MASTITIS
Pembimbing :
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Referat dengan judul “Mastitis” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat
dengan judul “Mastitis”. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang
Surabaya.
kesempurnaan. Dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan manfaat
pada pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. DEFINISI…………………………………………………………………………3
B. ETIOLOGI ……………………………………………………………………….3
C. EPIDEMIOLOGI…………………………………………………………………4
D. PATOFISIOLOGI……………………………………………………………...…4
E. DIAGNOSIS……………………………………………………………………...7
F. TATALAKSANA……………………………………………………………….16
G. DIAGNOSIS BANDING………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara,
infeksi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus
disebabkan oleh mastitis pada wanita post partum. Indonesia sebagai negara
berkembang di dunia dengan presentasi kasus mastitis mencapai 10% pada ibu post
partum1.
pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis
dan puting susu lecet, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perawatan
penting untuk diketahui pada masa nifas, ini berguna untuk menghindari masalah
mastitis. Pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi
alas an ibu untuk berhenti menyusui. kedua, kaerna mastitits berpotensi untuk
Semakin disadari bahawa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik
1
menyusui yang buruk merupakan penyebab yang terpenting, tetapi dalam benak
banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara.
Mereka sering tidak mempu membantu wanita penderita mastitis untuk terus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi.3
B. ETIOLOGI
Dua penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.
Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengalaman klinis bahawa mastitis
diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang
efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi
bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan
bakteri.
a. Stagnasi ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.
Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan,
atau setiap saat bila bayi tidak mengisap ASI, yang dihasilkan dari sebagian
durasi menyusui, dan sumbatan pada saluran ASI. Situasi lain yang
3
b. Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payu dara
ditemukan.1.3
C. EPIDEMIOLOGI
tinjauan Cochrane baru-baru ini menunjukkan bahwa kejadian mastitis bisa terjadi
setinggi 33%. Insiden paling tinggi pada beberapa minggu pertama pascapartum,
menurun secara bertahap setelah itu. Duktus ektasia mastitis peri-duktal atau duktus
melebar yang berhubungan dengan peradangan) terjadi pada 5-9% wanita yang
tidak menyusui. 3
D. PATOFISIOLOGI
4
Gambar 2.1: Anatomi glandula mammae2
Keterangan Gambar
1.Chest wall (dinding dada) 6.Lactiferus duct
2.Pectoralis muscles (otot pektoralis) 7.Fatty Tissue (jaringan lemak)
3.Lobules 8.Skin (kulit)
4. Nipple surface
5.Areola
Glandula mammae adalah organ reproduksi aksesoris pada wanita. Pada
wanita terletak setinggi costae II sampai costae VI, di pertengahan antara sternum
sampai axilla. Pada puncak mammae terdapat papilla serta areola mammae. Papilla
mammae terletak ditengah areola dan berbentuk conus atau silinder yang tingginya
bervariasi. 2
yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Payudara terdiri atas
bahan kelenjar susu atau jaringan alveolar, tersusun atas lobus-lobus yang saling
terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap lobules terdiri atas
sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam ductus laktiferus (saluran air susu )
penampungan air susu, yang disebut sinus laktiferus, kemudian saluran-saluran itu
menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara diatas permukaanya. Terdapat
5
dengan saluran susu yang terkumpul dalam puting. Sisa bagian dalam payudara
terdiri dari jaringan lemak dan jaringan berserat yang saling berhubungan, yang
mengikat payudara dan mempengaruhi bentuk dan ukuran. Terdapat juga pembuluh
Fisiologi Laktasi
prolaktin, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior yang di stimuli oleh PRH
dari payudara. Makin banyak ASI yang dikeluarkan atau dikosongkan dari
payudara, makin banyak ASI yang dibuat. Proses pengosongan payudara sampai
pembuatan ASI disebut reflek prolaktin Makin sering bayi mengisap makin banyak
prolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel
kelenjar, sehingga makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI.
Sebaliknya, jika berkurang isapan bayi maka produksi ASI semakin kurang.
yang berasal dari isapan bayi akan menghasilkan rangsangan saraf yang dilanjutkan
berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke pembuluh laktifer sehingga lebih
banyak air susu yang mengalir keluar. Keadaan ini disebut reflek oksitosin atau let
6
down reflex. Namun reflek ini dapat dihambat oleh faktor emosi atau psikologis
dari ibu2
Patofisiologi Mastitis
ASI) akibat statis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi peregangan
alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi asi
sekitar sel sehingga memicu resmon imun. Statis ASI, adanya respon inflamasi dan
masuknya kuman yaitu melalui ductus laktiferus ke lobus sekresi, melalui putting
yang retak ke kelenjar limfe sekitar ductus periductal atau melalui hematogen.
payudara.4
E. DIAGNOSIS
Beberapa gejala yang dikeluhkan oleh pasien yaitu tanda dan gejala infeksi
payudara.
a. Mastitis
gejala seperti flu, malaise, dan mialgia, demam, nyeri payudara, penurunan
ketiak 3
7
Gambar 2.2: Eritema pada Mastitis Laktasi3
8
b. Abses payudara (selain di atas)
Pemeriksaan Lain
a. Ultrasonografi
awal, abses akan terlihat sebagai lesi hypoechoic, mungkin berbatas tegas,
9
aspirasi jarum diagnostik menunjukkan adanya abses payudara. Sampel ini
Susu, aspirasi, kotoran, atau jaringan biopsi dikirim untuk kultur dan
10
Gambar 2.7: Sonogram wanita berusia 31 tahun. menunjukkan massa hipoekoik heterogen pada
granulomatous lobular mastitis6
Gambar 2.8 : Sonogram aksila menunjukkan massa yang tidak teratur dan kelenjar getah bening
yang abnormal terlihat hipoekoik pada granulomatous mastitis
b. Mamiografi
asimetri dengan batas spiculated (seperti jarum), dan pembesaran pada nodus limfe
aksila. Tetapi mamografi memiliki nilai yang terbatas dalam penilaian akut mastitis
dan abses payudara. Mungkin terlalu menyakitkan untuk dilakukan pada payudara
dengan abses dan temuan mamografi dari infeksi payudara dan abses tidak
spesifik.3
11
Gambar 2.9 : Mammogram mammae normal9
Gambar 2.11 : Mammogram wanita 28 tahun dengan massa teraba menunjukkan massa yang tidak
teratur ( panah) di payudara kanan 6
12
Gambar 2.12 : Wanita 34 tahun dengan mastitis granulomatosa invasif simulasi kanker dengan
teraba massa dan adenopati aksila pada pemeriksaan klinis. Mammogram menunjukkan massa
yang tidak jelas ( panah, A) dan massa yang tidak jelas dengan adenopati dan retraksi putting
( panah, B)6
c. MRI
Dalam MRI Temuan paling khas dari IGM terdapat peningkatan tepi
A B
Gambar 2.13 : MRI mammae normal. T1 weighted potongan Axial (A). T1 weighted contrast-
enhanced (C+), fat-saturated (FatSat) (B)10
13
Gambar 2.14 : MRI wanita 38 tahun dengan mastitis granulomatosa idiopatik. A, gambar
MR T1-weighted aksial menunjukkan lesi massa yang tidak jelas dengan peningkatan
tepi (panah tipis); B, Lesi non-massa regional dengan peningkatan heterogen (panah
tebal).11
d. Mikrobiologi dan Patologi
pada kasus lain, seperti abses yang dicurigai, presentasi atipikal, diagnosis
yang tidak pasti, atau potensi komplikasi (misalnya, infeksi berulang atau
dan dikirim untuk pewarnaan Gram, kultur (aerobik dan anaerobik).3 Kultur
tidak dilakukan pada semua pasien atau hanya pada kasus tertentu seperti:
• Mastitis berulang
14
Gambar 2.11 : Fotomikrograf spesimen jaringan menunjukkan inflamasi granulomatosa (histiosit
epiteloid ( panah Panjang) dan limfosit ( mata panah) dengan neutrofil campuran ( panah pendek).
( H dan E, × 200)6
Gambar 2.12 : Fotomikrograf spesimen jaringan dari aspirasi jarum halus menunjukkan dominasi
neutrofil ( panah panjang), dengan sedikit sel raksasa ( panah pendek) dan histiosit ( mata panah). (
Pewarnaan Papanicolaou, × 200)6
15
F. TATALAKSANA
Semua pasien harus menerima perawatan suportif (analgesia dan kompres hangat)
dan pengeluaran ASI yang efektif dari payudara yang terkena. Jika gejala tidak
parah atau berkepanjangan dan tidak ada tanda infeksi sistemik (dan / atau kultur
negatif) pasien tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Jika gejalanya parah,
dengan antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan kepekaan. Jika MRSA telah
disingkirkan melalui kultur atau tidak lazim di daerah setempat dan tidak ada alergi
penisilin, pasien harus diobati lini pertama dengan obat anti- oral. stafilokokus
per oral dua kali sehari) dapat digunakan jika pasien alergi penisilin. Jika MRSA
telah dikonfirmasi oleh kultur atau lazim di daerah tersebut, antibiotik non-beta-
laktam harus diberikan (misalnya Co-amoxiclav 625 mg diminum tiga kali sehari
atau klindamisin 150-300 mg diminum empat kali sehari). Jika tidak ada perbaikan
dengan terapi oral pasien harus dinilai ulang dan vankomisin (15 mg / kg intravena
setiap 12 jam, maksimum 4 g / hari) atau antibiotik lain dengan aktivitas melawan
MRSA harus dimulai. Jika diindikasikan, pasien mungkin juga memerlukan terapi
antijamur (ibu dan bayi) untuk kandidiasis puting. Tetrasiklin, siprofloksasin, dan
karena obat ini dapat masuk ke ASI dan berbahaya bagi bayi.3,5
16
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari ketiga bentuk mastitis berbeda secara signifikan. Diagnosis
a. Mastitis laktasi
• Pembengkakan payudara
• Saluran tersumbat
• Abses payudara
• Galaktokel
b. Mastitis periductal
• Duktus ectasia
• Abses payudara
• Karsinoma payudara
c. Mastitis granulomatosa
• Karsinoma payudara
• Granulomatosis Wegeners
• Tuberkulosis
• Abses payudara
Kekambuhan dapat terjadi dengan terapi yang terlalu pendek, tertunda atau
tidak sesuai. Komplikasi mastitis dan atau abses payudara dapat dibedakan menjadi
17
dengan gangguan sistem imun sangat rentan. Mastitis dapat menjadi faktor pemicu
abses payudara (kurang dari 10% pasien mastitis cenderung mengembangkan abses
18
BAB III
PENUTUP
disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara,
mastitis. Dua penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI
biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju
infeksi.
Beberapa gejala mastitis yang dikeluhkan oleh pasien seperti flu, malaise,
dan mialgia, demam, nyeri payudara, penurunan aliran susu, kehangatan payudara,
hangat) dan pengeluaran ASI yang efektif dari payudara yang terkena. Jika gejala
tidak parah atau berkepanjangan dan tidak ada tanda infeksi sistemik (dan / atau
kultur negatif) pasien tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Jika gejalanya
parah, berkepanjangan atau ada tanda-tanda penyakit sistemik; pasien harus diobati
19
Daftar Pustaka
1. Sarwono P. Ilmu Kebidanan Edisi ke-4 P.T Bina Pustaka Sarwono. Jakarta. 2014.
2. Sherwood L. Human Physiology 7th Ed. Balmont USA. 2010.
3. Boakes E dkk. Breast Infection. A review of Diagnosis and Management Practice.
Eoropean Journal Of Breasthealth. 2018
4. Alasiri E. Mastitis dan cara pencegahan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Makassar. 2014.
5. Carmela, Baeza. Acute, Subclinical, and Subacute Mastitis: Definitions, Etiology,
and Clinical Management. United States Lactation Consultant Association. 2016
6. Linda J. Hovanessian Larsen, dkk. Granulomatous Lobular Mastitis: Imaging,
Diagnosis, and Treatment. American Roentgen Ray Society. 2009
7. Melodie M. Blackmon dkk. Acute Mastitis. Stat Pearls Publishing LLC. 2021
8. Robin Smithuis, dkk. Ultrasound of the Breast. Radiologi Assistant (Online).
https://radiologyassistant.nl/breast/ultrasound/ultrasound-of-the-breast#abscess.
Diakses tanggal 29 Maret 2021
9. Craig Hacking. Normal Breast MRI. Radiopaedia (Online).
https://radiopaedia.org/cases/normal-breast-mri-fatty-breasts?lang=us . Diakses
tanggal 29 Maret 2021
10. Mellanie Deborah. Normal Mammogram Radiographs. Radiopaedia (Online).
https://radiopaedia.org/cases/normal-mammogram-radiographs?lang=us . Diakses
tanggal 29 Maret 2021
11. Necdet Poyraz dkk. Magnetic Resonance Imaging Features of Idiopathic
Granulomatous Mastitis: A Retrospective Analysis. Tehran University of Medical
Sciences and Iranian Society of Radiology. 2016
20