Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus

“G2P1A0, Usia 27 tahun, Hamil 8 minggu


dengan Hiperemesis Gravidarum”

Disusun oleh :
dr. Tia Aprilia Anjarnegara

Pembimbing :
dr. Diyan Nur Fadhilah

Program Dokter Internsip Puskesmas Keling 1


Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tegah
Periode 4 Agustus 2022 – 3 Februari 2023
Laporan Kasus

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. GRS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
Alamat : Damarwulan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk Puskesmas : 26 Agustus 2022, 10.00 WIB
No CM : 0002***
Ruang : Flamboyan
Pembiayaan : Mandiri

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama
- Muntah

B. Keluhan Tambahan
- Mual, mulut terasa pahit dan tidak ada nafsu makan.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


- Pasien datang ke UGD Puskesmas Keling 1 Kabupaten Jepara dengan
keluhan muntah sejak dua minggu yang lalu. Awal nya hanya terjadi pagi
hari setelah makan dan minum, sejak 5 hari sebelum masuk UGD Mual
muntah setiap habis makan. Pasien muntah satu hari sebanyak 8 sampai 10
kali, muntahan berupa makanan yang dimakan sebelumnya, kadang berwarna
kuning kadang juga muntahannya berwarna putih bercampur ludah. Keluhan
memberat jika mencium bau makanan, muntah dirasakan sepanjang hari terus
menerus hingga pasien merasa lemas dan mengganggu aktifitas dan bahkan
waktu istirahat pasien. Pasien juga merasa badan nya lemas dan tidak ada
nafsu makan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Hiperemesis pada kehamilan pertama : disangkal
 Asma : disangkal
 Hipertensi : disangkal
 DM : disangkal
 Jantung : disangkal
 Alergi : disangkal
 Riw. operasi : disangkal

Riwayat penyakit keluarga :


• Ibu pasien memiliki riwayat hiperemesis pada kehamilan pertama.
• Asma : disangkal
• Hipertensi : disangkal
• DM : disangkal
• Jantung : disangkal
• Alergi : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, dan suami pasien bekerja
sebagai pengerajin kayu millik pribadi. Pasien berobat dengan menggunakan
biaya pribadi. Pasien tinggal di rumah milik pribadi bersama dengan suami
dan anak pertamanya. Pasien setiap hari makan makanan yang dimasak
sendiri. Kesan sosial ekonomi cukup.

E. Riwayat menstruasi:
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari, Teratur, tiap 1 bulan sekali
Lama : 5 hari
Keluhan saat Haid : Tidak ada
Jumlah : 2 – 3 pembalut/hari
F. Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan KB.
G. Riwayat Pernikahan :
Pasien saat ini menjalani pernikahan pertama dengan suaminya sudah
berlangsung selama 7 tahun.
H. Riwayat Obstetri :
Paritas : G2P1A0 (kehamilan yang Kedua)
HPHT : 11 Juni 2022
HPL : 18 Maret 2023.
Usia kehamilan sekarang : 8 minggu.

Tgl/Th Tempat Umur Jenis Anak Keada


No Penolong Penyulit Nifas
JK BB PB an
Partus Partus Keha Persalinan
milan Anak
1. 2016 Bidan Aterm Pervaginam Bidan Tidak ada Lk 250 47c 40 hari sehat
0 m
Catatan penting selama asuhan antenatal:
Pasien kontrol ke puskesmas dan bidan yaitu:
1. Trimester 1: satu kali di RS. Sebening Kasih Kab. Pati

I . Pemeriksan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 100 /74 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,2 oC
Pernafasan : 21 x/menit
TB : 155 cm
BB : 50kg

Kepala : Normocephal
Mata : Pupil bulat isokor, Rcl / Rctl (+/+), Konjungtiva anemis
(-), Sklera ikterik (-), edema palpebral (-).
Leher : Deviasi Trakea (-), Pembesaran KGB (-), Nyeri Tekan (-)
Paru : Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, suara
tambahan (-), Rhonki -/-. Wheezing -/-
Jantung : BJ I/BJ II reguler murni, suara BJ tambahan (-)
Abdomen : Pembesaran perut (+) simetris, bising usus (+), striae
gravidarum (+), nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan
regio kanan atas (-), nyeri ketok CVA (-), gerakan janin (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), CRT <2 detik, refleks patella
(+)
J. Status Obstetri.
Inspeksi : tampak cembung.
a. Pemeriksaan luar
TFU : 12 cm diatas simfisis osis pubis.
b. Pemeriksaan dalam:
Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
 Hematologi Lengkap tanggal 26 Agustus 2022
- Hemoglobin : 11,8 g/dL
- Hematokrit : 43 %
- Trombosit : 180 x 103 / mcL
- Leukosit : 6. 410/ mcL
Hasil pemeriksaan screening Ranap antigen covid – 19 : Negatif

K. Diagnosis Kerja
Ibu : G2P1A0 Gravida 8 minggu dengan hyperemesis gravidarum.
Janin : Janin tunggal intra uterin.
L. Tatalaksana
Farmakologi
- IVFD RL 30 TPM
- Inj. Ondansentron 3 x 1 Amp
- Inj. Ranitidin 2 x 1 Amp
PO/
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Vitamin B 6 3 x 1 Tablet
Non Farmakologi
- Mengatur pola makan dengan porsi sedikit tapi sering.
- Hindari makanan berminyak dan berbau karena dapat memicu terjadinya
mual.
- Memakan makanan selingan berupa biscuit atau roti kering dengan teh
hangat, dapat dimakan saat bangun tidur.
- Support system dari Suami maupun Keluarga.
M. Prognosis

Ibu

Quo ad Vitam : Ad Bonam

Quo ad Fungtionam : Ad Bonam

Quo ad Sanactionam : Ad Bonam

Follow Up Pasien
Tanggal,
Temuan Klinis dan Penatalaksanaan
Jam Pemeriksaan

S: Mual sudah berkurang, Muntah (-), Nafsu makan menurun, BAB(+) BAK
(+)
O: Ku : Baik, Kesadaran : CM

27 /08 /22 TD : 100/80 mmHg


N : 68 x/mnt
09.00
RR : 20 x/mnt
Ruang Flamboyan 3 T : 37,0°C
Mata cekung (-/-), Bibir kering (-), BU(+), Edema ekstremitas (-).
A: G2P1A0 hamil 8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
P : - IVFD RL 30 TPM
- Inj Ondansentron 3 x 1 amp, Inj. 2 x Ranitidin 1 amp
- Paracetamol 3 x 500 mg, Vit B 6 3 x 1 tablet.
S: Mual berkurang <, Muntah (-), lemas (-), sakit kepala (-), nyeri ulu hati (-),
nafsu makan sudah timbul dan membaik , BAB BAK (+)
O : Ku : Baik, Kesadaran : CM
TD : 110/80 mmHg
N : 68 x/mnt
28 /08 /22
RR : 20 x/mnt
08.50 T : 36,5°C

Ruang Flamboyan 3 Mata cekung (-/-), Bibir kering (-),BU(+), Edema ekstremitas (-)
A: G2P1A0 hamil 8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
P:
- IVFD RL 30 TPM (Inj. Ondan dan Inj. Ranitidin STOP)
- Vitamin B 6 3 x 1 Tab ( PCT Tab Stop)
- Curcuma 1 x 1 Tab
S: Mual sudah berkurang (< ), Muntah (-), lemas (-), sakit kepala (-), nyeri ulu
hati (-), nafsu makan sudah timbul, BAB BAK (+)
O : Ku : Baik, Kesadaran : CM
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/mnt
29 /08 /22 RR : 20 x/mnt
T : 36,5°C
09.00
Mata cekung (-/-), Bibir kering (-),BU(+), Edema ekstremitas (-)
Ruang Flamboyan 3 A: G2P1A0 hamil 8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
P : Pasien dibolehkan Pulang
- Aff Infus
Obat Pulang
-PO/ Vitamin B 6 3 x 1 Tab, Curcuma 1 x 1 tab dan Ondansentron 3 x 1 tab
prn.
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan


keluhan mual muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan
morning sickness, dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala
yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I . Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala
ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ±
10 minggu. Derajat beratnya mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan
kehamilan sampai dengan gangguan yang berat dimana keluhan semakin
memburuk, menetap, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan
hiperemesis gravidarum.1,2

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan


sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1,2
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2,3
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada
50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan
40-60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya
mengalami hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah yang berkaitan dengan
kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada
usia kehamilan 11-13 minggu, dan kebanyakan sembuh pada umur kehamilan 12-
14 minggu, 1-10% dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.1,2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hiperemesis Gravidarum

2.1. Definisi hiperemesis gravidarum


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1

2.2. Epidemiologi hiperemesis gravidarum


Hiperemesis biasanya mulai terjadi pada kehamilan minggu ke 4
hingga minggu ke 6, kemudian tingkat keparahan meningkat pada minggu
ke 8 hingga minggu ke 12, dan biasanya berakhir pada minggu ke 20.
Mual dan muntah tersebut biasanya hilang setelah trimester pertama.
Hiperemesis diperkirakan terjadi pada 5 per 1000 kehamilan. Menurut sumber
lain hiperemesis gravidarum terjadi pada 0.5% hingga 2% kehamilan.5
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
beragam mulai dari 0,5 – 2% di Amerika Serikat, 0,3% dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8 di China, 0,9 % di Norwegia,
2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Indonesia prevalensi 1-3%.6
2.3. Etiologi hiperemesis gravidarum
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan. Etiologinya
belum diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa
erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1 Faktor-faktor yang
menjadi predisposisi diantaranya:3
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan
sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.
e) hiperemesis gravidarum juga dapat dipengaruhi oleh beberapa asupan
diantaranya adalah asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak jenuh,
asupan asam lemak omega-3, asupan asam lemak omega-6, dan asupan
vitamin B6. Asupan karbohidrat, protein dan lemak dapat
mempengaruhi irama lambung normal sehingga menimbulkan disritmia
lambungyang berdampak pada terjadinya mual muntah. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak
berhubungan dengan kejadian mual dan muntah pada ibu hamil

2.4. Klasifikasi hiperemesis gravidarum


Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:1

a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung
dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik <
80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam
urin, dan berat badan cepat menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang
atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria.
2.5. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama
yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom
somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan
aferen simpatis menuju pusat muntah, pusat muntah juga menerima rangsangan
dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa
signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus
traktus solitarius. Pusat muntah ini berdekatan dengan pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial
V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma,
otot iga dan otot abdomen.4
Patofisiologi hiperemisis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan
muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada
sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan
lambung menjadi kosong. 4,7
Pada hiperemesis gravidarum terjadi mual, muntah dan penolakan semua
makanan dan minuman yang masuk. Sehingga apabila terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit dalam darah, dengan
alkalosis hipokloremik. Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena
energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksik butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.
Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen
berkurang dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat
toksik didalam darah. Kemudian hiperemesis gravidarum juga dapat
menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal.
Yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak7.
2.6. Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum
Gejala klinis mulai terjadi pada trimester pertama,yang sering dijumpai adalah nausea,
muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi,
hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia,
dan peningkatan hematokrit.1

2.7. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum


Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:1
a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b) Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril
dan gangguan kesadaran.
c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus
besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks
berwarna biru.
d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan kemungkinan adanya
kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.
e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan proteinuria.

2.8. Tatalaksana hiperemesis gravidarum


Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap
dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu : 1
1. Medikamentosa
Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya :
-Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 500-100 mg/hari/infus,
-Vitamin B12 200mg/hari/infus, Vitamin C 200 mg/hari/infus
-Antiemetik : Prometazin (vopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin (stemetil)
3x3 mg per hari per oral
-Antasida : Asidrin 3x1 tablet/hari/oral atau Milanta 3x1tablet perhari/oral
-Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau Klorpromazin 25-50 mg/hari IM atau jika
diperluka Diazepam 5mg 2-3 kali perhari IM.1
2. Diet
Stop makan per oral 24-48 jam, perhitungkan jumlah kalori yang dibutuhkan sebaiknya
konsultasikan ke ahli gizi
-Diet Hiperemesis I : diberikan pada Hiperemesis grade III : Makanan berupa roti kering dan
buah-buahan, cairan tidak diberikan bersama makanan terapi 1-2 jam sesudahnya dan hanya
diberikan dalam beberapa hari, pilihan makanan berupa kaya vit. C
-Diet Hiperemesis II : diberikan bila mual muntah berkurang. Secara berangsur- angsur mulai
diberikan bahan makanan yang lebih mengandung vitamin A dan D
-Diet Hiperemesis III : diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan makanan yang
lebih mengandung semua zat gizi kecuali kalsium.1
3. Rehidrasi dan Suplemen Vitamin
Infus Glukosa 10% atau 5% RL = 2:1, 40 tetes per menit, Suplemen tiamin dapat diberikan
secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutka kedalam 100 cc NaCl. Urin output juga harus
dimonitor .1,11
4. Antiemesis
Antiemetik yang dapat digunakan berupa dopamin antagonis (Metoklopramide, Domperidone),
fenotiazin (klorpromazine), bila tidak dapat respon dapat digunakan kombinasi kortikosteroid
dengan reseptor antagonis 5HT3 (Ondansentron, Sisaprid).1,12
5. Terapi Psikologik dan Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki udara yang baik.
Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk keluar masuk kamar
tersebut. Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini.
Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda,
dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.11

2.9. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum


a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia, palsi
nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan terjadi psikosis
korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi
yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias
klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur
(ataksia), dan bingung.1
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).1

2.10. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum


Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan memberikan
penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak
dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.9

2.11. Prognosis Hiperemesis Gravidarum


Pasien yang ditatalaksana dengan tepat akan menunjukkan perbaikan. Sebagian besar penyakit
ini dapat membaik dengan sendirinya pada usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2016. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal . 815-818.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2017. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Hal 141-142.
3. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. 2015. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. EGC.
4. Jennings LK, Krywko DM. Hyperemesis Gravidarum. 2020 . Treasure Island (FL). StatPeaerls
Publishing
5. Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: Epidemiologic findings from a large cohort. Am J Obstet
Gynecol. Sep 2017;193(3 Pt 1):811-4.
6. Davis M. Nausea and vomiting of pregnancy: an evidence-based review. J Perinat Neonatal
Nurs. Oct-Dec 2018;18(4):312-28.
7. Goodwin TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept 2019;35:401-417.
8. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res Clin Obstet
Gynaecol. Aug 2015;23(4):549-64.
9. Sastrawinata S, Martadisoebrata D, Wirakusumah FF. 2005. Obtetri Patologi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC. Hal 65
10. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res Clin Obstet
Gynaecol. Aug 2016;23(4):549-64.
11. Fell DB, Dodds L, Joseph KS, et al. Risk factors for hyperemesis gravidarum requiring hospital
admission during pregnancy. Obstet Gynecol. Feb 2017;107(2 Pt 1):277-84.
12. Cedergren M, Brynhildsen J, Josefsson A, et al. Hyperemesis gravidarum that requires
hospitalization and the use of antiemetic drugs in relation to maternal body composition. Am J
Obstet Gynecol. Apr 2017;198:412.e1-5.

Anda mungkin juga menyukai