Pembimbing:
Oleh:
SMF OBGYN
FAKULTAS KEDOKTERAN
KATA PENGANTAR
penulis maupun pembaca. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, terutama
kepada Dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG, selaku dokter pembimbing yang telah
makalah ini.
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai “ Atonia Uteri” adalah agar kita dapat mengetahui apa itu atonia
uteri dan bagaimana cara penatalaksanaan pada atonia uteri. Makalah ini
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. A
Usia : 30 tahun
B. Anamnesis
2. RPS:
plasenta karena plasenta lahir lengkap, tidak ada laserasi jalan lahir
3. RPD :
4. RPK :
5. RPSos: pasien adalah seorang ibu rumah tangga, merokok (-), sering
Menarche : 12 th
Lama : 5 hari
HPHT : lupa
7. R. Perkawinan :
Menikah : 1 Kali
Lama : 1 tahun
9. Riwayat KB : -
C. Pemeriksaan Fisik
T: 70/40 mmhg,
T.aksila : 36,5 C
BB : 49 kg
TB : 143 cm
Head to toe :
1. Kepala/Leher :
a/i/c/d +/-/-/-, Tonsil hiperemi (-); Faring hiperemi (-), Lidah kotor (-),
nyeri tekan (-), hiperemi (-), Pembesaran KGB (-), JVP dbn.
2. Thorax :
gallop (-)
3. Abdomen:
(-)
- P = redup
- A = BU (+) N
4. Extremitas :
- Edema ekstremitas (-), CRT > 2 detik, ikterik (-), Spoon nail (-),
5. Status ginekologi:
konsistensi lunak
- CD: dbn
D. Pemeriksaan Penunjang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini
merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan bisa
terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri
syok hipovolemik.
Diagnosis atonia uteri yaitu bila setelah bayi dan placenta lahir
ternyata pendarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
b. Kehamilan gemelli
5) Infeksi intrapartum
8) Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
1) Perdarahan pervaginam
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
darah
c. Pucat
2.5 Diagnosis
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat
itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari
2.6 Tatalaksana
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai
sesarea, partus buatan yang sulit) atau bila kondisi pasien lebih
dikeluarkan.
intramyometrial
terjadi DIC yang ditandai dengan kadar fibrinogen <1 gr/dl (10
gr/L).
ruang operasi.
pembedahan)
medis.
(pembedahan konservatif)
antara
Penting sekali kerja sama yang baik dengan ahli anestesi untuk
B-Lynch.
Tatalaksana Spesifik
POMR
Riwayat haid:
Menarche : 12 th
Lama : 5 hari
Siklus : teratur 30
hari teratur
Dismenorhea :
kadang-kadang, hari
1
HPHT : lupa
R. Perkawinan :
Menikah : 1 Kali
Lama : 1 tahun
Riwayat Kehamilan
dan Persalinan:
Hamil ini.
Riwayat KB : -
Riwayat ANC: 3x
ke Puskesmas.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : cukup
A/I/C/D : +/-/-/-
Kesadaran : compos
mentis
T: 70/40 mmhg
N: 110 x/menit
RR: 25x/menit
t.aksila : 36,5 C
BB : 49 kg
TB : 143 cm
Head to toe :
Kepala/Leher :
I : a/i/c/d +/-/-/- Tonsil
hiperemi (-); Faring
hiperemi (-), Lidah
kotor (-), nyeri tekan
(-), hiperemi (-),
Pembesaran KGB (-),
JVP dbn.
Thorax :
I : Bentuk normal,
simetris, iktus kordis
tidak tampak,
pergerakan dinding
dada simetris.
P : ekspansi
simetris, iktus di
MCL S ICS V tidak
kuat angkat
P : Sonor/sonor,
batas jantung N,
peranjakan naik 1-2
ICS
A : Ves/Ves, Ronkhi
(-), Wheezing (-), S1
S2 tunggal, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen:
I = distended, linea
nigra (+), striae
gravidarum (+),
bekas operasi (-)
P = nyeri tekan (-),
uterus lembek (+)
P = redup
A = BU (+) N
Extremitas :
Akral dingin basah.
Edema ekstremitas
(-), CRT > 2 detik,
ikterik (-), Spoon
nail (-), Ulkus (-),
eritema palmaris (-)
Status ginekologi:
Vulva/vagina:
fluxus (+)banyak
fluor (-)
Portio: terbuka,
perdarahan (+)
Corpus uteri: AF~
membesar, TFU : 2
jari dibawah pusat,
konsistensi lunak
Adnexa d/s : massa
(-) nyeri (-)
CD: dbn
Laboratorium:
Hb 6.8 gr%
BAB V
PEMBAHASAN
Pasien Ny. A datang ke IGD dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
setelah melahirkan 2 jam yang lalu. Pasien dalam keadaan compos mentis, dari
hasil anamnesis pasien mengeluhkan rasa pusing dan juga mual. Pada
25x/menit dan T. 36.5. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan bahwa konjungtiva
anemis, akral pasien dingin basah, CRT > 2 detik. Berdasarkan pemeriksaan di
atas maka dapat ditegakkan bahwa pasien sedang mengalami Syok Hipovolemia
akibat perdarahan. Berdasarkan Monteiro 2019, dari vital sign pasien yang
Oleh karena pasien ini mengalami syok hypovolemia derajat dua maka dapat
26
Clinical Guideline mengklasifikasikan perdarahan diatas 1000 cc sebagai severe
perdarahan post partum. Perdarahan post partum menurut definisi terbaru yang
kehilangan darah lebih atau sama dengan 1000 cc yang disertai dengan tanda
tanda hipovolemi dalam kurun waktu 24 jam post partum terlepas dari rute jalan
haemorrhage adalah salah satu dari 4T yaitu tonus, trauma, tissue, dan thrombin.
Dari hasil pemeriksaan tidak dapatkan laserasi dari jalan lahir, plasenta lahir
lengkap, dan darah merah kehitaman yang menggumpal. Dari hasil pemeriksaan
27
ini maka dapat disingkirkan trauma, tissue dan thrombin sebagai penyebab PPH
yang dialami pasien. Pada pemeriksaan palpasi yang dilakukan didapatkan uterus
yang lembek dan kontraksinya yang tidak adekuat. sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami post partum haemorrhage yang disebabkan oleh atonia
fisik saja tanpa penunjang. Berdasarkan Gill 2020 mengatakan atonia uteri
ditegakkan apabila dengan palpasi bimanual didapatkan uterus yang lembek dan
Dari penjelasan di atas, maka pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis
syok yang terjadi, serta tatalaksana spesifik terhadap etiologi yang mendasari,
dalam kasus ini adalah atonia uteri (Evensen et al, 2017). Kedua macam
28
Gambar Tatalaksana HPP (Evensen et al, 2017)
Rincian kegiatan pada resusitasi adalah call for help dan primary survey.
Call for help dikerjakan dengan melakukan konsultasi pada dokter spesialis
obstetri dan ginekologi. Airway pada pasien ini clear, ditandai dengan keadaan
B.R., et al,2016).
mmHg dan nadi 110x/menit adalah pemasangan double IV chateter ukuran 16G,
loading RL 1500 cc serta transfusi PRC 2 bag (34 tpm). Pemasangan double IV
29
ukuran 16 G disertai pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan
pasien pada syok hemoragik kelas 2 yaitu sebesar 750-1500 ml (Montairo, 2019).
terlalu signifikan (Mane. 2017). Bila setelah resusitasi cairan pasien tetap
(NATA, 2019). Transfusi PRC 2 bag kadar hemoglobin pasien 6,8 g/dl (<7
hemoglobin yang diharapkan dicapai sebesar 8 g/dl, sedangan tiap 1 unit PRC
dapat menaikkan hemoglobin sekitar 1 g/dl. Transfusi PRC diberikan sesuai hasil
pemeriksaan golongan darah dan uji crossmatch sebanyak 2 bag dengan kecepatan
34 tpm (WHO, 2002). Sedangkan transfusi produk darah lainnya seperti FFP dan
berlangsung setelah transfusi 4 bag PRC dan TC bila nilai platelet <75x109/L
(NATA, 2019).
Darah Hb transfusi
Packed 1 unit RBC 8 g/dl 100-150 Dalam 30 menit ≤ 4 jam
30
Red Cell meningkatkan ml/jam setelah dikeluarkan
3%
(WHO, 2002)
uteri adalah dengan melakukan masase uterus terus hingga kontraksi uterus baik
dilanjutkan 250 cc/jam (83 tpm) dalam 1 jam (Evensen et al, 2017). Setelah
darah bila gagal ligasi a uterina dan a hipogastika bila masih gagal
histerektomi. Selain itu bila perdarahan masih tetap berlanjut setelah pemberian
31
Gambar Obat Uterotonika ((Evensen et al, 2017)
uterus, keadaan hemodinamik pasien yang sedang mengalami syok, gejala anemia
serta keberhasilan terapi, termasuk transfusi darah. Monitoring HR, TD, RR dan
saturasi O2 tiap 15 menit. Bila PPH memburuk monitoring diperketat tiap 5 menit
dan ditambah monitoring EKG serta CVP. Monitoring keluhan anemia meliputi
fatigue, sesak nafas, nyeri dada dan masalah laktasi. Monitoring keberhasilan
trombosit, PT, aPTT, fibrinogen serta serum Elektrolit (kalsium) karena tranfusi
Selain itu tanda reaksi transfusi seperti urtikaria, rash, demam takikardi, sesak,
32
nyeri kepala, dll juga harus diperhatikan. Evaluasi dimulai pada saat sebelum
dilakukan tiap jam dan diakhiri pada 15 menit setelah transfusi selesai (WHO,
2002).
yang perlu dikerjakan, serta rencana terapi yang akan di berikan beserta efek
sampingnya
33
(WHO, 2002)
34
DAFTAR PUSTAKA
Jamil RT, Bryant SB. 2019. Acute Postpartum Hemorrhage. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499988/
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493238/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470382
2016;124:e106–e149.
112–136
Kedokteran
35
Queensland clinical guideline. 2018. Guideline primary post partum
haemorrhage.
Postpartum Haemorrhage
36