Anda di halaman 1dari 12

“ Pemurnian Dan Pembaharuan

Dunia Islam PERIODE Modern ”

Kelompok 2 :
1.Ramadhana ( 2205160065 )
2. Rosayani udzri syafiqoh ( 2205160066)
3. Muhammad Fiqih ( 2205160071 )
4. Dwi Andini ( 2205160075 )
Pembaharuan Islam Di Era Modern

Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai
tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya
kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk
memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dimasa ini banyak perkembangan dalam
kehidupan Islam, melputi pendidikan, politik, perdagangan dan kebudayaan.

20XX SAMPLE FOOTER TEXT 2


Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal :

 Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah
Allah SWT, juga memuja makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-dukun dan orang-orang yang
dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok umat Islam yang meng kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci yang segala
perintahnya harus ditaati.

 Adanya kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan
hahwa memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah tidak perlu, karena hidup di dunia
ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi.

 Banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena
hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.

 Dari sisi ekonomi, masyarakat Muslim Indonesia banyak yang miskin.

 Dari segi penguasaan ilmu dan teknologi, masyarakat Muslim Indonesia terbelakang.

Penyimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya tersebutlah yang sudah seharusnya menjadi pendorong lahirnya para
tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan umat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan As-
Sunnah (Hadis).
Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam Priode Modern

A. JAMALUDDIN AL-AFGHANI 1. Politik-Sosial

Pan-Islamisme dan marabahaya kolonialisme yang dilakukan oleh Barat menjadi


Jamal al-Din al-Afghani merupakan salah satu
hal terpenting dalam pemikiran sosial-politik al-Afghani. Menurutnya, kemunduran Islam
tokoh atau figur salafi-sufi di abad modern. Meskipun ia
bukan karena ia tidak relevan dengan konteks zaman yang hadir saat ini. Namun,
salafi-sufi ia memiliki peranan yang penting dalam
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa Islam waktu 6 itu yang tidak rela
pembaruan pemikiran. Aktivitas dan pergerakannya dalam
kedudukan mereka dilengserkan telah membuat umat Islam mundur sedemikian rupa dan
dunia pemikiran, sosialpolitik menjadikannya dikenal di
membuat Barat semakin menguasai negara Islam. Penyimpangan yang dimaksud oleh al-
banyak kalangan. Tidak hanya itu, pemikirannya mampu
Afghani ini semacam penyakit yang perlu disembuhkan dengan begitu serius.
menghipnotis beberapa pemikir setelahnya. Dengan itu pula,
Pan-Islamisme yang menawarkan gagasan pentingnya bersatu dalam persatuan
ia mampu melahirkan banyak pemikir yang berpengaruh di
dan kesatuan mampu membangkitkan semangat umat Islam di dunia. Negara seperti
kalangan muslim. Salah satu muridnya yang kemudian
Afghanistan, Mesir, Turki, India, Al-Jazair dan negara-negara Islam lainnya. Suara-suara al-
memiliki pengaruh besar ialah Muhammad Abduh
Afghani ini dilakukan dengan cara-cara mengisi ceramah diberbagai negara Islam dengan
Dalam hal teologi, al-Afghani lebih kepada menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam untuk melawan penjajah dan
refleksi kehidupan manusia yang berdasarkan pada dimensi pemerintah yang sudah dikuasai oleh penjajah. Adapun tawaran dari sosial-politik al-Afghani,
spiritual yang kuat dengan meninggalkan bentuk-bentuk yang sebagaimana yang disebutkan oleh Munawir Sjadzali (1991: 129), ialah pemikiran dan jiwa
acuh terhadap persoalan dunia dan akhirat. Berikut beberapa masyarakat harus terlebih dahulu dibangun dan dibenahi. Dengan demikian, baru kemudian
pemikiran Jamaluddin al-Afghani, antara lain berbicara mengena bentuk dan sistem pemerintahannya.

4
2. TEOLOGI
Ketiga hal pokok teologi yang ditawarkan oleh al-Afghani ialah sebagai berikut :

a. Sifat malaikat atau spiritual manusia yang merupakan tuan segala makhluk. Dalam arti kata, bahwa manusia merupakan makhluk yang secara spiritual
memiliki aspek tertinggi daripada malaikat. Hal yang berkenaan dengan manusia dapat mencapainya dengan meniadakan unsur-unsur kehewanan yang
merupakan tabiat terburuk manusia. Karena manusia yang memiliki jiwa spirit yang tinggi hanya akan sampai pada suatu kesadaran yang besar dan
ingat bahwa upaya yang menjebak.

b. Kepercayaan setiap umat beragama kepada keunggulannya sendiri atau segala kelompok lainnya. Hal yang ingin disampaikan oleh al-Afghani tidak lain
hanyalah agar umat Islam sadar bahwa berlomba-lomba dalam mewujudkan kehidupan yang layak merupakan alasan tersendiri yang ditautkan oleh
Islam. Dorongan yang terus memotivasi al-Afghani di sini tidak lain agar manusia berupaya melakukan telah kritis baik pada pokok ajaran agama dan
menjadikan al-Qur’an sebagai pusat kajian dengan terma rasional sehingga melahirkan corak tafsir baru, ijtihad ataupun dalam maju bidang
pengetahuan.

c. Kesadardan bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah semata-mata suatu persiapan bagi kehidupan selanjutnya. Bahwa kehidupan yang
sementara ini adalah kunci bagi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang layak setelah kematian.Seyogyanya, manusia yang hidup dalam dunia
terus berupaya mengikat tali persaudaraan dengan sesama muslim. Kontekstualisasi dari terma ini, mewujudkan kehidupan yang ideal dengan proses
kasih sayang sehingga tidak menanggalkan wajah agama begitu saja. Pada sisi lain, kehidupan yang bersatu dengan satu kesatuan akan melahirkan
sikap yang bijak dalam bertindak, berinovasi dan sebagainya. Sehingga kehidupan di dunia merupakan dasar yang pantas untuk menjadikan manusia
melakukan suatu upaya demi kemajuan Islam di masa depan dengan berbagai temuan yang bermanfaat.

Maka, status kemajuan dalam sosial-politik memiliki kesinambungan dengan nalar teologisnya dengan menekankan aspek kehidupan
masyarakat sebagai suatu pembentukan terhadap individu.
B. Muhammad Abduh

Pemikir yang satu ini, memiliki kekhasan dan keunikan di antara pemikir lainnya. Hal yang membuat dirinya unik ialah rasa malas,
namun memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dalam waktu dua tahun ia mampu menghafal al-Qur’an. Dengan bekal kecerdasannya itu, ia
kemudian dikirim ke salah satu lembaga pendidikan yang Bernama Tanta. Selama itu pula, ia tidak menemukan hal-hal yang baru kecuali rasa
bosan itu sendiri. Menghadapi hal demikian, ia kabur dan pergi ke rumah pamannya. Di tempat inilah, kemudian ia menemukan atmosfir baru di
bawah bimbingan pamannya.

Terlepas dari berbagai sekelumit kisah Abduh itu sendiri, ada yang menarik darinya sebagai tokoh reformis dalam Islam. Meskipun ia
salah satu murid dari al-Afghani dan banyak dipengaruhi olehnya. Namun ada yang berbeda dalam hasil pemikirannya tersebut. Jika al-Afghani
menyerukan kebebasan umat Islam dari penjajah dalam bidang politik, maka Abduh lebih kepada realisasi dalam bidang pendidikan. Dalam arti
kata, Abduh terinspirasi dari peristiwa-peristiwa di masa lalu yang melihat konsepsi pendidikan yang cenderung lebih kepada pengajaran
konservatif dan monoton.

Muhammad Abduh memiliki nama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Mengenai kesepakatan kelahiran Abduh yang
menjadi catatan resmi oleh berbagai kelompok sejarawan dan dipakai oleh umum ialah tahun 1849. Ada juga yang menyatakan bahwa Abduh
dilahirkan pada tahun 1848.

Dalam bidang teologi Abduh tidak jauh berbeda dengan al-Ghani, hanya saja ia lebih melihat kepada peranan rasio individu. Aspek
mendasar ini sebenarnya tidak lain bahwa akal dapat memberikan suatu telaah yang lebih mendasar bagi kehidupan beragama seseorang
utamanya pada pokok ajaran Islam. Dengan gencar ia menitikberatkan kepada peranan rasio, kebebasan dan bagaimana umat Islam terus
berupaya memiliki kepercayaan yang sepenuhnya kepada Allah. Hal-hal yang berkenaan dengan dimensi spiritual, bahwa akal bisa mengantarkan
1. Sosial-Politik dan Pendidikan Dalam bidang sosial, sebagaimana gurunya al-Afghani memiliki proyek yang sama dalam menindaklanjuti bahwa hal
yang sangat diperangi dalam hal ini ialah kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh Barat. Bahwa umat Islam menjadi terbelakang karena
secara totalitas menolak produk dari Barat dan terlalu mengagungkan produk sendiri. Itu pun dengan dasar taklid buta dan seolah membiarkan taklid
menjadi unsur yang paling nyaman dan paling dianggap relevan pada saat ini. Sikap yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam ialah bersikap kritis
pada aspek keduanya, baik yang berasal dari kalangan sendiri dan kalangan Barat. Selayaknya yang perlu dilakukan oleh umat Islam ialah dengan
bersikap kritis pada pola-pola Barat dan terbuka pada hal yang positif. Begitu juga sebaliknya, bahwa peranan kritis itu ada pada upaya menjauhkan
diri dari persoalan taklid. Sebab bagaimana pun, karya ulama’ belum sepenuhnya dianggap final dan perlu penyesuaian dengan nash al-Qur’an.

2. Teologi Abduh menawarkan tiga hal, antara lain:

a. Kebebasan manusia dalam bertindak, bahwa manusia memiliki peran yang signifikan bagi dirinya sendiri bahwa apa yang dilakukan sudah
merupakan suatu bukti. Bahwa kebebasan manusia merupakan upaya eksistensinya di dunia yang dihadapkan pada situasi pilihan atas
tindakanya. Hanya saja, kebebasan manusia ada batasannya, dalam hal ini ialah: pertama, manusia melakukan perbuatan dengan daya dan
kemampuannya, kedua, kekuasaan Allah adalah tempat kembali semua yang terjadi.

b. Kepercayaan kepada sunnah Allah dalam artian bahwa hukum alam sebagai realisasi dengan proses penciptaan sudah diatur oleh Allah yang tetap
dan tidak berubah-ubah. Keniscayaan merupakan paling intim bahwa apapun yang diciptakan oleh Allah sesuai dengan sifat dan ketentuannya
pada manusia dengan prinsip bahwa berpikir untuk dan memilih sesuai dengan tindakan manusia. Dengan menegaskan bahwa manusia
disesuaikan dengan kadar kemampuannya baik dalam bertindak dan berpikir

c. Fungsi akal memiliki peranan yang khas bagi manusia. Sebagaimana akal dapat memilah-memilih hal-hal yang dianggap baik dan buruk. Pada
konsep ini, fungsi akal juga dapat mengetahui peranan wahyu, pun juga persoalan menyangkut hal lainnya. Bahwa fungsi akal dapat dilakukan
dengan upaya yang selaras dengan apapun yang berkenaan dengan agam a.
C. RASYID RIDHA
1. Dalam Bidang Pendidikan
Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, sebuah desa sekitar 4
Di antara aktivitas beliau dalam bidang pendidikan
km dari Tripoli, Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H.; Beliau adalah bangsawan Arab
antara lain membentuk lembaga pendidikan yang bernama “al
yang memiliki garis keturunan langsung dari Sayyidina Husen, putera Ali bin Abu
Dakwah Wal Irsyad” pada tahun 1912 di Kairo.Mula-mula beliau
Thalib dan Fatimah puteri Rasulullah Saw. Gelar Sayyid pada awal namanya
mendirikan madrasah tersebut di Konstantinopel terutam
merupakan gelar yang biasa diberikan kepada semua yang mempunyai garis keturunan
meminta bantuan pemerintah setempat akan tetapi gagal, karen
tersebut. Keluarga Ridha dikenal oleh lingkungannya sebagai keluarga yang taat
adanya keluhan-keluhan dari negeri-negeri Islam, di antarany
beragama serta menguasai ilmu-ilmu agama sehingga mereka dikenal juga dengan
Indonesia, tentang aktivitas misi Kristen di negeri-negeri mereka
sebutan Syaikh.
Untuk mengimbangi sekolah tersebut dipandang perlu
Muhammad Rasyid Rida sebagai ulama yang selalu menambah ilmu mengadakan sekolah misi Islam.
pengetahuan dan selalu pula berjuang selama hayatnya, telah menutup lembaran
Muhammad Rasyid Ridha juga merasa perlu
hidupnya pada tanggal 23 Jumadil ‘Ula 1354 H, bertepatan dengan 22 Agustus 1935 M.
dilaksanakannya ide pembaharuan dalam bidang pendidikan
Muhammad Rasyid Rida wafat dengan wajah yang sangat cerah disertai dengan
untuk itu ia melihat perlu ditambahkan ke dalam kurikulum mata
senyuman. Berikut beberapa pemikiran Rasyid Rida, antara lain:
mata pelajaran berikut: teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu
bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, ilmu kesehatan, bahasa
bahasa asing dan ilmu mengatur rumah tangga (kesejahteraan
keluarga), yaitu disamping fiqh, tafsir, hadits dan lain-lain yan
biasa diberikan di Madrasah-madrasah tradisional.
 2. TEOLOGI

Ketiga hal pokok teologi yang ditawarkan Rasyid Rida ialah sebagai berikut: 3. Konsep Iman

1. Akal dan Wahyu Rasyid Ridha mempunyai dasar pemikiran bahwa

Menurut Rasyid Ridha, dalam masalah ketuhanan menghendaki agar urusan kemunduran umat Islam disebabkan keyakinan dan amal

keyakinan mengikuti petunjuk dari wahyu. Sungguhpun demikian, akal tetap perbuatan mereka yang telah menyimpang dari ajaran

diperlukan untuk memberikan penjelasan dan argumentasi terutama kepada Islam. Oleh karena itu, upaya pembahasan yang

mereka yang masih ragu-ragu. dilaksanakannya dititik beratkan kepada usaha untuk
mengembalikan keberagamaan ummat kepada ajaran
2. Sifat Tuhan
Islam yang sebenarnya.
Dalam menilai sifat Tuhan, di kalangan pakar teologi Islam terjadi perbedaan
pendapat yang sangat signifikan, terutama dari kalangan Mu’tazilah. Dan
Asy’ariyah. Mengenai masalah ini, Rasyid Ridha berpandangan sebagaimana
pandangan kaum Salaf, menerima adanya sifat-sifat Tuhan seperti yang

dinyatakan oleh nash, tanpa memberikan tafsiran maupun takwil .


3.Pandangan terhadap Ijtihad

Rasyid Ridha dalam beristimbat terlebih dahulu melihat nash, bila tidak ditemukan di
dalam nash, ia mencari pendapat sahabat, bila terdapat pertentangan ia memilih
pendapat yang paling dekat dengan dengan Al-Qur’an dan Sunnah dan bila tidak
ditemukan, ia berijtihad atas dasar Al-Qur’an dan Sunnah

Dalam hal ini, Rasyid Ridha melihat perlu diadaka tafsir modern dari Al-Qur’an yaitu
tafsiran yang sesuai dengan ide-ide yang dicetuskan gurunya, Muhammad Abduh. Ia
menganjurkan kepada Muhammad Abduh supaya menulis tafsir modern. Kuliah-
kuliah tafsir itu dimulai pada tahun 1899 dan keterangan-keterangan yang diberikan
oleh Muhammad Abduh dalam kuliahnya inilah yang kemudian dikenal dengan tafsir
al-Manar
KESIMPULAN

SARAN
Pembaharuan Islam pada masa modern sebenarnya
merupakan hakikat pembaruan yang merujuk kepada makna
kata tajdid(gerakan pembaharuan), tajdid disini Pembaharuan ini perlu dilakukan seluruhnya akibat rapuhnya

mencerminkan suatu tradisi yang berlanjut, yaitu suatu kalangan Muslim untuk menentukan masa depannya. Dan
dalam menerapkan ajaran Islam,umat perlu selektif dalam
upaya menghidupkan kembali keimanan Islam beserta
menerapkan ajaran-ajarannya. Kita sebagai umat muslim
praktik-praktiknya dalam komunitas kaum muslimin, dengan
harus selalu mengedepankan pembaharuannya dan
tujuan pembaharuan Islam untuk mengembalikan semua
memotivasi umat agar bangkit dari keterpuru-kannya yang
bentuk kehidupan keagamaan pada jaman awal Islam sudah begitu lama. Perlu sekali diperhatikan sebab hingga
sebagaimana dipraktikkan pada masa NabiMuhammad Saw saat ini kaum muslim di berbagai dunia telah kehilangan
dan Menjawab tantangan jaman. kemerdekaan dan kemampuan untuk menentukan atau
merancang nasibnya sendiri.
Thank you

20XX SAMPLE FOOTER TEXT 12

Anda mungkin juga menyukai