Serangkai
Assalamu’alaikum, wr. wb
Syukur
kata
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, Pemilik semesta Alam juga makhluk seisi Dunia.
Shalawat dan salam yang terangkai kita persembahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah
SAW. Yang terhormat kepada dosen pembimbing kita Dr. Husaini, M.Ag yang telah membimbing kami
semua dan bapak/ibu teman-teman unit 3 MPI semua, terima kasih atas dukungan dan semangat
motivasinya sehingga selesailah Makalah yang berjudul : PEMBAHARUAN DALAM ISLAM SUATU
PERBANDINGAN ANTARA MESIR, INDIA, DAN TURKI yang akan kami sajikan untuk bahan
diskusi Mata Kuliah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, dan semoga makalah ini menjadi
tambahn ilmu bagi para pembaca semua.
Sekian
Wassaalam
Sekilas
diri
Pendudukan Mesir oleh Napoleon tahun 1798 M merupakan peristiwa sejarah yang menjadi pangkal
kesadaran umat Islam akan kelemahan sistem peradaban dan pentingnya pembaharuan dalam segala aspek
kehidupan masyarakat Islam. Invansi terhadap Mesir yang diikuti dominasi Inggris atas India dan kehancuran
Turki sebagai akibat peperangan besar antara Tsar Rusia dan Persia mengakibaatkan jatuhnya beberapa
wilayah Islam ke tangan Barat.
Dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa-bangsa Eropa
sebagaimana disebutkan di atas, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan Islam,
antara lain: (1) pola pembaharuan yang berorientasi pada peradaban Barat; (2) pola pembaharuan yang
berorientasi pada sumber Islam murni; dan (3) pola pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembaharuan dalam Islam
Secara etimologi, kata ‘pembaruan’ dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah tajdîd, memiliki makna antara
lain; proses, cara, perbuatan membarui. Sedangkan menurut Harun Nasution pembaharuan merupakan arti dari at-
Tajdid dalam bahasa Arab sebagai perkembangan modernisme yang terjadi di dunia Barat akibat perkembangan
baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Dalam kamus Oxford pembaharuan dikenal dengan istilah resurgence diartikan sebagai kegiatan yang
muncul kembali. Pengertian ini mengandung tiga hal:
1. Suatu pandangan dari dalam ”dimana suatu cara kaum muslimin melihat bertambahnya dampak agama diantara
para penganutnya.
2. Kebangkitan kembali” menunjukan bahwa keadaan tersebut telah terjadi sebelumnya.
3. Kebangkitan kembali sebagai suatu konsep” mengandung paham tentang suatu tantangan, bahkan suatu
ancaman terhadap pengikut pandangan-pandangan lain penjajahan bangsa barat atas dunia Islam.
Tajdid dapat dilihat dari sebuah hadits Rasulullah saw yang menegaskan tentang kemungkinan itu, beliau
berkata : “Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun orang yang
akan melakukan tajdid terhadap agamanya” ( HR. Abu Daud, No. 3740 ).
Tajdid di sini tentu bukanlah mengganti atau mengubah agama, akan tetapi maksudnya adalah
mengembalikannya seperti sediakala dan memurnikannya dari berbagai kebatilan yang menempel padanya
disebabkan hawa nafsu manusia sepanjang zaman, memberikan jawaban kepada era kontemporer sesuai
dengan Syariat Allah Ta’ala tentang hal-hal yang mustahdatsat (persoalan-persoalan baru) yang kontemporer.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan Islam bukanlah sesuatu yang
evolutioner melainkan lebih cenderung devolusioner, dengan artian bahwa pembaharuan bukan merupakan
proses perkembangan bertahap dimana yang datang kemudian lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan Pembaharuan dalam Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama
atau konsep asalnya dipahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat
pada masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan aslinya. Disini
bukan perubahan yang terjadi, tetapi peragaman makna dan penafsiran. Disamping itu, tajdid
ini bisa berarti memperbaharui ingatan orang yang telah melupakan ajaran agama Islam yang
benar, dengan memberi penjelasan dan argumentasi-argumentasi baru sehingga meyakinkan
orang yang tadinya ragu dan meluruskan kekeliruan atau kesalahpahaman mereka yang keliru
dan salah paham.
Pembaharuan di Mesir
Selain itu, pola pembaharuan Sayyid Ahmad Khan dari India ini juga
dikategorikan berorientasi pada Barat. Sebab dia mencoba mendirikan
pendidikan berdasarkan model Barat untuk memperbaiki kaum muslim
di bawah kekuasaan Inggris. Walau demikian, dia juga seorang
modernis dalam interpretasinya terhadap Al-Quran dan ajaran wahyu
Islam
Analisis Pembaharuan di Turki, Mesir, dan India apabila diuraikan dalam bentuk table dapat
disajikan sebagaimana berikut: