- Contoh-contohnya :
Alquran misalnya mendorong umatnya agar menguasai pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan
modern serta tekhnologi secara seimbang: hidup bersatu, rukun dan damai sebagai suatu keluarga
besar: bersikap dinamis, kreatif, inovatif, demokratis, terbuka, menghargai pendapat orang lain,
menghargai waktu, menyukai kebersihan, dan lain sebagainya. Namun kenyataan umatnya
menunjukan keadaan yang berbeda. Sebagian besar umat Islam hanya menguasai pengetahuan agama
sedangkan ilmu pengetahuan modern tidak dikuasainya bahkan dimusuhinya; hidup dalam keadaan
penuh pertentangan dan peperangan, satu dan lainnya saling bermusuhan, statis, memandang cukup
apa yang ada, tidak ada kehendak untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi kerja, bersikap
diktator, kurang menghargai waktu, kurang terbuka dan lain sebagainya.
Sikap dan pandangan hidup seperti ini jelas tidak sejalan dengan ajaran Alquran dan Al-Sunnah, dan
hal demikian harus diperbarui dengan jalan kembali kepada dua sumber ajaran Islam yang utama itu.
Dengan demikian, maka pembaruan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan
hidup umat agar sejalan dengan petunjuk Alquran dan Al-Sunnah.
Untuk mendukung contoh-contoh tersebut di atas, Harun Nasution dalam bukunya
berjudul Pembaharuan dalam Islam telah banyak mengemukakan ide-ide pembaruan dalam Islam
dengan maksud sepert diungkapkan di atas. Muhammad Abduh, salah seorang pembaharu di Mesir,
sebagaimana dikemukakan Harun Nasution, misalnya, mengemukakan ide-ide pemabaruan antara lain
dengan cara menghilangkan bid’ah yang teradapat dalam ajaran Islam, kembali kepada ajaran Islam
yang sebenarnya, dibuka kembali pintu ijtihad, menghargai pendapat akal, dan menghilangkan sikap
dualisme dalam bidang pendidikan.[9]
Sementara itu, Sayyid Ahmad Khan, salah seorang tokoh pembaharu dari India, berpendapat bahwa
untuk mencapai kemajuan perlu meninggalkan paham teologi jabariah (fatalism) diganti dengan
paham qadariah (free will dan free act), perlu percaya bahwa hukum alam dengan wahyu yang ada
dalam Alquran tidak bertentangan, karena kedua-duanya berasal dari Tuhan, dan perlu dihilangkan
paham taklid diganti dengan paham ijtihad.[10] Beberapa ajaran Islam (bidang muamalah) pada
masa awal perkembangannya juga berada dalam kondisi aktual. Tetapi, dengan terjadinya
pergeseran situasi dan kondisi, maka ajaran-ajaran itu telah banyak berubah. Oleh karena itu,
untuk mengaktualisasikan ia harus dikembalikan kepada kondisi awalnya dengan
mengadakan interprestasi baru. Contoh lain, “memperbarui janji”. Pada waktu pertama kali
janji itu diikrarkan ia berada dalam kondisi baru, tetapi karena mengalami waktu yang
panjang, maka janji itu menjadi usang, dan untuk memperbaruinya lagi ia diikrarkan kembali.
Footnoot:
[1] Lihat, Abi al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’zam Maqayis al-Lughah, Dar al-
Fikr li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, Bairut, 1979, juz I, hlm. 306
[2] Lihat, Rifyal Ka’bah dan Busthami Sa’ad, Reaktualisasi Ajaran Islam, (Pembaharuan
Agama visi Modernis dan Pembaharuan Agama visi Salaf), Minaret, Jakarta, 1987, hlm. 50
[3] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta,
Bulan Bintang, 1975, cet. I, hlm. 11
[4] Pernyataan al-Qumi diatas dikutip oleh, Muhammad ‘Abd al-Rauf al-Mannawi, Faidh al-
Qadir bi Syarh al-Jami’ al-Shagir, Dar al-Fikr, Bairut, 1972, hlm. 52
[5] Pernyataan al-Qari tersebut diatas dikutip oleh, Abi Thayyib Muhammad Syam al-Haq al-
‘Azhim Abadi, ‘Aun al-Ba’dud Syarh Sunnah Abi Dawud, Dar al-Fikr, Bairut, 1972, Juz XI, hlm. 396.
[6] Harun Nasution, Op.,Cit., hlm. 10
[7] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm.
379
[8] Ibid.
[9] Harun Nasution, Op.,Cit., hlm. 57
[10] Ibid., hlm. 172
Diposting oleh Al Fitri J Chaniago di Sabtu, Oktober 22, 2011