Anda di halaman 1dari 14

POMR

Nama : Ny. C Nama suami : Tn. S


Usia : 26 thn Usia : 30 thn
Alamat : Tambak Asri Blok E/ 15-16. Surabaya.
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Perawat
Tgl MRS : 07 Maret 2022

SUMMARY CLUE AND CUE PROBLEM INITIAL DX PLANNING


OF DATA BASE LIST DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION
Identitas:  Wanita, 26 Diagnosis : Diagnosis : - MRS --> Pro Op 1. Keluhan
Ny. C, 26 tahun. tahun GIP0000, GIP0000, UK SC pasien 1. Menjelaskan
 HPHT: 29 Mei UK 40-41 40-41 minggu, - Infus RL 1500 2. TTV kepada pasien dan
Keluhan Utama : 2021 minggu, THIU letak ml/24 jam =21 keluarga tentang
3. DJJ Janin
 Taksiran partus: THIU letak membujur, tpm
4. Keberhasil diagnosis dari
RPS: 5 Maret 2022 membujur, presentasi - Injeksi
an dan efek keluhan pasien
- Pasien datang ke RS Haji  Usia presentasi kepala, cefazoline 1g IV
Surabaya dirujuk dari RS kepala, oligohidramnion - Konsul dokter 2. Menjelaskan
Kehamilan: 40- samping
PHC karena air ketuban oligohidramn , TBJ 3200 g, Sp.OG dan Sp. kepada pasien dan
41 minggu terapi
minimal ion, TBJ tidak inpartu, An. keluarga tentang
 AFI: 6,3 5. Input ouput
- Saat ini pasien tidak 3200 g, tidak UPD tidak teruji terapi yang akan
mengeluhkan kenceng- inpartu, UPD cairan diberikan dan efek
kenceng. tidak teruji (Produksi samping yang
- BAK normal, BAB normal. mungkin muncul
urin
- Keluhan lain: lemas (-), 3. Menjelaskan
perdarahan pervaginam (-), kepada pasien dan
mual muntah (-) keluarga tentang
- Riwayat jatuh sebelumnya
komplikasi dan
(-), Riwayat dipijat (-),
Riwayat minum obat-obatan prognosis dari
(-). penyakit yang
diderita pasien
RPD: 4. Menjelaskan pada
Hipertensi (-). DM (-), pasien dan
Alergi (-), Asma (-) keluarga mengenai
keadaan dimana
RPK : pasien akan
Hipertensi (+). DM (-), dilakukan
Alergi (-), Asma (-) observasi dan
persiapan untuk
RP.Sos :
Keseharian bekerja sebagai melahirkan secara
perawat di puskesmas sc dikarenakan
pucang sewu. Riwayat indikasi
minum jamu (-), Minum oligohidramnion
kopi (-), Merokok (-), 5. Mengedukasi
Minum alkohol (-) pasien agar tidak
stress dan
Riwayat Menstruasi: berusaha untuk
- Menarche: 12 tahun. lebih tenang dalam
- Siklus: 28 hari, teratur menghadapi
- Lama: 7 hari
persalinan agar
- Volume: normal
- Dismenore: (+) kondisi baik
- HPHT: 29 Mei 2021 pasien maupun
- Taksiran partus: 5 Maret janin bisa baik
2022
- Usia Kehamilan: 40-41
minggu

Riwayat Menikah: 1x, lama


pernikahan 1 tahun.

Riwayat Kehamilan dan


Persalinan :
1. Hamil ini

ANC : > 3x dibidan

Riwayat Kontrasepsi:
- KB (-)

Pemeriksaan Fisik :
– Kesadaran: Composmentis
– KU: Baik
– GCS: 456
– TD : 123/82 mmHg
– N: 80 x/menit regular,
– Suhu : 36,5 oC
– RR : 20x/ menit
– Saturasi O2: 98%
- BB : 75 kg
- TB : 163 cm

Kepala/Leher:
– Kepala (wajah) : Bentuk
normal, tidak ada tanda
trauma, sianosis (-)
– Mata: Konjungtiva anemis
(-), sklera ikterik (-), mata
cowong (-)
– Hidung : dbn
– Telinga: dbn
– Mulut: dbn
– Leher : dbn
Thoraks:
– Inspeksi: Normochest dan
dinding dada simetris
– Palpasi: Nyeri tekan (-)
– Perkusi: Sonor seluruh
lapang paru
– Auskultasi: vesikuler +/+,
ronki -/-, wheezing -/-
Cor :
– Inspeksi: Iktus cordis tidak
tampak
– Palpasi: Thrill tidak teraba
– Perkusi: Batas jantung
normal
– Auskultasi: S1- S2 tunggal
reguler, murmur (-), gallop
(-)
– Abdomen :
– Inspeksi: distended, linea
nigra (+), striae (+), BSC (-)
– Auskultasi: bising usus
normal
– Perkusi: redup.
– Palpasi: Nyeri tekan (-)
Ekstremitas: Akral hangat,
kering, merah, CRT<2dtk,
edema (-/-/-/-)

Pemeriksaan Khusus
Obstetri :
Inspeksi: luka bekas operasi
(-), linea nigra (+), striae
gravidarum (+)
Palpasi:
Leopold I: Presentasi
bokong, TFU 29 cm,
taksiran berat janin 3200
gram,
Leopold II: Punggung
kanan, DJJ (+)
Leopold III: Presentasi
kepala
Leopold IV: Belum masuk
PAP.

Vaginal touche dan


Inspekulo : (tidak dilakukan)
Ukuran Panggul Dalam
(UPD) : UPD tidak teruji

Pemeriksaan penunjang :
DL :
Hb 9,8 g/dl, Leukosit
9.300/mm3
trombosit: 335.000 /mm3
Kimia klinik : GDA: 85
mg/dl, albumin: 3,8 g/dl
Swab Antigen (-)
Foto Thorax: normal
USG : AFI: 6,3

Pembahasan POMR

Definisi Oligohidramnion

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.

Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi

yang lebih tepat adalah AFI yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil cukup bulan) 4.
Patofisiologi Oligohidramnion

Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern,

dimana, Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan

berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau

tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim

menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh

menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir,

paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena

kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal

berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan

gambaran yang khas dari sindroma Potter.

Gejala Sindroma Potter berupa :

 Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang

tertarik ke belakang).
 Tidak terbentuk air kemih

 Gawat pernafasan5.

Epidemiologi Oligohidramnion

Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Olygohydramnion dapat terjadi kapan saja selama masa

kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya

melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami olygohydrasmnion, karena jumlah cairan ketuban

yang berkurang hampirsetengah dari jumlah normal pada masa kehamilan 42 minggu1

Etiologi Oligohidramnion

Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa

penyebabnya. Penyebab oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/ membran cairan

ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion mengalami cacat

bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang. Masalah kesehatan lain yang

juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada plasenta. Serangkaian

pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting enxyme

inhibitor (mis captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin. Wanita yang

memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum
merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui

adalah aman selama kehamilan mereka.

Fetal :

 Kromosom

 Kongenital

 Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim

 Kehamilan postterm

 Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)

Maternal :

 Dehidrasi

 Insufisiensi uteroplasental

 Preeklamsia

 Diabetes

 Hypoxia kronis
Induksi Obat :

 Indomethacin and ACE inhibitors

 Idiopatik2

Faktor Resiko Oligohidramnion

Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi :

 Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal,sindrom patter ).

 Retardasi pertumbuhan intra uterin.

 Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).

 Sindrom pasca maturitas6

Manifestasi Klini Oligohidramnion

 Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

 Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

 Sering berakhir dengan partus prematurus.

 Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.

 Persalinan lebih lama dari biasanya.


 Sewaktu his akan sakit sekali.

 Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar7.

Diagnosis dan Pemeriksaan Oligohidramnion

Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para

doketer akan mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama

Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu tersebut

didiagnosa mengalami oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami poluhydramnion8

Penatalaksanaan Oligohidramnion

Sebenarnya air ketuban tidak akan habis selama kehamilan masih normal dan janin masih hidup. Bahkan air ketuban akan tetap

diproduksi, meskipun sudah pecah berhari-hari. Walau sebagian berasal dari kencing janin, air ketuban berbeda dari air seni biasa,

baunya sangat khas. Ini yang menjadi petunjuk bagi ibu hamil untuk membedakan apakah yang keluar itu air ketuban atau air seni.

Supaya volume cairan ketuban kembali normal, dokter umumnya menganjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat,

terutama makan dengan asupan gizi berimbang. Pendapat bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah

dengan memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah ”salah kaprah”. Tidak benar bahwa kurangnya air ketuban membuat janin

tidak bisa lahir normal sehingga mesti dioperasi sesar. Bagaimanapun, melahirkan dengan cara operasi sesar merupakan pilihan
terakhir pada kasus kekurangan air ketuban. Meskipun ketuban pecah sebelum waktunya, tetap harus diusahakan persalinan

pervaginam dengan cara induksi yang baik dan benar.

Studi baru-baru ini menyarankan bahwa para wanita dengan kehamilan normal tetapi mengalami oligohydramnion dimasa-

masa terakhir kehamilannya kemungkinan tidak perlu menjalani treatment khusus, dan bayi mereka cenderung lahir denga sehat. Akan

tetapi wanita tersebut harus mengalami pemantauan terus-menerus. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk menjalani

pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan ketuban terus berkurang. Jika indikasi

berkurangnya cairan ketuban tersebut terus berlangsung, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan lebih awal dengan

bantuan induksi untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan kelahiran. Sekitar 40-50% kasus oligohydramnion berlangsung

hingga persalinan tanpa treatment sama sekali. Selain pemeriksaan USG, dokter mungkin akan merekomendasikan tes terhadap

kondisi janin, seperti tes rekam kontraksi untuk mengganti kondisi stress tidaknya janin, dengan cara merekam denyut jantung janin.

Tes ini dapat memberi informasi penting untuk dokter jika janin dalam rahim mengalami kesulitan. Dalam kasus demikian, dokter

cenderung untuk merekomendasikan persalinan lebih awal untuk mencegah timbulnya masalah lebih serius. Janin yang tidak

berkembang sempurna dalam rahim ibu yang mengalami oligohydramnion beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama

persalinan, seperti asphyxia (kekurangan oksigen), baik sebelum atau sesudah kelahiran. Ibu dengan kondisi janin seperti ini akan

dimonitor ketat bahkan kadang-kadang harus tinggal di rumah sakit.

Jika wanita mengalami oligohydramnion di saat-saat hampir bersalin, dokter mungkin akan melakukan tindakan untuk

memasukan laruran salin melalui leher rahim kedalam rahim. Cara ini mungkin mengurangi komplikasi selama persalinan dan
kelahiran juga menghindari persalinan lewat operasi caesar. Studi menunjukan bahwa pendekatan ini sangat berarti pada saat

dilakukan monitor terhadap denyut jantung janin yang menunjukan adanya kesulitan. Beberapa studi juga menganjurkan para wanita

dengan oligohydramnion dapatmembantu meningkatkan jumlah cairan ketubannya dengan minum banyak air. Juga banyak dokter

menganjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik bahkan melakukan bedrest9

Prognosis Oligohidramnion

 Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk prognosisnya

 Jika terjadi pada trimester II, 80-90% mortalitas3

Komplikasi Oligohidramnion

Kurangnya cairan ketuban tentu aja akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin.

Seolah-olah janin tumbuh dalam ”kamar sempit” yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus extrem dimana suah

terbentuk amniotic band (benang atau serat amnion) bukan tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota tubuh janin ”terjepit” atau

”terpotong” oleh amniotic band tersebut.

Efek lainnya janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan

meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi beresiko tak segera bernafas secara spontan dan

teratur.
Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu sobek dan airnya merembes sebelum tiba waktu bersalin. Kondisi ini amat

beresiko menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal daribawah. Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban

juga sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar.

Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan.

Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius

dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat

menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.

Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatka resiko keguguran, kelahiran prematur dan

kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan

dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi

persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian

janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya10
DAFTAR PUSTAKA

1. Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke 2. Jakarta: EGC.
2. Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB- SP.
3. Wiknjosastro Haanifa, Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta, 2005
4. Tong XL, Wang L, Gao TB, Qin YG, Xu YP. Potential function of amniotic fluid in fetal development-Novel insight by
comparing the composition of human amniotic fluid with umbilical cord and maternal serum at mid and late gestation. J Chin
Med Assoc. 2009 Jul; 72(7) 368-73.
5. Neilson JP. Fetal medicine in clinical practice. In: Ketih D, Edmons, editors. Dewhurst’s textbook of obstetrics and
gynaecology for postgraduates. 6th ed. London: Blackwell Publishing; 1999.
6. Barbati A, Renzo GCD. Main clinical analyses on amniotic fluid. Acta Bio Medica Ateneo Parmenese. 2004; 75 Suppl 1: 14-
17.
7. Pernoll ML. Benson and Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology. 10 th ed. New York: The McGraw-Hill Companies;
2001.
8. Rodeck CH, Cockell AP. Alloimmunisation in pregnancy: rhesus and other red cell antigens. In: Chamberlain G, Steer P,
editors. Turnbull’s obstetrics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone; 2002;256-7.
9. Cudleigh T, Thilaganathan B. Obstetric ultrasound: how , why, and when. 3rd ed. London. Elsevier Science Limited; 2004.
10. Al-Salami KS, Sada KA. Maternal hydration for increasing amniotic fluid volume in hydramnions. Bas J Surg. 2007 Sept; 59-
62.

Anda mungkin juga menyukai