kesempatan bagi seseorang untuk
meragukannya. Untuk berada pada tingkat ini, akidah Islam harus mengambil pada
dua pegangan utama ajaran Islam tersebut. Tanpa adanya penjelasan dari dua
pegangan utama, maka sulit untuk memahami hal itu.
Akidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, maksudnya, ketetapan ajaran
tersebut ditetapkan dan berasal dari dalil Al-Quran dan Hadis saja. Maka dari itu,
akidah Islam tidak bisa terlepas dari kedua hal tersebut.
Akhlak berasal dari kata khuluqun yang artinya budi pekerti, temperamen,
perilaku atau karakter. Sedangkan dari segi akhlak atau moral hakikat pribadi, yaitu
keadaan jiwa yang telah dilatih untuk berada di dalam jiwa mereka benar-benar
memiliki kualitas yang melekat yang menyebabkan Tindakan mudah dan spontan
tanpa pemikiran atau imajinasi lagi.2
Adapun secara substansial akhlak itu memiliki lima ciri, yaitu:
1. Akhlak adalah tindakan yang mengakar dalam dalam jiwa seseorang dan
menjadi sifat pribadi.
2. Akhlak adalah perbuatan yang dapat dilakukan tanpa kesulitan dan tanpa
berpikir. Berarti bukan ketika pengecualian seperti tidur, gila, dan
sebagainya.
3. Akhlak adalah tindakan yang datang secara mandiri tanpa adanya orang lain
yang memaksa atau menekan hal tersebut.
4. Akhlak adalah tindakan waktu nyata, bukan permainan atau tindakan.
5. Akhlak al-Karimah adalah tindakan yang diamalkan secara ikhlas, dan bukan
karena ingin dipuji..3

2. Tujuan Akidah Islam dan Akhlak


Akidah Islam dan Akhlak memiliki banyak tujuan, yaitu:
a. Menyerahkan niat dan amal hanya kepada Allah. Karena tiada sekutu bagi-
Nya.
b. Membebaskan kebimbangan yang muncul dari iman yang lemah. Karena
orang terkadang lemah dalam iman mengosongkan hatinya dan terkadang
jatuh ke berbagai kesalahan.
c. Ketenangan pikiran yang tidak mencemaskan dari berbagai kegelisahan
yang ada.
d. Mengistiqamahkan niat sesuai dengan tuntunan Nabi SAW agar terbebas
dari segala macam kesalahan.
e. Gigih dalam mengerjakan segala amal yang akan diberikan ganjarannya
serta menghindari larangan-Nya.

1
Mahmud Syaltut, Al-Islam Aqidatu Wa Syari’ah (Cet. III; t.t. Dar al-Kalam, 1966).
2
Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1997), 15.
3
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 14-15.

2
Terdapat beberapa fungsi dari akidah Islam dan akhlak, yakni:
a. Akidah Islam dan akhlak memelihara sucinya hati nurani manusia.
Akidah Islam dan akhlak menciptakan kondisi hati yang terang
dengan cahaya yang dipancarkan olehnya. Dengan keyakinan bahwa
Allah senantiasa di dekatnya, manusia akan merasa hatinya selalu
suci serta tenang dalam menjalani hidup.
b. Akidah Islam dan akhlak membuat kondisi tenang dan aman.
Manusia yang beriman dan percaya kepada ajaran yang
dianutnya tidak akan merasa takut dan cemas terhadap sesuatu yang
membebaninya.
c. Akidah Islam dan akhlak membebaskan manusia dari bergantung
kepada makhluk.
Telah kita ketahui bahwa percaya dan yakin akan ketetapan
Allah membuat manusia tidak perlu bergantung atau berserah diri
kepada makhluk yang tidak mempunyai kuasa apa-apa serta
menjadikan manusia tawakal kepada Allah tanpa keraguan sedikit
pun.

3. Dalil Akidah Islam dan Akhlak


Di antara dalil tentang akidah Islam dan akhlak adalah ayat al-Quran dan
Hadis berikut ini:

َ ‫اح ۚ ٌد فَ َم ْن َك‬
‫ان يَرْ ج ُْوا لِقَ ۤا َء‬ َّ َ‫قُلْ اِنَّ َمٓا اَنَ ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم ي ُْو ٰ ٓحى اِل‬
ِ ‫ي اَنَّ َمٓا اِ ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ َّو‬
١١٠ - ࣖ ‫صالِحًا َّواَل يُ ْش ِر ْك ِب ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحدًا‬ َ ‫َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap
pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan
janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Q.S al-Kahfi 18: 110).

١ – ‫قُلْ هُ َو هّٰللا ُ اَ َح ۚ ٌد‬


٢ – ‫ص َم ۚ ُد‬ َّ ‫هّٰللَا ُ ال‬
٣ – ‫لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم ي ُْولَ ۙ ْد‬
٤ - ࣖ ‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا اَ َح ٌد‬
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah
tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q,S al-Ikhlas 112:
1-4).

ِ َّ‫ار ًزا يَ ْو ًما لِلن‬


‫اس‬ ِ َ‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ب‬ َ ‫ان النَّبِ ُّي‬َ ‫َع ْن أَبِي هُ َري َْرةَ قَا َل َك‬
‫ان أَ ْن تُ ْؤ ِم َن بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َوبِلِقَائِ ِه َو ُر ُسلِ ِه‬
ُ ‫ال َما ْاإِل ْي َم‬
َ َ‫فَأَتَاهُ ِجب ِْر ْي ُل فَق‬
ِ ‫َوتُ ْؤ ِم َن بِ ْالبَ ْع‬
‫ث‬
Artinya:
Abu Hurairah Ra. berkata; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu

3
hari bersama dengan para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril ‘Alaihis Salam
yang kemudian bertanya: “Apakah iman itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan kamu
beriman kepada Hari Berbangkit”. (H.R. Bukhari)

4. Ruang Lingkup Akidah Islam dan Akhlak


Pembahasan akidah Islam memiliki 3 bagian utama secara umum, yakni
Islam, iman, dan ihsan. Secara bahasa, iman berarti percaya. Secara syara, iman
ialah pembenaran dari hari, pengucapan dengan lisan, serta pengamalan
anggota badan. Islam yakni patuh, taat, dan bertawakal kepada Allah. Ihsan
merupakan berbuat baik dengan beribadah kepada-Nya. 4
Ruang lingkup akidah Islam terbagi menjadi 4, yaitu:
1) Al-Ilahiyat: Pembicaraan mengenai Tuhan dengan berbagai sifat,
nama, serta afal-Nya.
2) An-Nubuwat: Pembahasan terkait nabi dengan berbagai sifat dan
kemaksumannya.
3) Ar-Ruhaniyat: Pembicaraan mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan alam non-materi, semisal malaikat, jin, hingga ruh.
4) As-Samiyat: Pembahasan terkait tanda-tanda datangnya hari akhir,
alam kubur, barzah dan lain sebagainya.
Aliran Ahl As-Sunnah wa Al Jamaah dengan paham Asyariah berpendapat
bahwa akidah Islam meliputi tentang sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi
Allah SWT.
Sedangkan Maturidiyah berpendapat bahwa akidah Islam meliputi kewaiban
untuk mengetahui Tuhan, penimbangan baik dan buruk melalui akal, hingga
hikmah perbuatan Tuhan dan perbuatan hamba.

5. Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan


Akidah Islam memiliki 3 unsur pokok yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Ketiganya harus dimiliki oleh seseorang yang percaya kepada akidah Islam,
yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Berikut penjelasannya:
a. Islam
Secara bahasa, Islam berarti patuh, taat, dan selamat. Secara istilah berarti
agama yang menuntun manusia untuk bertawakal dan tunduk secara penuh
kepada ketentuan Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
b. Iman
Secara bahasa, Iman berarti percaya. Secara istilah, Iman berarto
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengerjakan
amal dengan anggota badan.
c. Ihsan
Secara bahasa, Ihsan berarti kebaikan. Secara istilah, Ihsan berarti perbuatan
baik sebagai ciri tunduk dan menghamba kepada Allah sebagai sang
pencipta. Juga dengan senantiasa dilihat dan diawasi oleh Allah dalam setiap
kesempatan.
Ketiga unsur ini saling berkesinambungan dan erat dalam bahasan
akidah Islam. Bagi setiap orang yang percaya kepada Akidah Islam mesti

4
Abdul Qodir Djaelani, Asas dan Tujuan Hidup Manusia, Menurut Ajaran Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1996), h. 13.

4
mempelajari hal ini lebih lanjut guna memperkokoh akidah Islam.

6. Hubungan Akidah Islam dan Akhlak dengan Kebenaran Ilmiah


Akidah Islam berfungsi untuk mengikat nilai-nilai yang ada pada sains
modern secara ilmiah. Terdapat rambu-rambu yang harus diikuti dalam hasil
rekayasa manusia. Akidah Islam memandang sains modern dengan ketat supaya
tidak berdampak negative bagi kehidupan manusia.
Akidah Islam menempatkan dasar relasi sains modern terhadap pengabdian
sebagai manusia. Maka dari itu, akidah Islam memandang segala aktivitas sains
modern sebagai nilai ibadah. Pada prinsipnya, hal itu lantaran amanat Allah
sebagai tanggung jawab khalifah di bumi-Nya.
Akidah Islam menjadi tumpuan dari pengembangan sains yang mempunyai
sifat integralistik. Dalam konteks ini ada system ajaran yang berpedoman pada
al-Wihdah atau persatuan. Mulai persatuan dalam penciptaan, kemanusiaan,
tuntutan hidup, hingga kesamaan tujuan hidup. Sehingga, mau tak mau, pilar-
pilar tersebut mempunyai keterkaitan langsung terhadap nilai-nilai akidah
Islam.

C. PENUTUP
Dari pemaparan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah
Islam merupakan pengikat sekaligus pondasi dari komponen-kompenen lain yang saling
berkesinambungan dalam ajaran Islam. Akidah Islam merupakan akar dari berbagai
permasalahan yang ada dalam dasar Islam.
Akidah Islam mempunyai tanggung jawab penting dalam kehidupan manusia yang
semakin kompleks. Harus ada batasa-batasan yang dimiliki manusia agar hidupnya
senantiasa sesuai dengan tujuan penciptaannya di muka bumi ini. Bukan hanya untuk
sekarang ini, namun terus berlanjut hingga hari akhir kelak.

REFERENSI
Ahmad Saebani, Beni. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.
Djaelani, Abdul Qodir. (1996). Asas dan Tujuan Hidup Manusia, Menurut Ajaran Islam.
Surabaya: PT Bina Ilmu.
Mustofa, Ahmad. (1997). Akhlak Tasawuf. Bandung: CV.Pustaka Setia.
Syaltut, Mahmud. (1966). Al-Islam Aqidatu Wa Syari’ah. Cet. III; t.t. Dar al-Kalam.

Anda mungkin juga menyukai