Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah : PPMDI

1. Pengertian landasan Normati serta Pembaharuan dalam Islam


Landasan dapat diartikan sebagai alas, dasar atau tumpua landasan dapat diartikan
sebagai alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal suatu titik tumpu atau titik tolak dari
suatu hal atau suatu tempat berdirinya sesuatu hal. Sementara itu normati secara
leksikal berarti berpegang teguh pada norma menurut norma atau kaidah yang
berlaku. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa landasan normatif
merupakan pijakan yang mengandung norma dimana didalamnya terikat dengan
kaidah-kaidahyang sudah berlaku. pada masa lalu, terdapat satu peristiwa
yangmemperlihatkan bahwa barat lebih maju daripada Islam, hal ini memacur
angsangan berpikir bagi kaum elite muslim untuk melakukan pembaharuan.

Pembaharuan identik dengan kata modern, modernisasi, danmodernisme, yang


dalam masyarakat barat mengandung arti fikiran,gerakan dan usaha untuk merubah
faham-faham, adat-istiadat dansebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru
yang ditimbulkan olehkamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.dalam
bahasa Arab, gerakan pembaharuan islam disebut tajdad,secara harfiah tajdad berarti
pembaharuan yang mana secara bahasa berarti mengembali kan sesuatu kepada
kondisi yang seharusnya dan pelakunyadisebut mujaddid dimana kedua hubungan
tersebut melakukan upaya-upayauntuk menyesuaikan paham keagamaan islam
dengan perkembangan baruyang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi moderndengan berdasarkan pada ide-ide rasionalisme, nasionalisme, dan
demokrasi
Selain itu pembaharuan islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar
mengikuti ajaran yang terdapat didalam Al-Qur'an
Tahapan gerakan Pembaharuan dalam islam'
a. Revalisme pramodernis (premodernism revalisme) atau disebut juga revalis awal
(early revalish). Model gerakan ini timbul sebagai reaksi atas merosotnya
moralitas kaum muslim yang dimana pada saat itu masyarakat islam diliputi oleh
kebekuan pemikiran karena terperangkap dalam pola tradisi yang sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Dasar yang kelak juga dijadikan slogan
gerakan adalah kembalike pada al-qur'an dan Sunnah Nabi Saw. Ciri pertama yang
menandaigerakan ini adalah perhatian yang lebih mendalam dan saksama untuk
melakukan transormasi yang menuntut adanya dasar-dasar yang kuat, baik dari
segi argumentasi maupun kultural secara mendasar guna mengatasi kemunduran
moral dan sosial masyarakat islam. Ciri lain gerakan ini, adalah digunakannya
konsep jihad dengan sangat bergairah.
b. Modernisme klasi di sini pembaharuan islam termanifestasikan dalam
pembaharuan lembaga-lembaga pendidikan yang didasariargumentasi bahwa
lembaga pendidikan merupakan media yang paling efektif untuk
mensosialisasikan gagasan-gagasan baru dan media untuk mencetak generasi
baru yang berwawasan luas dan rasional dalammemahami agama sehingga
mampu menghadapi tantangan zaman

c. Revalisme pascamodernis (posmodernist revalis), atau disebut juga neorevivalist


(new revivalist) ide-ide barat, terutama di bidangsosial politik, sistem politik,
maupun ekonomi, dikemas dengan istilah-istilah islam. Sejalan dengan itu, pada
tahap ini muncul pandangandikalangan muslim, bahwa islam di samping
merupakan agama yang bersifat total, juga mengandung wawasan-wawasan,
nilai-nilai dan petunjuk yang bersifat langgeng dan komplit meliputi semua
bidangkehidupan. Tak heran jika salah satu corak tahap ini adalahmemperlihatkan
sikap apologi yang berlebihan terhadap islam dan ajaran-ajarannya tulisan atau
pembicaraan

d. Neomodernisme. Tahap ini sebenarnya masih dalam proses pencarian bentuknya.


Meskipun demikian, Fazlur Rahman sebagai pengibar bendera neomodernisme
menegaskan bahwa gerakan inidilancarkan berdasarkan krtik terhadap gerakan-
gerakan terdahulu.menurut Fazlur Rahman, gerakan-gerakan terdahulu hanya
mengatasitantangan barat secara satu kasus tertentu saja. Karena mengambil
begitusaja istilah barat dan kemudian mengemasnya dengan simbol-simbol islam
tanpa disertai sikap kritis terhadap barat dan warisan islam.dengan sikap kritis,
baik terhadap barat maupun warisan islam sendiri,maka kaum muslim akan
menemukan solusi bagi masa depannya.

2. Pada awalnya wilayah Turki dikuasai oleh Kekaisaran Romawi Timur, sebuah kerajaan
pada masa awal abad Masehi. Kerajaan Bizantium ini dikuasai oleh kerajaan Romawi
selama kurang lebih 4 abad.
Pada tahun 395 Kekaisaran Romawi terpecah dua, Romawi Barat dan Romawi Timur.
Kemudian di tangan kerajaan Romawi timur, Bizantium itu kemudian diubah namanya
menjadi Konstantinopel dan dijadikan ibu kota. Sebaliknya Romawi Barat kala itu jatuh
ke kekuasaan barbar (Goth) sekitar tahun 476 M.
Kemudian pada abad ke dua belas, wilayah Konstantinopel ini kemudian dikuasai oleh
Kesultanan Utsmaniyah. Yang pada saat penaklukannya itu dipimpin oleh Muhammad
al-Fatih. dan menurut sejarah pada masa raja inilah masa keemasan Kerajaan Turki
Ottoman karena ditopang oleh rasa keagamaan Islam yang kental. Istanbul kemudian
menjadi ibu kota Turki Usmani.
Era Utsmaniyah
Sunting Pada tahun 1453 saat Kesultanan Utsmaniyah mulai berkuasa di Turki, Islam
makin dominan di Turki. Gereja-gereja di Turki yang merupakan peningalan Bizantium
termasuk Hagia Sophia banyak diubah menjadi masjid. Islam menjadi sangat dominan
hingga tahun 1920an

Era modern
Saat Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan diteruskan oleh Republik Turki pada 1923,
Islam menjadi sedikit mundur karena perubahan Turki dari kesultanan menjadi negera
sekuler.

Efek lainnya adalah dimulainya penggunaan Kalender Masehi seperti di negara-negara


Barat ketimbang Kalender Hijriyah, dan penggunaan kata Tanrı ketimbang Allah.
Kemudian Hagia Sophia yang diubah lagi menjadi museum, pelarangan pengajaran
agama Islam, dan pembatasan jumlah masjid.

Pada masa Reformasi Turki pada 1945, setelah peringanan kontrol politik otoriter pada
tahun 1946, banyak orang mulai memanggil secara terbuka untuk kembali ke praktik
keagamaan tradisional. Selama tahun 1950-an, bahkan pemimpin politik tertentu
merasa bijaksana untuk bergabung dalam advokasi para pemimpin agama untuk
menghormati agama. Para reintroduksi agama ke dalam kurikulum sekolah
mengangkat masalah pendidikan tinggi agama. Para elit sekuler, yang cenderung tidak
percaya para pemimpin agama tradisional, percaya bahwa Islam bisa "direformasi" jika
pemimpin masa depan telah dilatih dalam seminari yang dikontrol pemerintah. Untuk
mewujudkan tujuan ini, pemerintah pada tahun 1949 mendirikan sebuah fakultas
keilahian di Universitas Ankara untuk melatih guru Islam dan imam. Pada tahun 1951
pemerintah mendirikan Partai Demokrat sekolah menengah khusus (imam hatip
okulları) untuk pelatihan imam dan pendeta. Awalnya, sekolah imam hatip tumbuh
sangat lambat, tetapi jumlah mereka berkembang pesat menjadi lebih dari 250 pada
tahun 1970-an, ketika pro-Islam Partai Keselamatan Nasional berpartisipasi dalam
pemerintahan koalisi. Setelah kudeta 1980, militer, meskipun sekuler dalam orientasi,
agama dilihat sebagai cara yang efektif untuk melawan ide-ide sosialis dan dengan
demikian dasar pembangunan sembilan puluh imam hatip lebih sekolah tinggi.

Selama tahun 1970-an dan 1980-an, Islam mengalami semacam rehabilitasi politik
karena para pemimpin sekuler kanan-tengah menganggap agama sebagai benteng
potensi dalam perjuangan ideologis mereka dengan pemimpin sekuler kiri-tengah.
Sebuah kelompok advokasi kecil yang menjadi sangat berpengaruh adalah Hearth
Cendekiawan, sebuah organisasi yang menyatakan bahwa budaya Turki benar
merupakan sintesis tradisi Turki 'pra-Islam dan Islam. Menurut Hearth, Islam tidak
hanya merupakan suatu aspek penting dari budaya Turki tetapi adalah kekuatan yang
dapat diatur oleh negara untuk membantu mensosialisasikan orang-orang untuk
menjadi patuh warga sepakat untuk tatanan sekuler secara keseluruhan. Setelah
kudeta militer 1980, banyak usulan Hearth untuk restrukturisasi sekolah, perguruan
tinggi, dan penyiaran negara diadopsi. Hasilnya adalah pembersihan dari lembaga-
lembaga negara lebih dari 2.000 intelektual dirasakan sebagai mengemban ide-ide kiri
tidak sesuai dengan visi Hearth tentang kebudayaan nasional Turki.

Meskipun tarikah (istilah ini kadang-kadang dapat digunakan untuk mengacu pada
setiap 'kelompok atau sekte' yang beberapa di antaranya bahkan mungkin tidak
Muslim) telah memainkan peran mani dalam kebangkitan agama Turki dan di
pertengahan 1990-an masih terbit beberapa negara yang paling beredar luas jurnal
keagamaan dan surat kabar, sebuah fenomena baru, İslamcı aydın (intelektual Islam)
yang tidak berafiliasi dengan perintah Sufi tradisional, muncul selama tahun 1980-an.
Para penulis produktif dan populer seperti Ali Bulaç, Rasim Özdenören, dan İsmet Özel
mengambil dari pengetahuan mereka tentang filsafat Barat, sosiologi Marxis, dan teori
politik Islam radikal untuk melakukan advokasi perspektif Islam modern yang tidak
ragu-ragu untuk mengkritik penyakit masyarakat asli sedangkan secara bersamaan
tetap setia kepada nilai-nilai etika dan dimensi spiritual agama. Intelektual Islam
mengkritik keras para intelektual sekuler Turki, yang mereka salahkan karena mencoba
melakukan di Turki apa yang dilakukan oleh para intelektual Barat di Eropa:
menggantikan materialisme duniawi, dalam versi kapitalis atau sosialis, untuk nilai-
nilai agama.

Pengaruh Mustafa Kamal Ataturk dan sekularisasi di Turki,Setelah diadakan penelitian,


maka ditemukan fakta bahwa pemikiran sekularisme Mustafa Kemal Attaturk memiliki
dampak positif dan negatif terhadap umat Islam dalam perkembangan Turki modern.
Dampak positif dapat dilihat ketika Mustafa Kemal telah meninggal, umat Islam
perlahan-lahan mulai mendapatkan toleransi dalam menjalankan praktek keagamaan.
Dan juga umat Islam mulai menunjukkan perkembangan dalam bidang politik dengan
membentuk partai-partai politik yang berhaluan Islam. Meskipun umat Islam mulai
menunjukkan kemajuan, pemikiran sekularisme Mustafa Kemal Attaturk juga
berdampak Negatif terhadap Umat Islam. Hal ini dapat dilihat ketika munculnya
pengikut-pengikut Ideologi Kemalis yang sangat mempertahankan ideologi sekuler
Kemalis. Meskipun Mustafa Kemal telah meninggal, militer merupakan garda terdepan
dalam melindungi ideologi Kemalis. Setiap munculnya gerakan-gerakan ataupun partai
yang berhaluan Islam, militer langsung turun tangan untuk menumpasnya dengan
alasan akan merusak ideology Kemalis

3. Pemikiran Muhammad Abduh tentang modernisasi


Hal yang melatarbelakangi munculnya pembaruan pendidikan Islam ini adalah adanya
situasi sosial keagamaan masyarakat Mesir yang pada masa itu penuh akan bid’ah,
taqlid, khurafat, dan pemikiran yang cenderung statis. Abduh menilai penyebab
keterbelakangan masyarakat Mesir ini paling menyayat hati ialah hilangnya tradisi
intelektual, yang artinya kebebasan berpikir.

Sistem pendidikan yang ada saat itu melatarbelakangi modernisasi pendidikan


Muhammad Abduh. Sebelum itu, yang menggagas pembaruan pendidikan di Mesir
adalah Muhammad Ali. Tetapi dia hanya menekankan pada perkembangan intelektual
serta hanya memberikan 2 tipe pendidikan. Untuk model pertama adalah sekolah
modern dan yang kedua adalah sekolah agama.

Masing-masing sekolah ini mengurus kegiatannya sendiri. Di sekolah agama tidak


memberikan pelajaran seperti ilmu modern yang asalnya dari dunia barat sehingga
akibatnya perkembangan intelektual tiap siswanya berkurang. Lalu di sekolah modern
diberikan ilmu pengetahuan Barat tetapi tidak memberikan pelajaran agama di
dalamnya.

Menurut Abduh ada berbagai masalah yang ia temukan di kenyataan yang


menyimpang dan menjadi penyebab mundurnya umat Islam. Karena itu, Abduh
mengemukakan yang harus dilakukan guna menghadapi masalah itu ialah tajdid al-
Fahm yang artinya memperbarui pemahaman kita tentang Islam. Modernisasi yang
dilakukan oleh Muhammad Abduh tentang pendidikan Islam adalah mengungkapkan
tujuan pendidikan, menghubungkan antara tujuan yang satu dengan yang lain, seperti
tujuan akhir pendidikan didasarkan kepada tujuan dibangunnya suatu
sekolah/madrasah.

Kemudian Abduh juga mengemukakan tentang kurikulum di sekolah yang terdiri dari :
(a) Untuk tingkat sekolah dasar, membaca, menghitung, menulis, dan pelajaran agama
dengan memberikan materi aqidah, akhlak, fiqh, dan sejarah Islam, (b) Untuk tingkat
menengah : manthiq dan dasar penalaran, (c) Untuk tingkat atas : tafsir, hadist,
bahasa,dll. Selanjutnya Abduh juga memberikan metode pengajaran. Abduh lebih
menekankan pada pemahaman para murid atau siswa di setiap pelajaran yang
diberikan. Ia senantiasa mengingatkan ke para guru agar tidak mengajar siswa dengan
metode hafalan. Karena, alasannya akan merusak daya nalar.

4. K.H. Hasyim Asy’ari (Hadratussyekh) sendiri tidak hanya terkenal sebagai “muasas”
terbentuknya ponpes Tebu Ireng dan organisasi Nahdathul Ulama. Tapi ia juga terkenal
sebagai Kyai yang mampu membangun pesantrennya sekaligus memiliki andil dalam
peran politik kenegaraan. Beliau lahir di Jombang pada 14 Februari 1871 dan
meninggal pada 21 Juli 1994 di usianya yang menginjak 76 tahun.
Kyai Hasyim tidak hanya dihormati karena keteguhan pendiriannya, tetapi beliau juga
dihormati sebagai seorang patriot yang mencintai tanah airnya. Ia tanpa kenal lelah
mendidik santri-santrinya menjadi ahli agama sekaligus pejuang bangsa untuk merebut
kedaulatan dan kemerdekaan tumpah darahnya. Beliau bukan hanya melawan
kolonialisme dalam arti militer, tetapi juga kolonialisme kultural.

Ide dan Gagasan NU (Nahdlatul Ulama).


Ide dari lahirnya NU sendiri adalah sebagai organisasi Islam yang berupaya untuk
menyelamatkan paham ahlu sunnah wal jama’ah, yang sudah ada sejak zaman Nabi
dari sabotase para kaum pembaharu yang berhaluan Wahabi. Dalam menerapkan
prinsip dasar organisasi, Kyai Hasyim merumuskan kitab al-Qanun al-asasi li Jam’aiyati
Nahhdlatul al-Ulama (Prinsip Dasar NU) dan kitab Risalah Ahlisunnah wal Jama’ah.
Kedua kitab tersebut dirumuskanlah Khittah NU, yang dijadikan rujukan masyarakat
NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Menurut Wahid Hasyim, NU merupakan suatu perhimpunan orang tua yang bergerak
dengan lamban, tak terasa serta tak radikal dan revolusioner. Wahid Hasyim juga
melihat Nahdathul Ulama sangat miskin kaum terpelajar. Dan sangat sulit menemukan
akademisi di kalangan NU.

Sebagai organisasi islam berbasis tradisional, Nahdathul Ulama terlihat terlalu disiplin
dalam masalah agama dan moral. Tuntutan kepada anggotanya sepaya berdisiplin
menjalankan kewajiban agama dianggap menjadi momok yang menghalangi, terutama
pemuda untuk masuk Nahdathul Ulama.

Djohan Effendi menegaskan bahwa NU merupakan organisasi Ulama tradisional yang


tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pesantren, mengingat sebagian besar pendiri
dan pendukungnya adalah para Kiyai-kiyai pesantren. Sejak awal berdirinya, NU sudah
menempati posisi sentral dan memainkan peranan yang penting dalam kalangan
masyarakat santri, terutama bagian pedesaan.

Kebangkitan Kesadaran Beragama


Mereka menunjukkan kemampuan membangkitkan kesadaran beragama di kalangan
umat Islam dan juga memperhatikan kesadaran komitmen dalam kehidupan umat
Islam. salah satu wadah untuk membangun kekuatan yang lebih besar di kalangan
umat Islam pada umumnya dan para alim ulama pada khususnya.

Sesuai dengan namanya NU atau Kebangkitan Ulama adalah organisasi yang


memfokuskan dakwahnya dalam pendidikan keagamaan dan tegaknya nilai-nilai Islam
di Tanah Air Tercinta.
Ulama sendiri merupakan pemimpin umat yang selalu berada di garis depan
memperjuangkan hak-hak mereka dan meningkatkan wawasan keilmuan mereka.
Maka dari itu timbulnya organisasi yang mewadahi ulama merupakan keniscayaan.
Maka, lahirlah organisasi tersebut dengan persetujuan beberapa ulama dari berbagai
daerah.

Pembentukan NU (Kebangkitan Ulama) sendiri setidaknya memiliki empat motif dalam


pendiriannya. Motif yang pokok yang mendasari gerakan NU ini adalah motif
keagamaan sebagai jihad fii sabilillah. Kedua adalah tanggung jawab dalam
pengembangan pemikiran keagamaan yang ditandai dengan usaha pelestarian
madzhab ahlussunnah wal jama’ah.

Ketiga adalah dorongan untuk mengembangkan masyarakat melalui kegiatan


pendidikan, sosial, dan ekonomi. Hal ini ditandai dengan terbentuknya Nahdathul
Wathan, Tasywirul Afkar dan Ta’mirul Masajid. Motif yang terakhir adalah motif politik
yang ditandai dengan semangat Nasionalisme serta obsesi mengenai hari depan negeri
merdeka bagi umat Islam

Anda mungkin juga menyukai