PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
1. Apa Pengertian pembaharuan dalam islam?
2. Bagaimana Pengertian, Metode Kajian Pemikiran Moderen?
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah runtuhnya bangunan peradaban Islam, perpecahan yang terjadi di tubuh umat
Islam bertambah parah dengan maraknya pemberontakan-pemberontakan terhadap
pemerintahan pusat Islam yang mengakibatkan pudarnya kekuatan politik Islam dan lepasnya
daerah-daerah yang sebelumnya menjadi bagian dari kekuasaan Islam.
Karena lemahnya politik Islam disertai dengan motivasi pencarian daerah baru sebagai
pasar bagi perdagangan di dunia Timur yang sebagian besar penduduknya adalah umat Islam,
Barat, sejak abad ke-16 M. menduduki daerah-daerah yang disinggahinya untuk dijadikan
daerah penjajahan. Spanyol akhirnya menjajah Filipina, Belanda menjajah Indonesia selama
ratusan tahun hingga memasuki abad 20 M. Inggris menjajah India, Malaysia dan sebagian
negara-negara di Afrika dan Perancis menjajah banyak negeri di Afrika.
Karena imperialisme inilah, lahir para pemikir Islam yang berusaha membangunkan
umat Islam dan mengajak mereka untuk bangkit menentang penjajahan, seperti Jamaluddin
Al Afghani dengan ide Pan Islamismenya di India dan Khairuddin Pasya at-Tunisi dengan
konsep negaranya di Tunisia.
b. Kontak dengan modernisme di Barat
Sejak abad 16 M. Barat mengalami suatu babak sejarahnya yang baru, yaitu masa
moderen dengan lahirnya para pemikir moderen yang menyuarakan kemajuan ilmu
pengetahuan dan berhasil menumbangkan kekuasaan gereja (agama). Karena keberhasilannya
inilah dicapai peradaban Barat yang hingga kini masih mendominasi dunia.
Sementara itu, dunia Islam yang pada waktu itu sedang berada dalam kemundurannya,
karena interaksinya dengan modernisme di Barat mulai menyadari pentingnya kemajuan dan
mengilhami mereka untuk memikirkan bagaimana kembali memajukan Islam sebagaimana
yang telah mereka capai di masa sebelumnya sehingga lahirlah para pemikir Islam seperti At
Thahthawi dan Muhammad Abduh di Mesir, Muhammad Ali Pasya di Turki, Khairuddin At
Tunisi di Tunisia dan Sayyid Ahmad Khan di India.
2. Faktor Internal
a. Kemunduran Pemikiran Islam
Kemunduran pemikiran Islam terjadi setelah ditutupnya pintu ijtihad karena pertikaian
yang terjadi antara sesama umat Islam dalam masalah khilafiyah dengan pembatasan
madzhab fikih pada imam yang empat saja, yaitu madzhab Maliki, madzhab Syafi’i, madzhab
Hanafi dan madzhab Hambali. Sementara itu, bidang teologi didominasi oleh pemikiran
Asy’ariah dan bidang tasawwuf didominasi oleh pemikiran imam Al-Ghazali.
Penutupan pintu ijtihad ini telah menimbulkan efek negatif yang sangat besar di mana
umat Islam tak lagi memiliki etos keilmuan yang tinggi dan akal tidak diberdayakan dengan
maksimal sehingga yang dihasilkan oleh umat Islam hanya sekadar pengulangan-
pengulangan tulisan yang telah ada sebelumnya tanpa inovasi-inovasi yang diperlukan sesuai
dengan kemajuan jaman.
Berkenaan dengan kemunduran pemikiran Islam ini, para pemikir Islam di jaman
moderen dengan ide-ide pembaharuannya, menyuarakan pentingnya dibuka kembali pintu
ijtihad.
b. Bercampurnya ajaran Islam dengan unsur-unsur di luarnya.
Selain kemunduran pemikiran Islam, yang menjadi latar belakang lahirnya pemikiran
moderen dalam Islam adalah bercampurnya agama Islam dengan unsur-unsur di luarnya.
Pada masa sebelum abad ke-19 M., umat Islam banyak yang tidak mengenal agamanya
dengan baik sehingga banyak unsur di luar Islam dianggap sebagai agama. Maka
tercampurlah agama Islam dengan unsur-unsur asing yang terwujud dalam bid’ah, khurafat
dan takhayul.
Muhammad Abduh yang dilanjutkan dengan muridnya Muhammad Rasyid Ridha dan
KH. Ahmad Dahlan di Indonesia adalah para pemikir pembaharuan Islam yang penuh
perhatian terhadap pemberantasan takhayul, bid’ah dan khurafat di kalangan umat Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaruan dalam Islam adalah upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan sesuai
dengan perkembangan zaman yang di timbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. ( Aktualisasi dan Kontekstualisasi ajaran Islam ), dengan tidak merubah teks Al
Qur’an dan al Hadits atau ajaran – ajaran bakunya.
Landasan Pembaruan Islam setidaknya ada 3 ( Tiga ), yakni :
1. Landasan Teologis
2. Landasan Normatif
3. Landasan Historis
Faktor Munculnya Pembaruan dalam Islam ada 2 ( dua ), yakni :
1. Faktor Eksternal, meliputi Imperialisasi Barat dan Kontak dengan Modernisasi Barat
2. Faktor Internal, meliputi Kemunduran pemikiran Islam dan Bercampurnya Ajaran Islam
dengan unsur – unsur diluar Islam.
B. Saran
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, karena itu kritik dan
saran sangat diharapkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni, M. Yusran. Pengantar Studi Pemikiran dan Geerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Jakarta: Rajawali, 1998.
Husain Abdullah, Muhammad. Studi dasar-dasar Pemikiran Islam. Bogor: Pustaka Thariqul
Izzah, 2002.
Nata, Abudin,Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. raja Grafindo Persada,2001
Jainuri, Achmad. “Landasan Teologis Gerakan Pembaruan Islam”, dalam Jurnal Ulumul
Qur’an, No. 3. Vol. VI, Tahun 1995.
Sani, Abdul. Perkembangan Modern dalam Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998
Supadie, Didiek Ahmad dan Sarjuni. Pengantar Studi Islam. Jakarta : Rajawali Pers, 2011
1. Zaman Klasik
Filsafat, terutama filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Filsafat
muncul ketika orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk
mencari jawaban atas pertanyaannya.[1]Fenomena ini menimbulkan suatu perubahan dalam
proses berfikir dari mempercayai mitos-mitos yang berkembang ditengah masyarakat
menjadi pemikiran yang lebih masuk akal.
Orang Yunani pertama yang bias diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta.[2] Para filsuf
Miletus mempermasalahkan alam, bukan manusia yang dipermasalahkan. Menurut Thales
azas pemula ini ialah air, yang dalam sifatnya yang bergerak-gerak merupakan azas
kehidupan segala sesuatu.[3] Inilah pemikiran filsuf pada masa itu dan dilanjutkan dengan
pilsuf-pilsuf yang lain seperti Phytagoras, Anaximander, Demokritus, Parmenides dan
Heraklitus. Mereka itu biasanya disebut pilsuf pra Socrates.
Kemudian zaman Socrates (469-399 SM) ditandai dengan kemunculan kaum sofis yang
berarti cendikiawan, atau diartikan dengan orang bayaran. Karena mereka mengajar dengan
mengambil upah dan ini merupakan pekerjaan yang hina pada zaman itu.
Socrates
Menurut Socrates, pengetahuan dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap hal-
hal yang konkret dan beragam corak, namun masih termasuk dalam jenis yang sama. Unsur-
unsur yang berbeda kemudian dihilangkan, sehingga tinggal unsur yang sama dan bersifat
umum sebagai pengetahuan yang sejati. Dengan demikian, Socrates mengemukakan konsep:
“Barangsiapa yang memiliki pengertian sejati, akan memiliki kebajikan (arête) atau
keutamaan moral, sehingga dapat menjadi manusia yang sempurna”
Plato merupakan murid setia Socrates. Titik tolak pemikiran filsafatnya adalah menentukan
mana yang paling benar, pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman atau pengetahuan
indra yang berubah-ubah (Heracleitos) atau pengetahuan yang didapatkan dari akal yang
tetap (Parmenides). Di bidang politik, Plato memperkenalkan konsep penting, yang
menyebutkan di dalam negara ideal terdapat tiga golongan sebagai berikut:
Aristoteles merupakam filsuf yang mengembangkan konsep logika (yang disebutnya sebagai
analitika) dan etika. Di bidang ilmu pengetahuan, Aristoteles membangi ilmu pengetahuan
menjadi:
Dari pemikiran-pemikiran pilsuf diatas bisa diambil ciri-ciri filsafat barat zaman klasik antara
lain :
Filsafat abad pertengahan disebut filsafat skolastik. Kata skolastik berasal dari kata school
yang berarti sekolah. Pada masa ini biasanya disebut masa kegelapan karena pada masa itu
gereja membelenggu kehidupan manusia. Masyarakat tidak lagi diberi kebebasan berfikir
untuk mengembangkan potensinya. Semua hasil pemikiran manusia selalu diawasi oleh
gereja, kalua ada pemikiran yang menyimpang dari gereja , mereka akan mendapatkan
hukuman yang berat.
Awalnya, skolastik timbul di biara-biara tua di Gillia selatan. Pengaruhnya menyabar hingga
ke Irlandia, Nederland, dan Jerman. Selanjutnya, pengaruh skolastik timbul disekolah –
sekolah kapitel, yaitu sekolah yang dikaitkan dengan gereja.
Awal skolastik
Kejayaan skolastik
Akhir skolastik[4]
1. Awal skolastik
1. Agustinus (354-430 M)
Pemikirannya adalah dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada yang
mengendalikan, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama . kebanaran
berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu yang dicipatakan oleh Allah dari yang tidak
ada (creation ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa, dan yang
terpenting adalah cinta pada Tuhan2
Ungkapan yang terkenal dari Santo Anselmus adalah credo ut intelligam(saya percaya agar
saya paham )
2. Kejayaan skolastik(1200-1300)
Pada masa ini bukan hanya filsuf kristiani saja yang berkrmbang tetapi juga pemikiran pada
masa ini dipengaruhi oleh filsuf Islam. Masa ini juga disebut dengan masa berbunga karena
muncul universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan.
Tokoh yang paling terkenal pada masa ini ialah Thomas Aquinas (1225-1274)
Runtuhnya masa skolastik ditandai dengan pemikiran Willism Occam (1285-1349) dengan
tulisan-tulisannya menyerang kekuasaan gereja dan teologi Kristen. William Occam merasa
membela agama dengan menceraikan ilmu dari teologi. Tuhan harus diterima atas dasar
keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat
mendeostrasikan[6].
D. Zaman Modern
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme
semakin kuat.Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan
berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16
atau pada akhir masa Renaissance.Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa
Modern.Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan
tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai
kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani–
Romawi.Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani.Di bidang Filsafat,
terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik.Aliran-aliran dari Plato dan mazhab
Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan.Pada masa Renaissance ini tidak
menghasilkan karya-karya yang penting.
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan periode
dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah
pemikiran filosofis Barat.Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka.
Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun
tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang
sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode,
yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung), dan zaman
Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.
Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan
ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-
1519),NicolausCopernicus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo
Galilei(1564-1643).[1] Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang
meletakkan dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia
merupakan bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk
menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.
Pada masa filsafat modern ini terdapat beberapa aliran yang berkembang pada masa itu,
diantaranya yaitu:
1. Idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri
atas roh-roh (sukma) atau jiwa.ide-ide dan pikiran atau yangsejenis dengan itu.Aliran ini
merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangansejarah pikiran manusia..
2. Materialisme
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada
selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-
mana.Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui
adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat.Pada masa ini,
kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme.
3. Dualisme
Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam
hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing
bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan
kehidupan dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini
adalah terdapat dalam diri manusia.
4. Empirisme
5. Rasionalisme
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide
yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
6.Fenomenalisme
7. Intusionalisme
Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi
(naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.Intuisi termasuk salah satu
kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran.Jadi Intuisi adalah non-analitik dan
tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan
perasaan.
E. KESIMPULAN
Filsafat barat muncul di Yunani pada abad ke 7 SM. Kemunculannya ditandai dengan
perubahan pola pikir dari mitos-mitos ke pola pikir yang lebih rasional. Filsafat di Yunani
muncul di kota Mileta. Tokoh-tokoh filsafat yang paling terkenal ialah Socrates, Plato dan
Aristoteles.
Sejarah filsafat abad pertengahan ditandai dengan pengaruh doktrin gereja yang sangat besar
pada waktu itu. Pemikiran harus sesuai dengan ajaran kristiani, kalau menyeleweng maka
bisa dianggap murtad dari agama.
masa modern merupakan periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan
dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis Barat.Filsafat Barat menjadi penggung
perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang
khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan
pragmatis, ada juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam
tiga zaman atau periode, yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi
(Aufklarung), dan zaman Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.
DAFTAR PUSTAKA
Mukkhtar Latif, Orientasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2014)
konrad kebung, filsafat ilmu pengetahuan,(Jakarta : PT. Prestasi Putra Karya, 2016)
http://amiie23new.blogspot.co.id/2012/11/filsafat-skolastik.html
[1] Mukkhtar Latif, Orientasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2014), hal. 45.
[2] Ibid.
[5] ibid
A. Periode Modern
Filsafat Islam/Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.
Sebuah ciri khas Filsafat Islam/Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama.
Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad
Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama.
Nama-nama beberapa filsuf: Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu
Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila
dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu,
melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai
perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan
subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang
kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman
modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan
pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani,
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. [1]
Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa
tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang
memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang
dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai
manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan
berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad ini
lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada
rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empiri.
Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah
dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17
adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya.
Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal,
bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat dijelaskan,
semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.
Keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada
perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang
bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap norma-norma yang
bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan
dan serta semua anggapan yang tidak rasional.
Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang
lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap
akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk
menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat tinggi. Corak
berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat dikenal dengan nama
aliran rasionalisme.[2]
Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene Descartes
(1595-1650). Tokoh rasionalisme lainnya adalah Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottfried
Wilhelm Leibniz (1646-1716). Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut
Bertrand Russel, kata “Bapak” pantas diberikan kepada Descartes karena dialah orang
pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri
sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad
pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa
dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang
lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat
lamban dan banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan
agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan dari
dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat
yang berbasis pada akal.
B. Periode Kontemporer
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi
falsafi orang Yunani kuno. Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel
Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan
Jean-Paul Sartre.
Filsafat Barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari filsafat
modern, hal ini dapat terungkap dalam istilah dekonstruksi, yang didekonstruksi oleh filsafat
kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk membangun seluruh isi
kebudayaan dunia barat. Tokoh-tokoh besar banyak bermunculan pada abad XX ini seperti
Arkoun, Derrida, Foucault, Wittgenstein. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya
Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Nietzsche adalah tokoh pertama
yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pendewaan rasio pada
tahun 1880an.[3]
Jadi menurut tokoh pertama filsafat dekontruksi adalah Nietzsche. Dengan alasan
pada tahun 1880an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di ambang
kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, kemudian baru tahun 1990 Capra juga
mengatakan demikian.[4]
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir karena ia
Filsafat yang keliru dan juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi
hancur. Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan
kelemahan manusia modern. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seluruh
nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga
manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak keterkaitan antara
substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya
manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya lahirlah
trauma kejiwaan dan ketidak stabilan hidup.
Perlu diingat Filsafat Barat Kontemporer sangat Heterogen, karena profesionalisme
yang semakin besar akibatnya muncul banyak filsuf yang ahli di bidang Matematika, Fisika,
Psikologi, Sosiologi ataupun Ekonomi. Sehingga banyak pemikiran lama dihidupkan kembali
seperti neothomisme, neokantianisme.
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan),
tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta
pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama
memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap
cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras
mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia.
Tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun
menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan
adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup
keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan
pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam
arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang
diinginkannya. ”Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Orang yang berfilsafat dinamakan filosof dapat diumpamakan sebagai seseorang
yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat
dirinya dalam kemestaan alam, karakteristiknya berfikir filsafat yang pertama adalah
menyeluruh, yang kedua mendasar. [5]Filsafat pada abad Yunani Klasik atau biasa disebut
filsafat kuno senantiasa membahas tentang kosmologi yaitu terbentuknya alam semesta dari
mana mereka berasal. selanjutnya filsafat abad pertengahan atau biasa disebut dengan
skolastik sangat berbeda dengan pemikiran sebelumnya hal ini disebabkan karena rumpun
bangsa yang berfilsafat sangat berbeda, dalam filsafat abad pertengahan ini manusia mencoba
mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal dengan apa yang diketahuinya
dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan dunia kristen yang rangkap, dimana
iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya masing-masing, semakin lama doktrin
kristen makin membelenggu kehidupan manusia di jaman itu sehingga semakin membatas.
Selanjutnya dalam perjalanan sejarah filsafat barat menunjukkan bahwa makin lama
filsafat itu makin terpecah-pecah menjadi filsafat jerman, filsafat Prancis, filsafat Inggris,
Filsafat Amerika dan filsafat Rusia. mereka mengikuti jalannya sendiri-sendiri masing-
masing membentuk kepribadian dengan caranya sendiri sekalipun demikian mereka tetap
menampakkan suatu kesatuan. Sebab bermacam-macam pemikiran yang dikemukakan pada
bangsa itu sebenarnya hanya mewujudkan aspek yang bermacam-macam dari satu
keadaban.[6]
Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern
yang menggunakan keuniversalitasan kebenaran tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah
satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas
dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern
yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme
filsafat modern yang berusaha menjadikan rasio sebagai instrumen utama, perkembangan
Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat dekonstruksi.
Misbah, Yadzi. 1993. Jelajah Hakikat Pemikiran Islam/Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-modern-dan-pembentukannya-renaisans
Ahmad. 2007. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.